Bagian 1 (Terlambat)

“Bukan hal yang jarang namun ingin menghindar nyatanya tak terhindar”

~~ LYSM ~~

Aldrina adalah putri semata wayang dari Gandhi Prasetyo. Duda paruh baya yang memiliki perusahaan terkenal di bidang industri. Aldrina sudah terbiasa hidup tanpa hadirnya seorang ibu dikehidupannya sejak dia masih balita dan Gandhi pun tidak berniat menggantikan posisi ibu Aldrina dikehidupannya. Aldrina beruntung memiliki ayah yang perhatian dan seorang kakak laki-laki bernama Bimo Geraldi yang  tahun ini akan masuk ke bangku perkuliahan. Sementara Aldrina sendiri akan memasuki tahun pertama di sekolah menengah atas atau sering disebut dengan SMA.

“Kak Bim antarin aku gih!”kata Aldrina sambil menarik selimut Bimo sementara orangnya masih masih memejamkan mata

“Emm.. Bentaran lagi napa nyet, aku masih ngantuk”gumam Bimo

“Busyet dah! Kalau ini hari biasa gapapa ogeb, ini hari pertamaku lo kakakku seyeng jadi setidaknya gak ada kata terlambat” balas Aldrina sambil mengoncang-goncang tubuh Bimo

Masih tidak merespon juga “Aku gelitikin nih satu dua...”

Bimo pun langsung berlari ke kamar mandi membasuh wajahnya lalu mengambil kunci motor kesayangannya. Bimo tidak tahan akan ancaman Aldrina karena dimatanya Aldrina adalah orang yang terlalu nekat.

Sesampai di SMA Tunas Utama motor Bimo langsung berhenti di depan gerbang “Okay mas bro adek mau belajar dulu trimakasih, dada!”kata Aldrina sambil memberi helm yang digunakannya tadi dan tersenyum jahil pada Bimo

Bimo hanya memasang wajah kesal, tanpa basa basi lagi Bimo menghidupkan motornya dan segera pergi meninggalkan Aldrina yang masih tersenyum jahil. Kini Aldrina melangkah memasuki ruangan kelas MIA-3 menurut keterangan yang diberikan kepadanya  nama Aldrina terdaftar di kelas itu. Aldrina memasang wajah kebingungan karena 3 hari berturut-turut dia tidak mengikuti MOS.

Sesampai di kelas “Eh bangkunya kosong gak?”tanya Aldrina  pada wanita yang memilki poni selamat datang dan pipi yang seperti bakpau begitu menggemaskan.

“Hem i..i..aaa kosong”

”Yaelah tenang aja aku gak bakal gangguin kamu kok lanjutin deh makannya’’kata Aldrina dengan senyuman sambil meletakkan tasnya

Shirene Meylie nama gadis Imut itu. Terlihat sangat pemalu dan tidak pandai bersosial sehingga Aldrina memutuskan duduk didekatnya

“Eh nama kamu siapa?”tanya Shirene sungkan

“Oo aku Aldrina panggil aja Rina, nama kamu siapa?”balas Aldrina sopan

‘’Aku Shirene terserah mau manggil apa, eh aku tadi udah takut lo gak bakal punya sebangku, syukur kamu mau duduk sama aku Rin, makasih lo” kata Shirene dengan mata berbinar

“Sans ae”

"Bukan termasuk orang yg pendiam"kata Aldrina dalam hati dengan sedikit tersenyum

Aldrina mengeluarkan novel yang sudah dia persiapkan dari rumah untuk mengisi waktu luangnya. Dia lebih memilih untuk diam dan tidak banyak mengobrol sementara Shirene sangat tidak sabar untuk lebih dekat dengannya.

“Eh mau nanya nih kamu kemaren gak ikutan MOS ya? Kek baru lihat soalnya”tanya Shirene penasaran

“Hmm begitulah, aku merasa tidak enak badan lagian terlalu malas untuk mengikuti kegiatan kayak gituan, gak faedah’’

“Yah sayang banget tau, kemaren itu orang paling famous seisi sekolah aja ikutan, ketua OSIS maksudnya’’ucap Shirene sedikit heboh

“Serius?’’tanya Aldrina sok kaget

“Iya serius’’

“Itu kan wajar, yaudah sih gak penting juga kan, toh masih bisa dilihat sekarang’’balas Aldrina dengan wajah datar

“hahaha ia deh ia, serius amat baca novelnya, Rin kamu hobbi baca ya?”

“Lumayan sekalian buang suntuk’’ balas Aldrina dengan mata yang tetap fokus ke novel

Shirene pun mengangguk paham dan kembali menikmati makanan yang ada di tangannya. Kelas pun dimulai seperti sekolah pada umumnya kebanyakan hari pertama mulai belajar di sekolah tidak terlalu serius masih banyak guru-guru yang ingin melakukan perkenalan dan berbagi sedikit pengalaman.

“Eh Rin kantin yuk, aku gak berani sendiri gak pede juga”ajak Shirene memohon

Aldrina menimang-nimang permintaan Shirene dan merasa tidak tega akhirnya dia menurut saja. Mereka berdua pun berjalan melewati lapangan. Di lapangan basket tidak sengaja Aldrina melihatnya, Felix orang yang dari dulu memohon-mohon menjadi kekasihnya semasa SMP tidak disangka dunia sesempit itu, betapa tidak sukanya Aldrina pada Felix sudah playboy masih saja suka mengganggunya. Karena terlalu tidak fokus berjalan Aldrina malah menubruk tiang basket dan betapa menyebalkannya Shirene karena tidak memberitahunya.

“Aihh shitt”desisnya

“Eh Rin gakpapa?´Hahaha ada–ada aja lo jalan pun remedi’’ Kebiasaan orang terdekat bukannya langsung membantu malah tertawa terlebih dahulu

“Sakitlah ogeb, gimana si kok gak ngebilangin ada tiang sebesar ini"

“Ya maaf aku kirai lo tau Rin hehe”kata Shirene cengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

“Jangan teman yang disalahkan kamu aja yang bego”kata seseorang sambil melalui Aldrina menuju kantin

Tiba-tiba saja api panas terpancar dari tubuh Aldrina, suhu tubuhnya yang tadinya sudah mendidih tambah mendidih mendengar perkataan itu. Aldrina berlari cepat kemudian menendang kaki lelaki itu tanpa melihat wajah sipemilik kaki yang kesakitan

“Opss maaf salahin kakinya yang bodoh mau aja ditendang’’ejek Aldrina merasa impas sambil setengah berlari menghampiri Shirene yang terlihat syok akan kejadian itu.

“Gila lo Rin ngapai nendang-nendang anak orang kita masih baru lo disini, ia kali masuk ruang BK secepatnya’’kata Shirene khawatir, Shirene pun tidak memperhatikan bahwa orang yang sedang berhadapan dengan Aldrina tadi adalah Dandra si ketua OSIS

“Udah sans aja yuk makan laper juga nih’’balas Aldrina cuek kemudian menggandeng Shirene ke kantin.

***

Sebulan berlalu, Aldrina mulai terbiasa dengan masanya yang sekarang menggunakan seragam abu-abu. Setelah sebulan Bimo tidak lagi mengantar Aldrina, Aldrina pun tidak mau merepotkan Bimo yang memang terlalu malas bangun pagi untuk mengantarnya

“Huh calon mahasiswa apaan! Bangun aja gak bisa cepat untung sayang”kata Aldrina mengomel di dalam bus

‘‘Shutt.. Jangan berisik ini bukan ruangan bimbingan konseling, bukan tempat curhat juga”kata seseorang yang duduk disampingnya begitu menusuk

Aldrina melirik dengan wajah kesal dan alis yang terangkat. Namun tidak membalas perkataan itu karena ada benarnya juga. Aldrina berpikir seperti pernah mendengar suara orang sesongong itu tapi melupakannya entah dimana. Jarak rumah Aldrina ke sekolahnya lumayan jauh terlebih yang dinaiki Aldrina sekarang adalah bus ada kemungkinan akan terlambat jika terjadi macet, untunglah dia selalu membawa novel untuk mengusir rasa bosan.

“Tau kayak gini gak bakalan nolak papa nyewa supir buat nganterin, ah sudahlah buang-buang uang juga”ocehnya lagi disela-sela membaca novel

“Maaf mbak bising”

Lagi-lagi orang disamping Aldrina berkomentar. Jengah mendengarnya Aldrina melihat siapa yang begitu lancang terhadapnya dan ingin berbalik marah ternyata orang itu adalah Dandra, ya dia Dandra, Aldrina ingat wajah itu. Dandra sendiri tidak tau siapa yang ada disampingnya karena dia melontarkan kata-kata itu dengan mata tertutup. Dandra berkata seperti itu bukan tanpa alasan namun karena begitu menggangu waktu tidurnya yang hanya sebentar refleks kata-kata itu mengalir dari mulutnya. Semalaman Dandra tidak cukup tidur hanya untuk membereskan proposal untuk perlombaan 17 Agustus jadi sah-sah saja dia berkata seperti itu dia pun memilih menaiki bus supaya bisa tertidur sebentar.

DEG DEG DEG

“Gila kenapa jantung gue sih, widih kalem amat mukanya kalo gini, bulu matanya..”kata Aldrina takjub dalam hati dan tanpa sadar menggerakkan tangannya memegang bulu mata Dandra

Seketika Dandra terkesiap kemudian membuka matanya perlahan. Pancaran mata coklat itu, Indonesia sekali sangat indah membuat Aldrina sangat terpesona.

“Aaaa eee…”Aldrina garuk-garuk kepala yang tidak gatal

Setelah melihat siapa yang disampingnya setengah sadar Dandra terkejut kemudian membenarkan posisi duduknya namun tidak berkata apa pun dan memasang wajah datar seperti biasanya. Lalu dia teringat kejadian sebulan lalu saat seorang gadis menendang kakinya tanpa memiliki perasaan dan gadis itu adalah Aldrina. Namun Aldrina tidak sadar akan hal itu, gimana mau sadar peduli sama apa yang terajadi di sekolah pun tidak. Aldrina juga tidak sadar bahwa Dandra adalah kakak kelasnya yang sangat famous di sekolah. Bukannya marah Aldrina justru merasa tidak enak akan sikapnya barusan, dia melupakan aksi apa yang ingin dilakukannya karena itu adalah Dandra, cowok supermarket yang tidak sengaja dia jahati.

“Anu… Eh sorry”kata Aldrina sambil menelan ludah, sementara Dandra terlihat datar-datar saja malah tidak merespon

Merasa dikacangin dengan kebiasaan Aldrina baca novel Aldrina tau bagaimana cara memancing seseorang untuk berbicara walaupun bisa dibilang kurang sopan apalagi mereka belum terlalu saling mengenal. Aldrina menggoyang-goyangkan tangan Dandra seperti adik yang meminta permen kepada kakaknya

“Maaf’’ kata Aldrina lagi dengan nada yang lebih lembut, merasa risih mulut Dandra akhirnya terbuka.

‘’Ia jaga jarak”kata Dandra sinis, mendengar itu justru Aldrina semakin ingin menjahili lelaki itu

“Pinggir pak”teriak Dandra seketika yang membuat Aldrina mengerucutkan bibirnya

Dandra menatapnya datar sebentar dan turun dari bus itu sementara Aldrina tidak sadar sudah sampai di sekolah karena ini adalah hari pertamanya menaiki bus. Akhirnya bus pun kembali berjalan dan Aldrina memilih melihat langkah Dandra sampai tak terlihat betapa bodohnya Aldrina baru menyadari itu sekolahnya juga yang dimasuki Dandra setelah beberapa menit berlangsung.

“Sial”desisnya

“Pinggir pak”teriak Aldrina begitu kencang membuat seisi bus kaget karena teriakannya

Aldrina segera turun dari bus tidak lupa menggesek kartu busnya membayar ongkos. Kemudian Aldrina mengencangkan tali sepatunya takut terjatuh dan memulai langkahnya untuk berlari. Sial hanya itu yang ada dibenak Aldrina sambil terus berlari. Sesampai di sekolah jam pertama sudah dimulai berakhirlah nasib Aldrina dengan kata terlambat. Kebiasaan SMP nya kembali lagi akan tetapi dulu Aldrina selalu mendapatkan jalan pintas yang membuatnya berhasil mengelabuhi guru piket dan sekarang belum dia dapatkan karena tidak pernah berpikiran akan terlambat lagi.

“Berhenti disitu”kata seseorang saat melihat Aldrina ingin kabur ke kelas

Aldrina langsung menghentikan langkahnya berbalik badan dan tertunduk pasrah. Di sekolah itu bila ada siswa maupun siswi yang terlambat bukan guru yang turun tangan untuk menghukum siswa melainkan anggota-anggota OSIS. OSIS di SMA Tunas Utama cukup terkenal bahkan sangat terkenal karena orang-orang di dalamnya benar-benar orang terpilih.

“Siapa yang nyuruh kamu menunduk?”tanya senior wanita itu sinis terlihat galak pikir Aldrina

“Kenapa Liv?”tanya seeorang lelaki menghampiri keduanya

“Enggak ada apa-apa kok cuma menegur dia terlambat”balas wanita itu terlihat begitu lembut berbanding terbalik dengan sikapnya kepada Aldrina

“Iiiihhh”desis Aldrina

“dasar cewek”sambung Aldrina dengan nada mengejek

“Emang anda cowok?”balas Dandra lelaki yang bertanya pada Olivia tadi

Kemudian Aldrina melirik Dandra ternyata orang yang mengajak kakak senior songong itu berbicara adalah orang yang lebih songong dan tega padanya, Aldrina memlih diam dan tidak menjawab Dandra.

“Kalo ditanya ngomong jangan diam! Gak diajarin sama mama kamu ya”tegur senior wanita itu kembali dengan nada kasar

***

Terpopuler

Comments

Matahari

Matahari

gadis pencinta novel pasti setiap hari yang dikerjakan hanya membaca novel

2023-02-18

4

Nadia

Nadia

Abang ga ada akhlak manggil adik seperti itu .kalau aku punya Abang kaya gini lempar pake air

2023-02-18

3

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

Syukurlah... Meskipun tanpa ibu ia bisa merasakan hangatnya kasih sayang keluarga dari ayah dan Kakanya 😇

2023-02-18

4

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1 (Terlambat)
3 Bagian 2 (Gas !)
4 Bagian 3 (Rumah Dandra)
5 Bagian 4 (Perlombaan Day 1)
6 Bagian 5 (Perlombaan The End)
7 Bagian 6 (Merdekaku)
8 Bagian 7 (Kasar)
9 Bagian 8 (Ekstrakulikuler)
10 Bagian 9 (Kembali)
11 Bagian 10 (Luna)
12 Bagian 11 (Hari Pertama)
13 Bagian 12 (Api Cemburu)
14 Bagian 13 (Malam Minggu)
15 Bagian 14 (Masalah dan Kenangan)
16 Bagian 15 (Pertengkaran Antar Kekasih)
17 Bagian 16 (Beli Novel)
18 Bagian 17 (Aku datang Perpustakaan)
19 Bagian 18 ( Kamar Tidur Dandra)
20 Bagian 19 ( Club dan Kesadaran)
21 Bagian 20 (Jadian?)
22 Bagian 21 (Sekilas Tentang Mila)
23 Bagian 22 (Badmood atau cemburu?)
24 Bagian 23 (Mila Vs Aldrina)
25 Bagian 24 ( Kakak Adek)
26 Bagian 25 (Jatuh Pingsan)
27 Bagian 26 (Memasuki Cafe)
28 Bagian 27 (Penculikan Aldrina)
29 Bagian 28 (Menemukan Aldrina)
30 Bagian 29 (Protektif)
31 Bagian 30 (Bad Mood)
32 Bagian 31 (Drakor Dakjal)
33 Bagian 32 (Sampai di Rumah Aldrina)
34 Bagian 33 (Suit)
35 Bagian 34 (Sebelum Tanding Basket)
36 Bagian 35 (Sakit Perut)
37 Bagian 36 (Khawatir)
38 Bagian 37 (Drama Pagi)
39 Bagian 38 (Tragedi Basket)
40 Bagian 39 (Aku kembali, kamu pergi)
41 Bagian 40 ( Kembali ke Awal?)
42 Bagian 41 (Rumah Sakit Lagi)
43 Bagian 42 (Ujian Legend)
44 Bagian 43 (Kesialan yang Berujung Kebahagiaan)
45 Bagian 44 ( Berkunjung ke Rumah Luna)
46 Bagian 45 (Saling Terbuka)
47 Bagian 46 ( Sel Tahanan)
48 Bagian 47 (Ngambek Gak Jelas)
49 Bagian 48 (Malam yang Indah)
50 Bagian 49 (Gilbert mengulah lagi)
51 Bagian 50 ( Bertukar Pikiran)
52 Bagian 51 (Kehangatan Keluarga)
53 Bagian 52 (Kenzo Vs Aldrina)
54 Bagian 53 (Kesal)
55 Bagian 54 (Kenzo Tak Berperasaan)
56 Bagian 55 (Diantar Pulang)
57 Bagian 56 (Dandra Vs Kenzo)
58 Bagian 57 (Penampilan Yang Berbeda)
59 Bagian 58 (Atap Sekolah)
60 Bagian 59 (Mulan dan Kenzo)
61 Bagian 60 (Menangis)
62 Bagian 61 (Pembagian Rapor)
63 Bagian 62 (Malam Sebelum Perayaan)
64 Bagian 63 (Omelan Bimo)
65 Bagian 64 (Bahagia Natal)
66 Bagian 65 (Ajakan Kenzo)
67 Bagian 66 (Akan bertemu Papa Mertua)
68 Bagian 67 (Sahabat Dulu?)
69 Bagian 68 (Rencana ke London?)
70 Bagian 69 (Membujuk Papa)
71 Bagian 70 (Akan bertemu Mulan)
72 Bagian 71 (Kebisingan di Pagi Hari)
73 Bagian 72 (Penyebab Kematian Kaylee)
74 Bagian 73 (Rumah Kenzo)
75 Bagian 74 (Nadya Marah)
76 Bagian 75 (Semua tentang Keluarga)
77 Bagian 78 (Universitas London 2)
78 Bagiann 76 ( London)
79 Bagian 77 (Universitas London)
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1 (Terlambat)
3
Bagian 2 (Gas !)
4
Bagian 3 (Rumah Dandra)
5
Bagian 4 (Perlombaan Day 1)
6
Bagian 5 (Perlombaan The End)
7
Bagian 6 (Merdekaku)
8
Bagian 7 (Kasar)
9
Bagian 8 (Ekstrakulikuler)
10
Bagian 9 (Kembali)
11
Bagian 10 (Luna)
12
Bagian 11 (Hari Pertama)
13
Bagian 12 (Api Cemburu)
14
Bagian 13 (Malam Minggu)
15
Bagian 14 (Masalah dan Kenangan)
16
Bagian 15 (Pertengkaran Antar Kekasih)
17
Bagian 16 (Beli Novel)
18
Bagian 17 (Aku datang Perpustakaan)
19
Bagian 18 ( Kamar Tidur Dandra)
20
Bagian 19 ( Club dan Kesadaran)
21
Bagian 20 (Jadian?)
22
Bagian 21 (Sekilas Tentang Mila)
23
Bagian 22 (Badmood atau cemburu?)
24
Bagian 23 (Mila Vs Aldrina)
25
Bagian 24 ( Kakak Adek)
26
Bagian 25 (Jatuh Pingsan)
27
Bagian 26 (Memasuki Cafe)
28
Bagian 27 (Penculikan Aldrina)
29
Bagian 28 (Menemukan Aldrina)
30
Bagian 29 (Protektif)
31
Bagian 30 (Bad Mood)
32
Bagian 31 (Drakor Dakjal)
33
Bagian 32 (Sampai di Rumah Aldrina)
34
Bagian 33 (Suit)
35
Bagian 34 (Sebelum Tanding Basket)
36
Bagian 35 (Sakit Perut)
37
Bagian 36 (Khawatir)
38
Bagian 37 (Drama Pagi)
39
Bagian 38 (Tragedi Basket)
40
Bagian 39 (Aku kembali, kamu pergi)
41
Bagian 40 ( Kembali ke Awal?)
42
Bagian 41 (Rumah Sakit Lagi)
43
Bagian 42 (Ujian Legend)
44
Bagian 43 (Kesialan yang Berujung Kebahagiaan)
45
Bagian 44 ( Berkunjung ke Rumah Luna)
46
Bagian 45 (Saling Terbuka)
47
Bagian 46 ( Sel Tahanan)
48
Bagian 47 (Ngambek Gak Jelas)
49
Bagian 48 (Malam yang Indah)
50
Bagian 49 (Gilbert mengulah lagi)
51
Bagian 50 ( Bertukar Pikiran)
52
Bagian 51 (Kehangatan Keluarga)
53
Bagian 52 (Kenzo Vs Aldrina)
54
Bagian 53 (Kesal)
55
Bagian 54 (Kenzo Tak Berperasaan)
56
Bagian 55 (Diantar Pulang)
57
Bagian 56 (Dandra Vs Kenzo)
58
Bagian 57 (Penampilan Yang Berbeda)
59
Bagian 58 (Atap Sekolah)
60
Bagian 59 (Mulan dan Kenzo)
61
Bagian 60 (Menangis)
62
Bagian 61 (Pembagian Rapor)
63
Bagian 62 (Malam Sebelum Perayaan)
64
Bagian 63 (Omelan Bimo)
65
Bagian 64 (Bahagia Natal)
66
Bagian 65 (Ajakan Kenzo)
67
Bagian 66 (Akan bertemu Papa Mertua)
68
Bagian 67 (Sahabat Dulu?)
69
Bagian 68 (Rencana ke London?)
70
Bagian 69 (Membujuk Papa)
71
Bagian 70 (Akan bertemu Mulan)
72
Bagian 71 (Kebisingan di Pagi Hari)
73
Bagian 72 (Penyebab Kematian Kaylee)
74
Bagian 73 (Rumah Kenzo)
75
Bagian 74 (Nadya Marah)
76
Bagian 75 (Semua tentang Keluarga)
77
Bagian 78 (Universitas London 2)
78
Bagiann 76 ( London)
79
Bagian 77 (Universitas London)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!