"Lihatlah! Novelmu sudah dibaca oleh banyak orang," kata Rasya yang saat itu sedang makan siang bersama Najwa.
Najwa yang saat itu baru saja akan memasukkan suapan terakhir baksonya langsung merebut laptop Rasya. Ia penasaran dengan apa yang Rasya katakan.
Benar saja, sudah ada banyak orang yang meninggalkan komentar di novelnya. Najwa merasa sangat senang. Ia menatap layar laptop sampai tak berkedip.
"Aku nggak nyangka kalau novel perdanaku akan mendapat respon positif seperti ini. Apalagi, aku merasa bahwa cerita dalam novel ini biasa saja," gumam Najwa tanpa melepas pandangan matanya dari layar laptop.
"Itu bukan cerita biasa, Wa. Cerita itu benar benar menyentuh hati. Setiap orang yang membacanya seolah bisa benar benar masuk dalam cerita novelmu. Kamu pintar bikin readers pada baper."
Najwa tersenyum senang. Ia masih sibuk membaca komentar dari para pembaca. Beberapa ada yang bertanya apakah cerita yang ada dalam novel dengan judul 'Lembar Kehidupan Anak Tiri' itu memang sebuah kisah nyata atau hanya karangan belaka.
"Apa yang harus aku lakukan dengan semua komentar ini. Apa aku harus membalasnya satu persatu?" tanya Najwa yang masih belum mengerti dengan prosedur novel online.
"Iya, Wa. Kamu harus membalas semua komentar itu satu persatu agar pembacamu tahu kamu adalah penulis yang perhatian pada pembaca. Itu akan semakin menarik minat mereka untuk menikmati novel yang kau buat," jelas Rasya yang sepertinya sudah berpengalaman dalam dunia novel online.
"Kamu kok kaya penulis yang sudah profesional, Sya. Jangan jangan, kamu juga penulis ya?"
"Nggak, Wa. Justru karena aku pembaca setia Novel online, aku jadi tahu bagaimana rasanya jadi pembaca."
Najwa manggut manggut. "Maaf ya, Sya. Aku jadi pinjam laptop milikmu terus. Apa menulis tidak bisa pakai hp?"
"Nggak apa, Wa. Pakai saja selagi nggak aku pakai. Aku nggak begitu tahu. Coba aja! Siapa tau bisa. Jadi, kan kamu ngga harus kemana mana bawa laptop. Menulis juga bisa dijadikan pengisi waktu kosong."
"Oke. Nanti aja aku coba, sekarang pinjam laptop kamu dulu ya! Aku lagi membalas komentar lara pembaca. Seperti yang kamu sarankan."
"Iya. Santai aja! Ya sudah, aku mau balik ke butik ya! Waktu istirahat sudah hampir habis."
"Apa? Aduh, makananku sampai belum habis. Ya sudah! Ini aku terusin nanti saja, Sya. Aku kan juga harus balik ke butik."
Rasya mengangguk dan mengambil laptop miliknya untuk ia kembalikan ke kamar mess. Sementara Najwa sedang terburu buru menghabiskan makanan yang masih sisa sedikit. Setelah selesai, Najwa segera membayar makanannya dan kembali bekerja.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 sore. Menandakan bahwa waktu bekerja telah habis. Semua karyawan bersiap-siap merapikan butik sedangkan Najwa menghitung semua uang, mengecek pendapatan dan menulis pembukuan.
"Balik ke mess yuk, Wa. Aku masih pengen ngobrol soal novel kamu," ajak Rasya yang sudah selesai beres-beres.
"Oke. Aku juga sudah selesai. Yuk!"
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke kamar mess mereka. Sesekali keduanya bercanda ria sampai menceritakan tingkah laku pelanggan butik yang aneh-aneh. Sampai di kamar, keduanya segera mandi dan berganti pakaian.
"Sya, coba kamu cek. Apa aku bisa membuka aplikasi novel online lewat ponsel milikku?"
Najwa memang tidak terlalu pintar mengoperasikan ponsel. Karena itu ia minta bantuan pada Rasya. Dengan piawai, Rasya mulai mengutak-atik ponsel Najwa. Tak butuh waktu lama, rasa tersenyum karena telah berhasil melakukan permintaan Najwa.
"Ini, Wa. Mulai sekarang kamu bisa menulis memakai ponsel mengecek komentar membalas komentar dan hal-hal lain."
Najwa menerima ponselnya dan bahkan kami berterima kasih pada Rasya. Ia kemudian mulai menulis kembali lanjutan novel miliknya. Tak lama kemudian sebuah komentar baru masuk. Dengan cepat Najwa melihat komentar itu dan menemukan foto Adam di sana.
Najwa sempat kaget. Ia segera melihat isi komentar Adam.
"Cerita ini sangat menyentuh. Entah kebetulan atau tidak, kisahnya sangat mirip dengan cerita kehidupan sahabatku."
Itulah yang Adam tuliskan di kolom komentar. Najwa tersenyum. Ternyata, Adam membaca novelnya. Untung saja, Najwa memakai nama pena Bintang Kejora. Jadi, Adam tidak tahu bahwa sebenarnya, novel itu memang kisah hidupnya.
"Benarkah? Mungkin, itu hanya sebuah kebetulan saja. Terimakasih sudah mengikuti ceritaku. Semoga tidak membosankan."
Najwa membalas komentar Adam. Untuk saat ini, ia belum ingin membeberkan pada Adam siapa sebenarnya dirinya. Ia ingin Adam menyadari hal itu nanti setelah membaca novelnya lebih jauh.
"Najwa, kamu Kenapa senyum senyum sendiri. Seperti orang lagi kasmaran," goda Rasya yang baru saja selesai menggarap tugas kuliahnya duduk di dekat Najwa.
"Nggak kok. Nggak ada apa apa." Najwa menyembunyikan ponselnya. Ia merasa malu jika sampai Rasya tahu saat ini sedang senang karena menemukan Adam di kolom komentar novelnya.
"Sini!"
Rasya berhasil merebut ponsel Najwa. Ia segera menemukan apa yang membuat Najwa begitu bahagia.
"Oh, jadi kamu ketemu Adam di dunia Maya? Pantas saja kamu senang sekali. Rupanya kamu sedang jatuh cinta."
Wajah Najwa sontak berubah seperti kepiting rebus. Ia sungguh malu pada Rasya. Tapi, tak urung senyumnya melebar karena merasa bahwa apa yang Rasya katakan itu tidak salah.
"Aku nggak percaya lagi sama cinta. Bagaimana bisa ada cinta kalau orang tuaku sampai bisa bercerai. Apa gunanya cinta jika ayah tiriku selalu membenciku," ucap Najwa yang tiba tiba wajahnya berubah sendu.
"Najwa!"
Rasya langsung memeluk Najwa dengan erat. Sekarang, ia tahu bahwa novel itu adalah sebuah kisah nyata.
"Maaf, Sya. Aku merasa tak sanggup menahan rasa ini," ucap Najwa di sela isak tangisnya.
"Tak apa, Wa. Kamu bisa bercerita segalanya padaku. Aku pasti tak akan menceritakan ini pada orang lain." Rasya mengelus pundak Najwa. Ia ingin menguatkan temannya itu dan memastikan bahwa Najwa merasa rahasianya aman bersama Rasya.
"Terima kasih, Sya."
"Jadi, benar kan kisah dalam novel yang kamu tulis itu adalah cerita hidupmu," tanya Rasya yang dijawab anggukan oleh Najwa.
"Pantas saja aku merasa bahwa kamu sangat menjiwai novel ini. Mengapa kau gak tuliskan kisah Adam dalam novelmu. Aku yakin, lambat laun, Adam akan menyadari bahwa Bintang Kejora adalah dirimu," ucap Rasya sambil melepas pelukan Najwa.
Mata Najwa menatap Rasya dengan ragu. Ia memang sudah berpikir tentang hal. Tapi, ia masih merasa belum yakin. Tapi setelah mendengar perkataan Rasya Najwa tahu bahwa novel adalah salah satu cara mengungkapkan perasaan dan luka dengan cara yang berbeda.
"Baiklah. Mulai sekarang, aku akan menuliskan kisah Adam dalam novelku." Najwa berkata dengan penuh keyakinan dan harapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments