Bagian 6 (Merdekaku)

“Hari ini benar-benar hari merdekaku, I can’t stop falling in love with you”

~~ LYSM ~~

Matahari begitu terik dan kini SMA Tunas Utama sedang mengadakan upacara menyambut hari kemerdekaan. Semua siswa-siswi menggunakan atribut lengkap dan tidak lupa menggunakan topi. Aldrina saat ini berada dibarisan terdepan entah kenapa Aldrina tadinya begitu antusias dan kini malah banyak mengeluh.

“Mut jidat gue kebakaran”kata Aldrina pada Shirene yang berusaha menyembunyikan tubuh besarnya dibalik badan kurus Aldrina

“Yaelah mut mau gimana pun tubuh lo kegedean gak bakalan bisa”sambung Aldrina melihat tingkah Shirene

“Kamu sih Rin kurus coba gemuk kan ketutup akunya”balas Shirene malah balik mengeluh

Aldrina pun geleng-geleng mendengarkannya. Kemudian mengembalikan fokusnya pada Dandra yang kini sebagai pemimpin upacara. Dandra dengan suara beratnya memberi komando begitu lantang Aldrina begitu kagum padanya.

“Mut kita kesana dulu dong minta foto sama kak Dandra jarang-jarang nih dia bisa pakai pakaian kayak gitu”kata Aldrina memohon pada Shirene yang sedang mengipas-ngipas wajah yang bercucuran keringat

“Yaelah entar lagi napa masih panas nih lagian gak lihat masih rame gitu”balas Shirene sambil menunjuk ke arah Dandra yang saat ini dikelilingi cewek-cewek Tunas Utama

“Rame sih rame tapi kan satu pun gak ada yang diiyakan kalo ditunggu mulu kapan selesainya mut”

“Nah itu tau emang kalo kita kesana terus lo yang minta diiyakan gitu?”

“Harus”jawab Aldrina tegas kemudian menarik tangan Shirene berlari

“Permisi-permisi”seru Aldrina sambil mencari celah mendekati Dandra

“Gila lo Rin terniat emang”batin Shirene pasrah yang sekarang ditarik-tarik ke tengah kerumunan

“Sayang…”teriak Aldrina begitu nyaring

“GIla nih cewek”batin Shirene

Seketika segala gerakan dan usaha yang dilakukan cewek-cewek berkerumunan itu terhenti, alhasil membuat Aldrina dan Shirene melakukan gerakan cepat sampai dihadapan Dandra yang tidak kalah terkejutnya.

“Hehehehe”tawa Aldrina lalu melepas genggaman tangannya pada Shirene

Semua masih terdiam “Eh maaf semua maksudku tadi permen aku yang baru mau aku masukin ke mulut tiba-tiba aja jatuh karena disenggol’’

“Jadi refleks ngomong kayak gitu hahaha”kata Aldrina sok polos dan kembali tertawa

Yang lain justru “OOOOO”ber o riah

“Yaelah gampang amat dikadalin”batin Shirene tidak percaya pada orang-orang yang terlalu bodoh disekitarnya

“Eh Rin yok pigi yok gerah nih bisa-bisa gue sesak napas”ajak Shirene mulai berakting

“Sabar dong mut gue harus ikutan juga minta foto”balas Aldrina sambil tersenyum lebar pada Dandra

“Buruan dong kak mau ya! YA! YA! Kasihan teman gue nanti pingsan”kata Aldrina dengan wajah memelas sambil memasang wajah ibah melihat Shirene

“Pasti akal-akalan dia”kata Dandra dalam hati

Dandra tidak merespon juga akhirnya Aldrina mengedipkan mata pada Shirene dan dibalas dengan anggukan

“Sekarang mut”seru Aldrina heboh langsung dengan sigap menggandeng Dandra

CEKREK

"AAAAAAAAAAA"

Teriak semua cewek-cewek di tempat itu histeris kemudian langsung menarik-narik Aldrina menjauhi Dandra. Sudah dapat yang diinginkannya Aldrina pun melepas lengan Dandra dan memasang wajah selamat tinggal pasti Dandra akan lebih kesusahan setelah apa yang dilakukannya. Setelah Aldrina dan Shirene menjauh dari kerumunan.

“Gimana mut berhasil gak?”

“Iya dong Shirene adeknya Rossie Hardy”jawab Shirene berlagak sombong sambil mengatakan salah satu photograper terkenal

“Ya ya ya terserah elo mut”jawab Aldrina sambil senyum-senyum melihat hasil yang didapatkan Shirene, dari 5 jepretan keseluruhan wajah Dandra memiliki ekspresi terkejut yang begitu menggemaskan baginya

***

Aldrina turun dari bus kemudian mulai menelusuri jalan komplek perumahan sambil tidak berhenti tersenyum.

“Kira-kira kak Dandra sanggup gak ya ngehadapinya tadi?”tanya Aldrina pada dirinya sendiri

PLAKK

Aldrina menabrak sesuatu yang lebih tinggi darinya setau Aldrina seharusnya tidak ada tiang di jalanan komplek sekali ada pun tidak mungkin terasa nyaman.

“Hah nyaman? Sakit iya aneh gue”kata Aldrina dalam hati

Kemudian Aldrina melihat apa yang menghalanginya saat ini tidak lain adalah punggung Dandra.

“Ngapai sih kak diri di tengah jalan”seru Aldrina kesal

“Udah salah gak minta maaf lagi”kata Dandra dalam hati

Kemudian Dandra menarik tangan Aldrina yang membuatnya sedikit kesakitan, Dandra menarik tangan Aldrina menuju taman komplek.

“Sakit woi”seru Aldrina sambil berusaha melepaskan tangannya

Dandra pun melepaskan tangan Aldrina kemudian memegang bahu Aldrina mendorongnya ke bawah sampai Aldrina terduduk di bangku. Aldrina mengamati kedua lengan Dandra yang masih bersarang di bahunya dan menatap Dandra yang kini menatapnya tajam

“Ini kenapa?”tanya Aldrina refleks memegang wajah Dandra yang tergores, kemudian Aldrina mendekatkan wajahnya pada Dandra mengkerucutkan bibirnya kemudian mulai meniup pipi Dandra

“Pedih ya”seru Aldrina penuh perhatian

Setelah beberapa saat terhipnotis “Gak usah sok perhatian”tepis Dandra tangan Aldrina yang ada di wajahnya

“Huh kasar"seru Aldrina protes

Kemudian ingin hendak pergi ke rumah dengan tujuan mengambil handsaplas dengan cepat Dandra mencegahnya

“Apa sih mau lo ka?”tanya Aldrina kesal

“Gak mau minta maaf?”tanya Dandra dengan penuh penekanan dengan wajah yang mengeras

“Serius marah?”batin Aldrina

“Aku gak salah kok”balas Aldrina tidak mengakuinya

“Okay, jangan harap bisa pulang dari sini”ancam Dandra yang masih setia dihadapannya

Melihat ekspresi itu bukannya membuat Aldrina takut malah dia semakin senang, Dandra mulai terusik akan dirinya walaupun kesannya terlihat kasar. Dengan sigap Aldrina membalikkan keadaan Dandra terduduk dibangku dan Aldrina yang berdiri. Kemudian Aldrina membuka tasnya mengingat bahwa beberapa hari yang lalu Shirene memberikannya beberapa handsaplas untuk berjaga-jaga saat perlombaan. Di robeknya bungkusnya kemudian dengan perlahan meletakkannya pada wajah Dandra yang tergores.

“Maaf”seru Aldrina kemudian mengambil posisi duduk disamping Dandra

Mendengar itu Dandra hanya terdiam.

“Lo tau gak kak? Semakin keras kita mencoba melupakan sesuatu justru yang terjadi malah kebalikannya, pernah ngalamin gak?”tanya Aldrina tiba-tiba saja terlintas pertanyaan itu diotaknya

“Kadang usaha yang kita lakuin itu sia-sia malah menarik kita ke sudut yang berbeda bahkan semakin terpancing untung mengingatnya”tambah Aldrina lagi

Dandra tetap tidak berkutik ”Eh kak jalan-jalan yok”seru Aldrina mengalihkan pembicaraan

“Ogah”

“Kalo gitu cepat mulutnya kebuka”gumam Aldrina namun bisa didengar Dandra

“Bicara itu yang jelas gak usah bisik-bisik”seru Dandra seperti mengejek

“Elo jelek”kata Aldrina begitu nyaring di kuping Dandra

Mendengar itu Dandra begitu sensitif. Ketika didekat Aldrina sifatnya semakin melunak walau terkesan kasar kemudian Dandra mendekatkan wajahnya pada Aldrina membuat Aldrina merasa tidak nyaman.

“Kalo jelek kenapa ngejar-ngejar saya?”tanya Dandra tepat dihadapan wajah Aldrina sambil menaikkan sebelah alisnya

“Gila jantung gue”batin Aldrina

“Jelek sifatnya bodoh”jawab Aldrina kemudian mendorong wajah Dandra menjauh hampir membuat Dandra terjatuh

Akhirnya Aldrina memiliki waktu untuk kabur.

“KABUR”teriak Aldrina sambil berlari pontang-panting padahal tidak ada yang mengejarnya

Dandra pun habis-habisan tertawa melihat reaksi itu. Sesampai di rumah Aldrina melihat Bimo yang sudah terlihat begitu rapi dan tampan seperti Bimo saat hendak pergi SMA dulu tidak seperti biasanya menggembel karena seharian di rumah.

“Eitssss oppa gue mau kemana nih, cakep amat”goda Aldrina

“Nyet nyet rapi gini dibilang oppa kemaren-kemaren dibilang orang burik”balas Bimo

“Hahaha kan nyata, eh srius mau kemana nih kak? Jangan tinggalin gue dong sendirian masih jam 10 lewat nih, gak enak tau sendirian”

“Kan ada bi inem”

“Beda toh kak, bi Inem kan sibuk”balas Aldrina dengan wajah kesal

“Itu mah derita dirimu’’kata Bimo mengejek sambil memberi dorangan di jidat Aldrina dengan telunjukknya, Aldrina pun memasang tampang kesal

“Duh duh kasihan adik kakak, kakak Cuma mau main-main sama teman-teman sekalian 17 Agustusan, mau ikut? Tapi Laki-laki semua lo”kata Bimo jujur akhirnya

“Wih keknya seru tuh, ikut dong tungguinlah mandi dulu ya ya ya…”jawab Aldrina kemudian berlari mandi

“Eh tapi…”

Padahal Bimo belum selesai mengatakan nantinya akan ada Felix yang ikut Aldrina sudah melenggang pergi, Felix adalah salah satu sahabat Bimo walaupun berada satu tahun dibawahnya, dahulu saat SMP Bimo dan Felix adalah

most hunted di sekolah.

“Yuk berangkat brot”seru Aldrina sambil menggandeng Bimo

“Cepat amat nyet”

“Yayaya iya dong”jawab Aldrina

“Kita bakalan kemana nih kak?”

“Ancol”jawab Bimo singkat

“Hah serius? Tungguin dong ambil pakaian ganti, seru tuh”kata Aldrina antusias kemudian berlari mengambil pakaian keatas

“Yaelah nih bocah emang PD gitu berenang dasar gak ngotak”kata Bimo tidak habis pikir pada adiknya itu

Kemudian Aldrina naik diboncengan Bimo “Eh kak teringatnya..”kata Aldrina setelah motor melaju

“Apaan?”tanya Bimo dibalik helmnya

“Sahabat dekat lo kan tiga ya yaitu kak kembar Loy dan Ley terus sama…”

“Felix maksudnya?”kata Bimo balik tanya

“Wajiblah dia ikut”sambung Bimo

“Lah kok gak bilang sih kak aku gak jadi ikutlah, turunin disini cepat”seru Aldrina kesal mengetahui hal itu

“Yang tadi gak dengerin siapa, ah gak ada itu udah ditungguin tuh gak enak sama mereka,kakak juga udah bilang tadi kamu ikutan nyet”tolak Bimo

“Kan parah yaudah deh”jawab Aldrina pasrah akhirnya

Setiba di rumah Loy dan Ley, Bimo memasukkan motornya ke dalam garasi mereka. Disana sudah terdapat Loy dan Ley yang tidak kalah tampan dengan pakaian santai mereka.

“Wih sweet girl ikutan”seru Loy melihat Aldrina

“Iya dong adiknya kakak Loy yang paling manis”sambil memeluk Loy

Sudah lama Aldrina tidak bertemu mereka berdua rasanya Aldrina merindukan keduanya, terlebih lagi Loy yang lebih menyanyanginya dan selalu membela ketika menjadi bahan sindiran mereka.

“Gue gak dipeluk?’tanya Ley cemburu

“Enggak dong kakak gue kan cuma kak Loy”jawab Aldrina dengan wajah menolak

“Ih makan tuh si Loy”kata Ley mendorong Loy membuat mereka tertawa bersama

Kemudian datanglah Felix dengan seseorang di boncengannya.

“Kak Dandra?”batin Aldrina heran

Flasback on

Dibalik telepon itu, Felix begitu antusias untuk mengajak Dandra bersamanya sementara Dandra masih setia berada di taman komplek.

“Kuy lah Dan, gue tau lo lagi unfaedah disana”seru Felix ditelepon

“Malas”

“Gue jemput nih, mohon-mohon ke nyokap lo’’

“Ogah, ajak cewek lo sono”seru Dandra dengan wajah kesal

“Yaudah sih kalo gak mau gue bakal ngajak Aldri…”

“Yaudah ayo” balas Dandra akhirnya kemudian memutuskan telepon itu. Entah kenapa saat Felix menyebut nama Aldrina dia terusik.

Flashback off

Dandra pun tidak kalah heran melihat Aldrina disana setaunya itu acara para lelaki dan tadinya pun dia menerima permintaan Felix agar tidak Aldrina yang ikut namun sekarang apa yang terjadi.

“Gila mimpi apa aku semalam dikelilingi cowok-cowok hits”kata Aldrina heboh bukannya malu atau pun gengsi

“Hahaha bisa aja lo dek”balas Loy dengan mencubit pipinya

“Kesempatan lo megang-megang adek gue”kata Bimo sambil menarik Aldrina kepelukannya

“Siapa kakakmu Nana?”kata Loy balik

“Kakak Loy tersayang”jawab Aldrina sambil pergi menggandeng Loy

“Dengar sendiri kan Bim”kata Loy sambil tertawa

“Parah lo nyet”kata Bimo pura-pura sakit hati

***

Aldrina mengeluarkan hpnya lalu menggandeng Loy dan meminta tolong pada Bimo untuk memfotokan mereka berdua.

“Eh kakaknya monyet tolong dong fotoin aku sama kakakku sayang dah lama ga bersuo nih”kata Aldrina pada Bimo yang membuat Bimo memasang wajah datar dan Loy hanya bisa tertawa melihat keduanya.

CEKREK

“Gak ikhlas amat”kata Aldrina dengan wajah cemberut

“Udah ah kami disini bukan mau ngeladeni elo nyet ini piknik biar gak panik”

Aldrina pun memelas dan mengikuti alur perjalanannya. Dibalik semua itu kehadiran mereka berenam menjadi sorotan para pengunjung terutama kaum hawa seakan melihat takjub pada para lelaki dan sinis pada Aldrina. Beberapa wahana mereka naiki bersama yang pastinya tidak mengundang kebasahan.

“Ihh gak seruh masa ke Ancol gak main air”Sungut Aldrina

“Yang suruh ikut siapa? Ini kan emang udah rencananya dari sononya nyet”balas Bimo

“Yaudah deh aku pinjem kawannya kak Felix, kan dari awal cuma rencana berempatkan?”kata Aldrina ngasal dan lagi-lagi mencuri kesempatan

Semuanya terkesiap saling pandang dan bertanya-tanya apa yang mereka dengar nyata atau tidak. Bahkan Dandra juga begitu. Tanpa persetujuan dari Dandra, Aldrina menarik tangan Dandra dan yang punya tangan enggan untuk bergerak sedikit pun dengan wajah datar ia menatap tajam Aldrina. Aldrina pun memasang kode pada Loy untuk membawa yang lainnya dan Loy sebagai kakak yang baik langsung menuruti adiknya itu.

“Dah gede dia dah lah Bim”Kata Loy pada Bimo yang masih memasang mata elang

Akhirnya mereka berempat pun pergi meninggalkan Aldrina dan Dandra disana.

“Kak Dandra”kata Aldrina sambil tersenyum manis yang akhirnya membuat Dandra bergegas meninggalkannya

Mau tak mau Aldrina mengikut di belakang kemudian Dandra mengambil posisi duduk disebuah batu yang menjadi tempat bersantai.

“Yaa gak seru tau yok main air yok”ajak Aldrina memohon namun tidak digubris Dandra

“Tau gini yang gue ajak kak Loy”kata Aldrina dengan wajah menyesal lalu menjauhi Dandra

Mendengar itu Dandra pun menaikkan alisnya sebelah “Laki-laki di dunianya rame”batin Dandra

Aldrina melenggang pergi mendekati air menuju pantai. Dia sangat menyukai air namun memilki phobia bila air mencapai bahunya itulah alasannya Aldrina tidak ingin bermain air sendiri.

Flashback on

Saat itu Aldrina masih berumur 10 tahun dan tubuhnya masih sangat kecil

“Papa ayok berenang”kata Aldrina dengan riang pada Gandhi yang masih berjemur dibawah terik matahari

“Masih panas sayang disana dulu sama kakak kamu main pasir”balas Gandhi sambil menunjuk pada Bimo yang sudah berlumuran pasir

“Ahh malas ah! Gak mau pa”jawab Aldrina kesal

Tanpa sepengetahuan Gandhi, Aldrina pun mendekati air pantai. Sejak kecil Aldrina sudah belajar berenang dan akhirnya dia pun merasa sanggup bila berenang sendirian. Awalnya semua berjalan biasa saja dia berenang sepuasnya sambil memamerkan senyum indahnya tanpa sepengetahuan Aldrina datang ombak yang cukup besar yang dapat membuatnya kehilangan keseimbangan dalam berenang. Aldrina mulai merasa sesak dan pengetahuan berenangnya menghilang. Bimo yang melihat adiknya di dalam air langsung berlari mengampiri ayahnya.

“PAPA…” sontak Gandhi ayah mereka terkejut dan melihat arah yang ditunjuk oleh anak sulungnya itu

Gandhi berlari begitu paniknya kemudian menyelamatkan Aldrina yang sudah teralalu banyak meminum air.

Flashback off

Tidak melepas apa pun Aldrina memasuki air dan mulai bersenang-senang sendirian. Tanpa ia sadari sedari tadi Dandra sudah mengawasinya dan mulai tertawa melihat Aldrina yang terlalu antusias. Tidak jauh dari posisinya Aldrina melihat anak kecil yang seakan terlihat kewalahan kembali kedaratan dan tempatnya cukup dalam untuk anak seusianya. Aldrina mulai panik iya ingin menolong anak itu tapi dia pun takut akan kedalaman. Aldrina gelisah yang membuat Dandra heran namun belum pindah dari posisinya. Nekat Aldrina mendekati anak itu, kemudian air mulai menyentuh bahunya. Di dorongnya pelampung anak itu menuju kedaratan dan tertinggallah Aldrina diposisi yang semakin dalam, Aldrina mulai syok dan lupa bangaimana caranya bernapas. Ia menaikkan kedua tanganya menandakan meminta pertolongan. Di lain sisi Bimo merasa gelisah membiarkan adik satu-satunya itu bersama orang yang tidak dia kenal sama sekali.

“Kenapa sih lo Bim? Gelisah amat macam cacing kepanasan”kata Ley sedari tadi melihat tingkah Bimo

“Khawatir sama adek gue bro”

“Sans kali kan udah ada juga kawan si Felix yang jagain”kata Ley

“Terpercayakan si Dandra bro?”tanya Loy memastikan

“Iya santai pasti aman”jawab Felix agar Bimo tidak terlalu cemas padahal dalam hati Felix merasa tersakiti

“Bukan gitu bro kalian kan tau si Aldrina phobia tempat dalam ingatkan waktu dulu kita ke kolam, Loy hampir buat adek gue celaka”jelas Bimo

“Jadi gimana kita check?’tanya Loy bangkit dari posisinya

“Bingung gue! udalah bro gak jadi gak enak juga ganggu mereka”kata Bimo pasrah akhirnya

Kemudian Dandra yang melihat keadaan Aldrina secepatnya berlari dan membuka kaos oblongnya tereksposlah tubuhnya yang membuat kaum hawa curi pandang.

“ANJIR”kata Dandra dalam hati

Kemudian Dandara berenang mendekati Aldrina. Dandra merasa heran “Bukannya dia tau berenang? Ini masih sebahuku”tanya Dandra dalam hati lalu bergegas membawa Aldrina dan menggendongnya ala bridal style

Sementara diposisinya Aldrina yang hampir kehilangan kesadaran kembali bernapas dan mencoba mengintip siapa yang menolongnya

“Kesempatan nih”katanya dalam hati

Maut hampir merenggut nyawa Aldrina saat ini tapi pikirannya bisa langsung liar karena Dandra yang menolongnya terlebih saat ini tubuh Dandra sangat menggodanya.

“Aldrina bangun bangun”kata Dandra setelah membaringkan Aldrina mencoba menyadarkan sambil menepuk nepuk pipi Aldrina

“Ayo dong nafas buatan”kata Aldrina dalam hati

Tanpa berpikir panjang Dandra yang begitu panik memberi nafas buatan pada Aldrina. Akhirnya bibir mereka pun bersentuhan.

DEG DEG DEG

Jantung keduanya berpacu begitu kencang. Aldrina langsung membuka matanya yang tepejam dan melihat wajah Dandra yang begitu dekat dengannya bahkan bibir mereka masih bersentuhan. Secepatnya Dandra ingin memperbaiki posisnya namun tubuhnya dicegat oleh tangan Aldrina yang kini melingkar di lehernya. Dandra mencoba beberapa kali melonggarkan ikatan tangan Aldrina yang membuat bibir mereka bersentuhan beberapa kali.

“Gila kali nih cewek”batin Dandra tidak habis pikir

Aldrina memejamkan matanya mengecup lembut bibir Dandra lalu melonggarkan tangannya dan menjauh dari posisi Dandra yang masih tercengang tidak percaya. Kali ini Dandra benar-benar jatuh terperangkap 100%. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah menjauh sejauh-jauhnya namun keadaan Aldrina saat ini memang begitu lemas dan wajah pucatnya masih terlihat. Aldrina mengambil posisi nyaman berbaring di tepi pantai itu.

“Maaf kak hehe”kata Aldrina cengir tanpa rasa malu sambil melihat kearah Dandra yang memiliki pipi merah saat ini tidak hanya dia Aldrina sebenarnya juga begitu entah iblis apa yang baru saja merasukinya. Dandra tak menggubrisnya dan memasang wajah yang begitu datar. Dandra merasa terpancing akan sikap Aldrina namun dia sudah sangat menahannya Aldrina benar-benar mengacaukan dirinya. Mereka berdua pun hanyut dalam pikirannya masing-masing dan menikmati suasana pantai yang begitu menyenangkan.

***

Terpopuler

Comments

💞 Lily Biru 💞

💞 Lily Biru 💞

haduhhhhh

2023-05-22

2

𝓓𝓮𝓪

𝓓𝓮𝓪

alhamdullilah hari merdeka itu indah wkwk wkwk semoga hari mu merdeka terus

2023-02-17

1

b.z

b.z

wah wah, bagus jg ya tak tik nya jurus mau maju kedepan menghalau kerumunan

2023-02-17

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1 (Terlambat)
3 Bagian 2 (Gas !)
4 Bagian 3 (Rumah Dandra)
5 Bagian 4 (Perlombaan Day 1)
6 Bagian 5 (Perlombaan The End)
7 Bagian 6 (Merdekaku)
8 Bagian 7 (Kasar)
9 Bagian 8 (Ekstrakulikuler)
10 Bagian 9 (Kembali)
11 Bagian 10 (Luna)
12 Bagian 11 (Hari Pertama)
13 Bagian 12 (Api Cemburu)
14 Bagian 13 (Malam Minggu)
15 Bagian 14 (Masalah dan Kenangan)
16 Bagian 15 (Pertengkaran Antar Kekasih)
17 Bagian 16 (Beli Novel)
18 Bagian 17 (Aku datang Perpustakaan)
19 Bagian 18 ( Kamar Tidur Dandra)
20 Bagian 19 ( Club dan Kesadaran)
21 Bagian 20 (Jadian?)
22 Bagian 21 (Sekilas Tentang Mila)
23 Bagian 22 (Badmood atau cemburu?)
24 Bagian 23 (Mila Vs Aldrina)
25 Bagian 24 ( Kakak Adek)
26 Bagian 25 (Jatuh Pingsan)
27 Bagian 26 (Memasuki Cafe)
28 Bagian 27 (Penculikan Aldrina)
29 Bagian 28 (Menemukan Aldrina)
30 Bagian 29 (Protektif)
31 Bagian 30 (Bad Mood)
32 Bagian 31 (Drakor Dakjal)
33 Bagian 32 (Sampai di Rumah Aldrina)
34 Bagian 33 (Suit)
35 Bagian 34 (Sebelum Tanding Basket)
36 Bagian 35 (Sakit Perut)
37 Bagian 36 (Khawatir)
38 Bagian 37 (Drama Pagi)
39 Bagian 38 (Tragedi Basket)
40 Bagian 39 (Aku kembali, kamu pergi)
41 Bagian 40 ( Kembali ke Awal?)
42 Bagian 41 (Rumah Sakit Lagi)
43 Bagian 42 (Ujian Legend)
44 Bagian 43 (Kesialan yang Berujung Kebahagiaan)
45 Bagian 44 ( Berkunjung ke Rumah Luna)
46 Bagian 45 (Saling Terbuka)
47 Bagian 46 ( Sel Tahanan)
48 Bagian 47 (Ngambek Gak Jelas)
49 Bagian 48 (Malam yang Indah)
50 Bagian 49 (Gilbert mengulah lagi)
51 Bagian 50 ( Bertukar Pikiran)
52 Bagian 51 (Kehangatan Keluarga)
53 Bagian 52 (Kenzo Vs Aldrina)
54 Bagian 53 (Kesal)
55 Bagian 54 (Kenzo Tak Berperasaan)
56 Bagian 55 (Diantar Pulang)
57 Bagian 56 (Dandra Vs Kenzo)
58 Bagian 57 (Penampilan Yang Berbeda)
59 Bagian 58 (Atap Sekolah)
60 Bagian 59 (Mulan dan Kenzo)
61 Bagian 60 (Menangis)
62 Bagian 61 (Pembagian Rapor)
63 Bagian 62 (Malam Sebelum Perayaan)
64 Bagian 63 (Omelan Bimo)
65 Bagian 64 (Bahagia Natal)
66 Bagian 65 (Ajakan Kenzo)
67 Bagian 66 (Akan bertemu Papa Mertua)
68 Bagian 67 (Sahabat Dulu?)
69 Bagian 68 (Rencana ke London?)
70 Bagian 69 (Membujuk Papa)
71 Bagian 70 (Akan bertemu Mulan)
72 Bagian 71 (Kebisingan di Pagi Hari)
73 Bagian 72 (Penyebab Kematian Kaylee)
74 Bagian 73 (Rumah Kenzo)
75 Bagian 74 (Nadya Marah)
76 Bagian 75 (Semua tentang Keluarga)
77 Bagian 78 (Universitas London 2)
78 Bagiann 76 ( London)
79 Bagian 77 (Universitas London)
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1 (Terlambat)
3
Bagian 2 (Gas !)
4
Bagian 3 (Rumah Dandra)
5
Bagian 4 (Perlombaan Day 1)
6
Bagian 5 (Perlombaan The End)
7
Bagian 6 (Merdekaku)
8
Bagian 7 (Kasar)
9
Bagian 8 (Ekstrakulikuler)
10
Bagian 9 (Kembali)
11
Bagian 10 (Luna)
12
Bagian 11 (Hari Pertama)
13
Bagian 12 (Api Cemburu)
14
Bagian 13 (Malam Minggu)
15
Bagian 14 (Masalah dan Kenangan)
16
Bagian 15 (Pertengkaran Antar Kekasih)
17
Bagian 16 (Beli Novel)
18
Bagian 17 (Aku datang Perpustakaan)
19
Bagian 18 ( Kamar Tidur Dandra)
20
Bagian 19 ( Club dan Kesadaran)
21
Bagian 20 (Jadian?)
22
Bagian 21 (Sekilas Tentang Mila)
23
Bagian 22 (Badmood atau cemburu?)
24
Bagian 23 (Mila Vs Aldrina)
25
Bagian 24 ( Kakak Adek)
26
Bagian 25 (Jatuh Pingsan)
27
Bagian 26 (Memasuki Cafe)
28
Bagian 27 (Penculikan Aldrina)
29
Bagian 28 (Menemukan Aldrina)
30
Bagian 29 (Protektif)
31
Bagian 30 (Bad Mood)
32
Bagian 31 (Drakor Dakjal)
33
Bagian 32 (Sampai di Rumah Aldrina)
34
Bagian 33 (Suit)
35
Bagian 34 (Sebelum Tanding Basket)
36
Bagian 35 (Sakit Perut)
37
Bagian 36 (Khawatir)
38
Bagian 37 (Drama Pagi)
39
Bagian 38 (Tragedi Basket)
40
Bagian 39 (Aku kembali, kamu pergi)
41
Bagian 40 ( Kembali ke Awal?)
42
Bagian 41 (Rumah Sakit Lagi)
43
Bagian 42 (Ujian Legend)
44
Bagian 43 (Kesialan yang Berujung Kebahagiaan)
45
Bagian 44 ( Berkunjung ke Rumah Luna)
46
Bagian 45 (Saling Terbuka)
47
Bagian 46 ( Sel Tahanan)
48
Bagian 47 (Ngambek Gak Jelas)
49
Bagian 48 (Malam yang Indah)
50
Bagian 49 (Gilbert mengulah lagi)
51
Bagian 50 ( Bertukar Pikiran)
52
Bagian 51 (Kehangatan Keluarga)
53
Bagian 52 (Kenzo Vs Aldrina)
54
Bagian 53 (Kesal)
55
Bagian 54 (Kenzo Tak Berperasaan)
56
Bagian 55 (Diantar Pulang)
57
Bagian 56 (Dandra Vs Kenzo)
58
Bagian 57 (Penampilan Yang Berbeda)
59
Bagian 58 (Atap Sekolah)
60
Bagian 59 (Mulan dan Kenzo)
61
Bagian 60 (Menangis)
62
Bagian 61 (Pembagian Rapor)
63
Bagian 62 (Malam Sebelum Perayaan)
64
Bagian 63 (Omelan Bimo)
65
Bagian 64 (Bahagia Natal)
66
Bagian 65 (Ajakan Kenzo)
67
Bagian 66 (Akan bertemu Papa Mertua)
68
Bagian 67 (Sahabat Dulu?)
69
Bagian 68 (Rencana ke London?)
70
Bagian 69 (Membujuk Papa)
71
Bagian 70 (Akan bertemu Mulan)
72
Bagian 71 (Kebisingan di Pagi Hari)
73
Bagian 72 (Penyebab Kematian Kaylee)
74
Bagian 73 (Rumah Kenzo)
75
Bagian 74 (Nadya Marah)
76
Bagian 75 (Semua tentang Keluarga)
77
Bagian 78 (Universitas London 2)
78
Bagiann 76 ( London)
79
Bagian 77 (Universitas London)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!