“Hidup tidak selalu indah akan tetapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan walaupun itu adalah masalah”
~~ LYSM ~~
Gadis itu menggunakan pakaian sexy tanpa lengan padahal suasana di cafe saat ini cukuplah dingin dia bergelayut manja di hadapan Lucas dan menebar pesonanya, Lucas yang melihat tingkahnya tidak tertarik sedikit pun malah merasa begitu risih terlebih saat ini ada adik kelas mereka yang sedang memperhatikannya.
“Terus terang aja Oliv aku tidak menyukai caramu ini dan sayang? Tolonglah sejak kapan aku menyetujuinya”kata Lucas kasar dan berusaha memberikan jarak diantara mereka
Namun Olivia adalah wanita yang begitu agresif dia tetap menempel bagaikan lintah. Melihat tingkah itu Aldrina geram dia menepuk bahu Olivia pelan agar tidak menganggapnya dan Shirene seperti setan tanpa wujud. Tubuh Olivia merespon dan langsung berbalik melihat siapa yang berani melakukan hal itu padanya, Olivia pun memutar bola matanya malas setelah melihat Aldrina dan terseyum licik melihat Shirene yang hanya tertunduk.
“Gak heran sih liat cabe kayak elo disini”kata Aldrina seakan mengadakan pertempuran
"CIHH" Aldrina membuang ludah sembarang
“Siapa cabe? Bukannya lo yang mendekati kekasihku?”balas Olivia dengan tampang tidak terima dan masih tetap angkuh
Aldrina melirik Lucas meminta kepastian dan segera Lucas mengangkat kedua tanganya menggerakkan tangan itu ke kanan dan ke kiri secara berlawanan menandakan dia tidak sependapat dengan Olivia.
“Apa lo gak malu bertingkah seperti itu? Dah tua woi”kata Aldrina semakin terbawa emosi
Bagaimana tidak di sekolah Olivia selalu mendekati Dandra secara terang-terangan dan sekarang dia malah mengakui Lucas sebagai kekasihnya.
“Dasar bitch”gumam Aldrina yang masih bisa didengar Lucas, Shirene, dan tentunya Olivia yang wajahnya kini berubah seperti singa yang ingin melahap Aldrina
“Rin udah yok pergi dari sini”bisik Shirene yang masih tertunduk sambil menarik lengan Aldrina agar menjauhi Olivia
Lagi-lagi Olivia tersenyum mengejak “Udah pergi sana! Bawa teman lo yang buntel ini”
“Walau buntel tetap cantik mbak mau saya bawa kaca atau kita vote gitu disini”balas Aldrina tidak terima dengan perkataan Olivia
“APA? CANTIK? DARIMANANYA?”kata Olivia lagi sambil memperhatikan Shirene dari atas sampai bawah
Shirene yang mendengar itu hampir saja meneteskan air matanya kini matanya sudah penuh dengan kabut dan ingin segera meniggalkan kekacauan itu dengan cepat Aldrina mencekalnya.
“Kak Lucas titip Shirene”kata Aldrina memberikan lengan Shirene pada Lucas dan Lucas yang mendengarnya seakan terkejut namun menurut saja
“Sini lo bitch”kata Aldrina dan langsung melayangkan tangannya pada rambut Olivia yang kini terurai lagi-lagi keduanya berantam
“Lo kira lo cantik? Nih gue bikin lo makin cantik”kata Aldrina sambil tetap menyerang Olivia
Olivia pun tidak mau kalah iya juga membalas berbagai serangan Aldrina yang semakin ganas. Keaadaan cafe menjadi riuh semua pengunjung cafe kini menonton keduanya dan tidak banyak juga yang bersorak-sorai.
“Ayo serang”
“Double kill”
“Gue taruhan yang baju biru pasti menang”
“Ih gak banget deh”
"Jangan mau kalah cantik"
Dan banyak lagi gunjingan-gunjingan yang dikatakan para penonton dan tidak berniat melerai keduanya. Tidak lama kemudian datang seseorang yang dengan sigap menangkap tubuh Aldrina yang hampir terjungkal ke belakang untung Loy sigap memegang pinggang Aldrina.
“Apa-apaan ini bubar-bubar”teriak Bimo yang juga ada disitu dan juga Ley yang menggerakkan tangannya yang berartikan mengusir
Akhirnya keduanya berhenti dengan wajah yang sudah babak belur, walaupun Olivia telah menghajar adiknya tapi tetap saja kondisi baju yang digunakan Olivia kini tidak layak pandang, Bimo langsung menutupi tubuh itu dengan jaket yang digunakannya. Olivia mendongak melihat Bimo dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang begitu juga dengan Aldrina.
“Kak Bimo”teriak Aldrina marah
“Diam Aldrina”perintah Bimo dengan nada yang juga marah
Bimo tidak habis pikir dengan sikap Aldrina bagaimana bisa adik kecilnya itu membuat keributan besar di sebuah cafe yang ramai pengunjung. Semuanya bungkam saling tatap satu sama lain. Ketujuh manusia itu kini sedang duduk bersamaan di cafe tadi dan tidak lupa mengobati luka-luka yang ada pada Olivia dan Aldrina.
***
Aldrina mengunci dirinya di kamar sejak kejadian semalam Aldrina tidak berniat sedikit pun untuk keluar dari kamar.
TOK TOK TOK
“Aldrina untuk saat ini bukankah kakak yang seharusnya marah? Kakak mengantarmu kesana bukan untuk membuat tempat itu seperti arena tinju”teriak Bimo dari luar pintu kamar Aldrina
Aldrina mengabaikannya dan menganggap Bimo seperti tidak ada diluar kamarnya. Tidak kunjung mendapat jawaban Bimo turun ke bawah dan mendapati Gandhi ayah mereka yang sedang duduk di sofa. Bimo tidak bercerita tentang kejadian semalam pada ayahnya hanya saja dia memohon kepada ayahnya untuk membujuk adik kecilnya itu makan.
Malam hari telah tiba dan dari semalam Aldrina tidak menampakkan wujudnya, Bimo khawatir dengan kondisi Aldrina dan tentu dia tau kini adik satu-satunya itu sedang merajuk pada dirinya.
TOK TOK TOK
“Aldrina”panggil Gandhi lembut
Mendengar suara itu Aldrina melonjak kaget segera ia membukakan pintu kamarnya. Lalu kembali tidur di kasurnya dan Gandhi masuk duduk di pinggir kasur
Gandhi melirik Aldrina “Kamu kenapa cerita sama papa?’’tanya Gandhi lembut dan mengusap puncak kepala putrinya itu
Walaupun waktu yang diluangkannya sedikit pada Aldrina, Gandhi sadar ada yang tidak beres dengan anak gadisnya itu, Gandhi bisa melihat wajah Aldrina yang penuh dengan goresan dan lebam.
“Mmmm.. anu pa”kata Aldrina seakan terpotong
“Anu kenapa sayang?”tanya Gandhi tampak bingung
“Aldrina sedang tidak ingin membicarakannya pa”kata Aldrina akhrinya dan mengkerucutkan bibir mungilnya
Gandhi tersenyum melihat tingkah Aldrina dia seakan berkaca pada dirinya di masa lalu.
“Papa dulu pernah kayak kamu”
“Kayak aku? Emangnya aku kenapa pa?”balas Aldrina dengan menautkan alisnya
“Pulang pulang ke rumah lebam kayak kamu sekarang”balas Gandhi dan mencolek hidung Aldrina
Aldrina masih menatap ayahnya bingung “Dulu papa pernah digebukin ibumu disangka maling”kata Gandhi diakhiri tawa, tawa yang membuatnya kembali merindu
“Waktu itu papa tidak mengenal ibumu dan suatu malam papa tidak sengaja melihatnya karena begitu penasaran papa mengikutinya dari belakang dan terus saja mengikuti. Dan tiba-tiba papa kehilangan jejak ibumu saat sebuah motor melintas dihadapan papa dan tanpa aba-aba ada seseorang yang terus saja memukuli papa secara membabi buta dari belakang dan orang itu adalah ibumu, ibumu mengatakan yang tidak-tidak dan malah berteriak papamu ini maling. Untung saja papa berhasil membungkam ibumu kalau tidak berakhirlah papa di kantor polisi”sambung Gandhi berhenti dengan perkataannya karena Aldrina kini telah menertawakan ayahnya itu
HAHAHAHA
“Trus-trus pa gimana lagi?”tanya Aldrina begitu penasaran
“Emm…”
“Ayolah pa”kata Aldrina yang merengek seperti bayi
“Yah seperti itulah akhirnya ibumu percaya bahwa papa bukan maling dan malah merawat luka papa sungguh kejadian yang sangat sulit papa lupakan dan benar-benar papa rindu. Semenjak kejadian itu papa cinta dan sangat-sangat mencintai ibumu dan terus mengekorinya, awalnya ibumu risih dan lama kelamaan ibumu menerima papa”
“Wahh sungguh pengalaman yang romantis”komentar Aldrina mendengar cerita Gandhi yang penuh semangat itu
“Walaupun sekarang dia meninggalkan papa”tambah Gandhi kini dengan nada sedih Aldrina bisa merasakan kerinduan Gandhi yang begitu mendalam pada ibunya
“Kan masih ada aku pa”kata Aldrina dan langsung memeluk hangat manusia yang paling dia cintai itu
Aldrina sadar betapa kesepiannya Gandhi selama ini tanpa kehadiran seorang istri. Aldrina juga sudah sering membicarakannya jika dia tidak keberatan kalau ayahnya menikah lagi akan tetapi Gandhi selalu menolaknya dengan alasan ibunya adalah satu-satunya yang dicintai Gandhi.
“Sekarang kamu cerita kenapa muka kamu lecet gini? Apa perlu papa laporin orang yang udah buat kamu kekgini?”kata Gandhi kini mengembalikan topik pembicaraan mereka
“Heheh gakpapa kok papaku sayang ini cuma berantam biasa sama sesama cewek, iya kali papa laporin dia”balas Aldrina kembali ceria mendengar perhatian ayahnya
Kini moodnya jauh lebih baik setelah mendengar segala perkataan Gandhi seolah obat khasiat yang dapat menyejukkan hatinya.
“Yaudah kalo gitu kamu turun dan makan papa gak mau yah kamu jatuh sakit! Apalagi sekarang lihat betapa kurusnya dirimu”kata Gandhi sambil melihat putrinya seakan iba
“Ih apaan sih pa lama-lama papa seperti kak Bimo aja”balas Aldrina dengan wajah cemberut
Keduanya pun tertawa dan turun ke bawah untuk makan malam.
***
Halo para pembaca setiaku😊😊😊
Jangan lupa tekan tombol likenya yah dan kasih komentar di kolom komentar, pliss🥺
Terimakasih semua ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Putri Minwa
👍👍👍
2023-02-08
1
Nika
👍👍👍
2023-02-07
1
RN
double like kk
2021-05-25
1