Di dalam hutan yang rimbun dikelilingi kegelapan, K & Q duduk saling berseberangan di sekitar api unggun yang mereka buat.
K sibuk memperhatikan manset yang telah diberikan oleh Federick sebelum dia pulang ke negeri asalnya.
Pria tampan itu lalu membolak balik manset yang dia pegang sambil memikirkan sesuatu.
"Apa benda itu begitu bagus hingga kau terus memelototinya? Kau ingin memilikinya satu?"
K hanya diam. Dia memang cukup pendiam untuk ukuran seorang pria.
Di sisi lain Q justru memiliki sifat yang bertolak belakang. Diamnya K malah semakin menguatkan keinginan Q untuk mengajaknya bicara.
"Hmm... Kau mulai mengabaikan ku lagi? Sungguh?"
"Kenapa kau begitu cerewet?"
"Karena pria di hadapanku ini adalah jelmaan dari lemari es, dingin dan jarang bicara. Tentu saja aku yang harus terus bicara panjang lebar sehingga aku tahu bahwa kau masih hidup."
K pun mengalihkan pandangan ke arah Q. Setelah bicara sesuka hati tentang K, gadis itu bahkan terlihat acuh dengan tatapan partnernya dan malah sibuk mengelus bulu Lynn.
"Lihat bulu hitam menawan ini. Aku harus memuji Tuan Federick karena berhasil menemukanmu yang terlihat begitu menakjubkan. Oh! Aku lupa belum memberikan nama untukmu! Baiklah kawan.. Mulai sekarang namamu adalah.. Lynn."
"Pfftt.. "
Mendengar suara itu, Q bergegas beranjak dan duduk di samping K. Mata birunya bahkan terbelalak yang membuat ekspresi Q terlihat menggemaskan. Sontak K kembali diam dan memasang wajah datar.
"Kau baru saja tertawa?! Kau bisa tertawa?! Terima kasih Tuhan.."
"Siapa yang tertawa?"
"Jadi tadi kau menangis? Kenapa tangisanmu terdengar ceria? Kau sungguh unik.."
K lalu menempatkan telapak tangannya di wajah Q dan mendorong wajah cantik itu secara perlahan.
"Kau terlalu dekat."
"Kenapa kau selalu menjauhkan ku darimu? Padahal sebelumnya.."
Q pun urung melanjutkan kalimat yang hampir saja terlontar dari bibirnya. Namun intuisi dari seorang K ternyata lebih tajam dari yang Q perkirakan.
"Kenapa dengan sebelumnya? Bukankah aku selalu menolak setiap kali kau melakukan kontak fisik denganku? Atau justru.."
Tiba-tiba saja pria tampan itu mencondongkan tubuh dan wajahnya hingga jarak keduanya kini hanya sejengkal. K pun memandang mata biru itu lekat-lekat.
"Kita pernah bertemu sebelumnya bukan? Kaulah yang membawaku ke rumah pohon ketika aku tak sadarkan diri waktu itu."
Mendapatkan serangan dari K, bukannya takut Q justru tertawa geli karena ulah K yang berubah menjadi agresif. Gadis itu lalu menyibakkan rambut yang sedikit menutupi dahi K.
"Hmm.. Tidak ada luka di sini. Itu artinya kepalamu baik-baik saja dan seharusnya masih berfungsi dengan normal. Atau sebenarnya kau memang sudah gila dari lahir Tuan K?"
"Hei.."
K pun menyingkirkan tangan Q yang terus menjelajahi setiap jengkal bagian dahinya.
"Pikirkanlah Tuan K.. Bagaimana bisa aku membawa tubuhmu yang besar ini ke atas pohon sedangkan aku baru saja dibebaskan dari Mounte?"
K perlahan menarik tubuhnya ke posisi semula. Ucapan Q memang benar, namun K tetap merasa bahwa Q lah yang telah menolongnya waktu itu.
"Tapi mata itu.. Aku yakin melihat mata yang sama!"
"Haish.. Kau adalah orang yang ke.. Ke berapa ya? Aku sampai lupa karena saking banyaknya orang yang selalu sentimentil terhadap mataku. Banyak orang bermata biru di berbagai belahan dunia ini tuan. Jadi mengapa kau begitu yakin bahwa orang itu adalah aku? Hmm.. Kau sangat menggemaskan.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments