Mata Federick terbelalak, bibirnya pun tanpa sadar menganga ketika tiba di suatu titik di dalam Mounte hingga Edzard harus mengatupkan bibir sang sahabat.
Tak heran jika Federick berperilaku demikian. Saat ini di hadapannya berjejer sekitar dua puluhan prajurit muda yang menjaga sebuah sel di ujung ruangan. Sebuah sel penjara khusus yang di klaim Edzard sebagai tempat dimana Q berada.
Srakk..
Ketika jendela kecil di pintu sel di buka, Federick semakin terkejut saat mendapati bahwa yang berada di dalam sana adalah seorang gadis muda yang tengah duduk membelakangi pintu.
"Dia?"
"Benar."
(Jadi Q adalah seorang wanita?!)
"Ada tamu untukmu Nona Q. Oh, tunggu!"
Edzard pun menginstruksikan kepada seluruh anak buahnya yang berjaga untuk memakai penutup mata, semuanya tanpa terkecuali sebelum Q benar-benar memalingkan wajahnya ke arah mereka.
"Untuk apa, Ed?"
Belum sempat Edzard menjawab pertanyaan dari Federick, Q sudah berjalan mendekat ke arah pintu.
Segera saja tercium bau yang sangat harum dari Q. Bahkan baru melihat beberapa detik saja, Federick seperti terhipnotis dengan mata biru gadis itu seolah jiwanya dibawa terbang membumbung ke angkasa.
Plak!
"Kendalikan dirimu kawan!"
"Astaga! Mata itu berbahaya, Ed!"
"Itulah sebabnya aku menyuruh semua anak buahku untuk menutup mata mereka! Kau tidak tahu sudah berapa banyak anak buahku yang langsung jatuh cinta karena mata itu hingga membuatku kerepotan!"
"Haish.. Kenapa kau selalu menyalahkan anugerah dari Tuhan ini, Tuan Edzard? Kau sangat sentimentil terhadap mataku.."
"Diam."
Q pun tertawa lirih. Itulah salah satu kebiasaannya selama terperangkap di Mounte, menggoda Edzard dengan gurauan-gurauan yang tentu saja tidak lucu bagi kepala penjara itu.
"Hei.. Bukankah kau terlalu kasar dengan seorang gadis?"
Federick memiliki sisi lembut jika berhadapan dengan seorang gadis. Ditambah lagi pria itu beranggapan Q sangat jauh dari kata mengerikan dan memiliki perilaku yang begitu hangat.
"Kau tidak tahu se-cerdik apa gadis ini! Dia bahkan sudah berkali-kali kabur dari selnya dan tiba-tiba kembali lagi seolah tidak terjadi apa-apa!"
"Hah?"
"Kau heran, bukan? Aku pun sama! Aku selalu bertanya-tanya bagaimana dia bisa melakukan semua itu tanpa pernah gagal sekalipun. Bahkan kau lihat kan berapa banyak prajurit yang ku tempatkan di sini? Namun dia masih bisa kabur semudah itu!"
"Ayolah tuan-tuan.. Berhentilah bergosip di depan orang yang sedang kalian gosipkan. Lalu tentang kabur, aku rasa itu bukan kata yang tepat Tuan Edzard. Lebih tepatnya aku hanya berjalan-jalan sebentar di luar.."
"Kau dengar kan?! Sungguh Federick! Jika urusanmu tidak benar-benar berbahaya, aku sarankan kau tidak berurusan dengan gadis gila ini atau kau juga ikut menjadi gila!"
Q hanya tertawa mendengar celoteh Edzard. Tak hanya mata, sebuah lesung pipi kecil tergurat indah ketika Q tertawa yang membuat gadis itu semakin indah dipandang.
"Tidak, Ed! Aku memang tidak tahu segila apa Nona Q. Tapi yang kudengar dia adalah petarung yang hebat dan hanya dialah yang bisa membantuku saat ini."
"Lynn.."
Federick dan Edzard lantas menghentikan perdebatan mereka ketika Q mengucapkan sepatah kata itu. Q lalu membuka buku dan membaca salah satu halamannya.
"Dapatkan seekor Lynn untukku."
"Lynn? Apa itu Lynn? Ed?"
"Dia harus berwarna hitam.."
"Ta-tapi.."
".. dan memiliki bekas luka di telinganya."
"Tunggu sebentar!"
Q pun menutup bukunya dan menoleh ke arah Federick yang tengah kebingungan. Dia lalu duduk di ranjang sambil memainkan pensil di jarinya.
"Bawakan Lynn terlebih dahulu. Setelah itu aku akan mendengarkan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments