Senandung Rindu

Senandung Rindu

Kisah Masa Lalu

Adam tengah duduk di belakang perpustakaan bersama Andi, teman semeja di kelas 12C.

Baginya di sana tempat yang lebih nyaman membaca buku di banding dalam perpustakaan itu sendiri. Selain sejuk juga tidak membosankan.

Tetapi walau tangannya memegang buku fisika, kedua matanya justru fokus ke arah lapangan melihat anak-anak lain yang asyik main Voli.

Andi pun jadi ikut-ikutan melirik, saat tahu ada seorang gadis yang bermain di antara pemain lelaki jadi tidak heran kenapa Adam gagal fokus.

"Dam, padahal kita semua tengah mati-matian belajar untuk UN sebulan lagi. Tapi aku heran kenapa Najwa malah asyik bermain-main, " gumam Andi.

"Biarlah dia melakukan apapun yang dimau, asalkan dia bahagia" jawab Adam tak menoleh sama sekali.

"Bukan itu maksudku, tapi Najwa yang tidak pernah serius belajar, jam kelas malah sering bolos atau tidur. Tapi kenapa ketika ulangan justru dia paling tenang dan mendapat nilai yang baik? Saat guru menyelidiki juga tidak ditemukan adanya kecurangan, " sela Andi.

Adam hanya tersenyum, dia sudah sangat mengenal Najwa sejak di bangku sekolah dasar. Gadis tomboi yang memiliki hobi olah raga, sering menjadi wakil sekolah dalam mengikuti berbagai kegiatan lomba, dari cerdas cermat, voli, lari maraton, kaligrafi, bacaan puisi dan menciptakan cerpen. Selain itu juga sering mendapat juara satu di kelas, hal yang membuat orang lain iri sebab Najwa yang tidak pernah serius dalam belajar. Isi kepala Najwa hanya bermain-main dan itu terbawa sampai SMA. Saat istirahat sekolah Najwa memilih bermain sepak bola atau Voli bersama teman lelaki lain.

Najwa, gadis yang lebih memikirkan isi perut dibandingkan penampilan. Tetapi anehnya keberadaanya menjadi pusat perhatian dan menarik hati lelaki karena sifatnya yang apa adanya no jaim-jaim. Meskipun begitu, sampai saat ini belum ada satupun lelaki yang bisa mendapatkan hatinya. Itulah yang membuat Adam merasa jika Najwa memang gadis yang layak diperjuangkan.

"Dam, kalau kamu cintanya sama Najwa kenapa kamu malah pacaran dengan Ana? Sadar nggak sih jika hal itu hanya melukaimu dan Ana? Hubungan tanpa cinta hanya menyiksa, " tanya Andi.

"Dan melukaimu juga kan? Ngaku deh, kamu juga suka Ana kan? " balas Adam.

"Sebagai lelaki sejati aku berani mengakuinya, benar sekali kalau aku memang menyukai Ana. Awalnya aku diam, karena Ana memang sangat mencintaimu. Tetapi karena aku tahu, kamu tidak sungguh-sungguh dengannya makanya aku memberanikan diri jujur padamu Sekarang bagaimana dengan dirimu? Kamu suka Najwa kan? " desak Andi sangat penasaran.

"Nanti sepulang sekolah aku akan memutuskan Ana, tapi untuk perasaanku sendiri, tidak ada kewajiban bagiku untuk menjawabnya, " balas Adam memilih pergi.

"Dam, sampai kapan kamu akan begitu? Kamu tidak takut kehilangan Najwa? " pekik Andi.

Adam diam saja, dia berlalu pergi tanpa menghiraukan Andi yang terus saja memanggil namanya.

Bukan karena Adam tak ingin mengungkapkan isi hatinya, bahkan buku diary, dinding kamar dan juga setiap barang yang dia sukai ada nama Najwa. Tapi karena alasan tidak ingin kehilangan itulah yang membuatnya tidak bisa menyatakan betapa dirinya mencintai Najwa sejak kecil.

Adam sangat ingat, begitu banyak lelaki yang mengungkapkan cinta tetapi pada akhirnya mereka semua hanya mendapat penghindaran dari Najwa.

Najwa mudah bergaul, entah itu lelaki atau perempuan semua sama saja. Tetapi jika ada lelaki yang berani menembaknya, Najwa langsung menghindarinya.

Sampai saat ini Adam masih penasaran, kenapa Najwa tidak seperti gadis lain yang mengidolakan cowok populer atau jatuh cinta.

Tanpa sadar, langkah kakinya menuju ke tepi lapangan. Pada saat itu juga Najwa mendekatinya.

"Main yuk? " ajak Najwa.

"Tidakkah kamu merasa lelah? Sebentar lagi masuk kelas, lihatlah tubuhmu banyak keringat, " tolak Adam.

"Aku malas banget pelajaran bahasa Inggris, " keluh Najwa memanyunkan bibirnya yang mungil.

"Huft, kamu bilang malas tapi nilaimu bagus, " sindir Adam dengan tatapan iri.

"Itu hanya keberuntungan saja, yuk kita ke kantin aku sangat haus nih, " ajak Najwa dengan gaya tomboy nya.

"Beruntung kok setiap saat, kalau gitu beri aku sepuluh persen saja dari keberuntunganmu itu. Setidaknya aku bisa lulus ujian tanpa mati-matian belajar, " canda Adam.

"Menghadaplah pada yang maha kuasa, karena semua ini adalah anugerah darinya, " balas Najwa sambil berlari.

"Eh sialan, maksud kamu aku mati gitu?" teriak Adam sambil mengejar Najwa.

"Ha.. Ha.. Traktir aku minum dong, aku tidak bawa duit, " pinta Najwa mengedipkan sebelah matanya.

Adam segera merogoh sakunya menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan.

"Huh, kamu yang mengajak aku ke kantin tapi aku yang disuruh bayar, " sindir Adam.

"Ya aku mengajakmu karena aku nggak bawa duit, lebih tepatnya duitku sudah habis, " tawa Najwa renyah.

"Pasti buat beli novel kan? " duga Adam yang selalu tahu kesukaan Najwa.

"Ho-oh, kemarin saat aku lewat jalan ada seorang kakek tua menjual novel bekas. Masih bagus dan harganya murah- murah, mumpung ada kesempatan aku borong semua, " jawab Najwa antusias.

"Kamu beli apa saja? " tanya Adam ikut penasaran.

"Banyak pokoknya, kalau kamu mau membaca aku pinjamkan sebagai ucapan terima kasih untuk jus jeruk ini, " tawar Najwa dengan senang hati.

"Terima kasih, tapi aku tidak seberuntung kamu Najwa. Aku harus belajar siang malam agar bisa lulus, " tolak Adam secara lembut.

"Aku yakin kamu pasti lulus, " bujuk Najwa sambil menepuk pundak Adam perlahan.

"Yah, itu adalah sebuah keharusan. Karena jika tidak aku kena marah, kedua orang tuaku sudah menyuruh aku kuliah di tempat kakakku belajar. Biar kalau berangkat bisa bersamaan. Kamu kau kuliah dimana? " tanya Adam balik.

"Kayaknya aku enggak kuliah deh, " jawab Najwa santai.

"Apa? Kenapa? Kamu sangat cerdas dan juga berbakat, kamu memiliki banyak prestasi, " pekik Adam syok.

"Tapi dalam hal keluarga aku tidak seberuntung kamu, Dam, " balas Najwa masih tersenyum tegar.

Inilah sosok yang selama ini Adam kenal, dalam keadaan sulit apapun Najwa tidak pernah mengeluh atau bersedih. Mungkin rasa sedih ada, tetapi Najwa terlalu pandai untuk menutupinya.

"Najwa, kamu jangan menyerah di awal. Aku yakin dengan kemampuan kamu pasti bisa masuk ke Universitas, aku akan bantu kamu untuk mencari beasiswa, " bujuk Adam.

"Sudah jangan pikirkan aku, fokuslah pada ujianmu! Yuk kita masuk ke kelas, sudah berbunyi tuh bel nya. "

Adam segera membuntuti Najwa, begitulah sejak sekolah dasar Adam selalu berjalan di belakang Najwa. Melihat sosok mungil yang sangat tegar dan tangguh. Walau tidak bisa sekelas, tetapi Adam sudah sangat puas bisa sekolah mengikuti Najwa berada. Hanya saja, jawaban Najwa barusan mengenai masuk universitas sangat mengusik pikiran Adam. Dia sungguh tidak rela, jika Najwa sampai putus sekolah begitu saja.

Terpopuler

Comments

Azizah

Azizah

Alhamdulillah...kembali lagi😍😍😍
Semangat mbak💪💪😘😘

2022-12-13

1

Rachma Sweet

Rachma Sweet

kak lina😍😍

2022-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!