“Bukan hal yang jarang namun ingin menghindar nyatanya tak terhindar”
~~ LYSM ~~
Aldrina adalah putri semata wayang dari Gandhi Prasetyo. Duda paruh baya yang memiliki perusahaan terkenal di bidang industri. Aldrina sudah terbiasa hidup tanpa hadirnya seorang ibu dikehidupannya sejak dia masih balita dan Gandhi pun tidak berniat menggantikan posisi ibu Aldrina dikehidupannya. Aldrina beruntung memiliki ayah yang perhatian dan seorang kakak laki-laki bernama Bimo Geraldi yang tahun ini akan masuk ke bangku perkuliahan. Sementara Aldrina sendiri akan memasuki tahun pertama di sekolah menengah atas atau sering disebut dengan SMA.
“Kak Bim antarin aku gih!”kata Aldrina sambil menarik selimut Bimo sementara orangnya masih masih memejamkan mata
“Emm.. Bentaran lagi napa nyet, aku masih ngantuk”gumam Bimo
“Busyet dah! Kalau ini hari biasa gapapa ogeb, ini hari pertamaku lo kakakku seyeng jadi setidaknya gak ada kata terlambat” balas Aldrina sambil mengoncang-goncang tubuh Bimo
Masih tidak merespon juga “Aku gelitikin nih satu dua...”
Bimo pun langsung berlari ke kamar mandi membasuh wajahnya lalu mengambil kunci motor kesayangannya. Bimo tidak tahan akan ancaman Aldrina karena dimatanya Aldrina adalah orang yang terlalu nekat.
Sesampai di SMA Tunas Utama motor Bimo langsung berhenti di depan gerbang “Okay mas bro adek mau belajar dulu trimakasih, dada!”kata Aldrina sambil memberi helm yang digunakannya tadi dan tersenyum jahil pada Bimo
Bimo hanya memasang wajah kesal, tanpa basa basi lagi Bimo menghidupkan motornya dan segera pergi meninggalkan Aldrina yang masih tersenyum jahil. Kini Aldrina melangkah memasuki ruangan kelas MIA-3 menurut keterangan yang diberikan kepadanya nama Aldrina terdaftar di kelas itu. Aldrina memasang wajah kebingungan karena 3 hari berturut-turut dia tidak mengikuti MOS.
Sesampai di kelas “Eh bangkunya kosong gak?”tanya Aldrina pada wanita yang memilki poni selamat datang dan pipi yang seperti bakpau begitu menggemaskan.
“Hem i..i..aaa kosong”
”Yaelah tenang aja aku gak bakal gangguin kamu kok lanjutin deh makannya’’kata Aldrina dengan senyuman sambil meletakkan tasnya
Shirene Meylie nama gadis Imut itu. Terlihat sangat pemalu dan tidak pandai bersosial sehingga Aldrina memutuskan duduk didekatnya
“Eh nama kamu siapa?”tanya Shirene sungkan
“Oo aku Aldrina panggil aja Rina, nama kamu siapa?”balas Aldrina sopan
‘’Aku Shirene terserah mau manggil apa, eh aku tadi udah takut lo gak bakal punya sebangku, syukur kamu mau duduk sama aku Rin, makasih lo” kata Shirene dengan mata berbinar
“Sans ae”
"Bukan termasuk orang yg pendiam"kata Aldrina dalam hati dengan sedikit tersenyum
Aldrina mengeluarkan novel yang sudah dia persiapkan dari rumah untuk mengisi waktu luangnya. Dia lebih memilih untuk diam dan tidak banyak mengobrol sementara Shirene sangat tidak sabar untuk lebih dekat dengannya.
“Eh mau nanya nih kamu kemaren gak ikutan MOS ya? Kek baru lihat soalnya”tanya Shirene penasaran
“Hmm begitulah, aku merasa tidak enak badan lagian terlalu malas untuk mengikuti kegiatan kayak gituan, gak faedah’’
“Yah sayang banget tau, kemaren itu orang paling famous seisi sekolah aja ikutan, ketua OSIS maksudnya’’ucap Shirene sedikit heboh
“Serius?’’tanya Aldrina sok kaget
“Iya serius’’
“Itu kan wajar, yaudah sih gak penting juga kan, toh masih bisa dilihat sekarang’’balas Aldrina dengan wajah datar
“hahaha ia deh ia, serius amat baca novelnya, Rin kamu hobbi baca ya?”
“Lumayan sekalian buang suntuk’’ balas Aldrina dengan mata yang tetap fokus ke novel
Shirene pun mengangguk paham dan kembali menikmati makanan yang ada di tangannya. Kelas pun dimulai seperti sekolah pada umumnya kebanyakan hari pertama mulai belajar di sekolah tidak terlalu serius masih banyak guru-guru yang ingin melakukan perkenalan dan berbagi sedikit pengalaman.
“Eh Rin kantin yuk, aku gak berani sendiri gak pede juga”ajak Shirene memohon
Aldrina menimang-nimang permintaan Shirene dan merasa tidak tega akhirnya dia menurut saja. Mereka berdua pun berjalan melewati lapangan. Di lapangan basket tidak sengaja Aldrina melihatnya, Felix orang yang dari dulu memohon-mohon menjadi kekasihnya semasa SMP tidak disangka dunia sesempit itu, betapa tidak sukanya Aldrina pada Felix sudah playboy masih saja suka mengganggunya. Karena terlalu tidak fokus berjalan Aldrina malah menubruk tiang basket dan betapa menyebalkannya Shirene karena tidak memberitahunya.
“Aihh shitt”desisnya
“Eh Rin gakpapa?´Hahaha ada–ada aja lo jalan pun remedi’’ Kebiasaan orang terdekat bukannya langsung membantu malah tertawa terlebih dahulu
“Sakitlah ogeb, gimana si kok gak ngebilangin ada tiang sebesar ini"
“Ya maaf aku kirai lo tau Rin hehe”kata Shirene cengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
“Jangan teman yang disalahkan kamu aja yang bego”kata seseorang sambil melalui Aldrina menuju kantin
Tiba-tiba saja api panas terpancar dari tubuh Aldrina, suhu tubuhnya yang tadinya sudah mendidih tambah mendidih mendengar perkataan itu. Aldrina berlari cepat kemudian menendang kaki lelaki itu tanpa melihat wajah sipemilik kaki yang kesakitan
“Opss maaf salahin kakinya yang bodoh mau aja ditendang’’ejek Aldrina merasa impas sambil setengah berlari menghampiri Shirene yang terlihat syok akan kejadian itu.
“Gila lo Rin ngapai nendang-nendang anak orang kita masih baru lo disini, ia kali masuk ruang BK secepatnya’’kata Shirene khawatir, Shirene pun tidak memperhatikan bahwa orang yang sedang berhadapan dengan Aldrina tadi adalah Dandra si ketua OSIS
“Udah sans aja yuk makan laper juga nih’’balas Aldrina cuek kemudian menggandeng Shirene ke kantin.
***
Sebulan berlalu, Aldrina mulai terbiasa dengan masanya yang sekarang menggunakan seragam abu-abu. Setelah sebulan Bimo tidak lagi mengantar Aldrina, Aldrina pun tidak mau merepotkan Bimo yang memang terlalu malas bangun pagi untuk mengantarnya
“Huh calon mahasiswa apaan! Bangun aja gak bisa cepat untung sayang”kata Aldrina mengomel di dalam bus
‘‘Shutt.. Jangan berisik ini bukan ruangan bimbingan konseling, bukan tempat curhat juga”kata seseorang yang duduk disampingnya begitu menusuk
Aldrina melirik dengan wajah kesal dan alis yang terangkat. Namun tidak membalas perkataan itu karena ada benarnya juga. Aldrina berpikir seperti pernah mendengar suara orang sesongong itu tapi melupakannya entah dimana. Jarak rumah Aldrina ke sekolahnya lumayan jauh terlebih yang dinaiki Aldrina sekarang adalah bus ada kemungkinan akan terlambat jika terjadi macet, untunglah dia selalu membawa novel untuk mengusir rasa bosan.
“Tau kayak gini gak bakalan nolak papa nyewa supir buat nganterin, ah sudahlah buang-buang uang juga”ocehnya lagi disela-sela membaca novel
“Maaf mbak bising”
Lagi-lagi orang disamping Aldrina berkomentar. Jengah mendengarnya Aldrina melihat siapa yang begitu lancang terhadapnya dan ingin berbalik marah ternyata orang itu adalah Dandra, ya dia Dandra, Aldrina ingat wajah itu. Dandra sendiri tidak tau siapa yang ada disampingnya karena dia melontarkan kata-kata itu dengan mata tertutup. Dandra berkata seperti itu bukan tanpa alasan namun karena begitu menggangu waktu tidurnya yang hanya sebentar refleks kata-kata itu mengalir dari mulutnya. Semalaman Dandra tidak cukup tidur hanya untuk membereskan proposal untuk perlombaan 17 Agustus jadi sah-sah saja dia berkata seperti itu dia pun memilih menaiki bus supaya bisa tertidur sebentar.
DEG DEG DEG
“Gila kenapa jantung gue sih, widih kalem amat mukanya kalo gini, bulu matanya..”kata Aldrina takjub dalam hati dan tanpa sadar menggerakkan tangannya memegang bulu mata Dandra
Seketika Dandra terkesiap kemudian membuka matanya perlahan. Pancaran mata coklat itu, Indonesia sekali sangat indah membuat Aldrina sangat terpesona.
“Aaaa eee…”Aldrina garuk-garuk kepala yang tidak gatal
Setelah melihat siapa yang disampingnya setengah sadar Dandra terkejut kemudian membenarkan posisi duduknya namun tidak berkata apa pun dan memasang wajah datar seperti biasanya. Lalu dia teringat kejadian sebulan lalu saat seorang gadis menendang kakinya tanpa memiliki perasaan dan gadis itu adalah Aldrina. Namun Aldrina tidak sadar akan hal itu, gimana mau sadar peduli sama apa yang terajadi di sekolah pun tidak. Aldrina juga tidak sadar bahwa Dandra adalah kakak kelasnya yang sangat famous di sekolah. Bukannya marah Aldrina justru merasa tidak enak akan sikapnya barusan, dia melupakan aksi apa yang ingin dilakukannya karena itu adalah Dandra, cowok supermarket yang tidak sengaja dia jahati.
“Anu… Eh sorry”kata Aldrina sambil menelan ludah, sementara Dandra terlihat datar-datar saja malah tidak merespon
Merasa dikacangin dengan kebiasaan Aldrina baca novel Aldrina tau bagaimana cara memancing seseorang untuk berbicara walaupun bisa dibilang kurang sopan apalagi mereka belum terlalu saling mengenal. Aldrina menggoyang-goyangkan tangan Dandra seperti adik yang meminta permen kepada kakaknya
“Maaf’’ kata Aldrina lagi dengan nada yang lebih lembut, merasa risih mulut Dandra akhirnya terbuka.
‘’Ia jaga jarak”kata Dandra sinis, mendengar itu justru Aldrina semakin ingin menjahili lelaki itu
“Pinggir pak”teriak Dandra seketika yang membuat Aldrina mengerucutkan bibirnya
Dandra menatapnya datar sebentar dan turun dari bus itu sementara Aldrina tidak sadar sudah sampai di sekolah karena ini adalah hari pertamanya menaiki bus. Akhirnya bus pun kembali berjalan dan Aldrina memilih melihat langkah Dandra sampai tak terlihat betapa bodohnya Aldrina baru menyadari itu sekolahnya juga yang dimasuki Dandra setelah beberapa menit berlangsung.
“Sial”desisnya
“Pinggir pak”teriak Aldrina begitu kencang membuat seisi bus kaget karena teriakannya
Aldrina segera turun dari bus tidak lupa menggesek kartu busnya membayar ongkos. Kemudian Aldrina mengencangkan tali sepatunya takut terjatuh dan memulai langkahnya untuk berlari. Sial hanya itu yang ada dibenak Aldrina sambil terus berlari. Sesampai di sekolah jam pertama sudah dimulai berakhirlah nasib Aldrina dengan kata terlambat. Kebiasaan SMP nya kembali lagi akan tetapi dulu Aldrina selalu mendapatkan jalan pintas yang membuatnya berhasil mengelabuhi guru piket dan sekarang belum dia dapatkan karena tidak pernah berpikiran akan terlambat lagi.
“Berhenti disitu”kata seseorang saat melihat Aldrina ingin kabur ke kelas
Aldrina langsung menghentikan langkahnya berbalik badan dan tertunduk pasrah. Di sekolah itu bila ada siswa maupun siswi yang terlambat bukan guru yang turun tangan untuk menghukum siswa melainkan anggota-anggota OSIS. OSIS di SMA Tunas Utama cukup terkenal bahkan sangat terkenal karena orang-orang di dalamnya benar-benar orang terpilih.
“Siapa yang nyuruh kamu menunduk?”tanya senior wanita itu sinis terlihat galak pikir Aldrina
“Kenapa Liv?”tanya seeorang lelaki menghampiri keduanya
“Enggak ada apa-apa kok cuma menegur dia terlambat”balas wanita itu terlihat begitu lembut berbanding terbalik dengan sikapnya kepada Aldrina
“Iiiihhh”desis Aldrina
“dasar cewek”sambung Aldrina dengan nada mengejek
“Emang anda cowok?”balas Dandra lelaki yang bertanya pada Olivia tadi
Kemudian Aldrina melirik Dandra ternyata orang yang mengajak kakak senior songong itu berbicara adalah orang yang lebih songong dan tega padanya, Aldrina memlih diam dan tidak menjawab Dandra.
“Kalo ditanya ngomong jangan diam! Gak diajarin sama mama kamu ya”tegur senior wanita itu kembali dengan nada kasar
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Matahari
gadis pencinta novel pasti setiap hari yang dikerjakan hanya membaca novel
2023-02-18
4
Nadia
Abang ga ada akhlak manggil adik seperti itu .kalau aku punya Abang kaya gini lempar pake air
2023-02-18
3
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Syukurlah... Meskipun tanpa ibu ia bisa merasakan hangatnya kasih sayang keluarga dari ayah dan Kakanya 😇
2023-02-18
4