#7

Sebuah mobil truk dengan kecepatan tinggi melaju kearah Wil. Menyadari hal itu Wil mundur seketika. Benar-benar hampir saja nyawanya melayang.

Gadis yang meneriakinya tadi mendekat dan menanyai keadaanya. "Huh, jantungku hampir lepas!" Ujarnya.

Wil tak merasakan jantungnya berdetak kencang. Jika orang biasa, dia pasti sudah pingsan atau lumpuh sementara. "Kau gila kah? Kenapa kau gak panik gitu?"

"Tutup mulutmu!" Ketus Wil dan kembali menyeberang jalan menuju taman diikuti oleh gadis tadi.

Rambut coklat gadis itu melambai ditiup angin malam. Gadis itu duduk di bangku taman, sebelah Wil. Baru saat itu, Wil menyadari bahwa itu Laura. Mata ungunya yang terkena cahaya rembulan benar-benar cantik.

Laura balas menatap mata Wil yang bercahaya itu. "Apakah matamu glow in the dark?" Tanyanya. Wil tertawa mendengar pertanyaan gadis polos itu.

"Mungkin begitu. Sudah dari aku kecil mataku begini." Pria itu mengadah menatap bulan purnama yang bersinar sekarang. Langit malam terlihat bersih, tak ada awan.

"Keren," balas Laura singkat. Ia merasa tertarik dengan mata pria muda di sebelahnya. "Matamu bagus," ujar Laura sambil mengikuti Wil menatap bulan.

"Oya?"

"Ya, kenapa?"

"Jujur, hanya kau yang bilang seperti itu."

"Orangtuamu?" Pertanyaan Laura membuat perasaan Wil terluka.

"Ntahlah, aku bukan diurus oleh orangtua kandung." Wil menyibak rambutnya kebelakang lalu menggaruk tengkuknya.

"Maafkan aku," ujar Laura, membuang mukanya. Lalu menatap kembali Wil. Namun, pria itu sudah menghilang dari tempat.

"Eh?" Laura mencari-cari keberadaan pria tersebut. Namun, nihil. Pria itu tak ada dimana-mana.

🥀🥀🥀

Tiba-tiba, sebatang bunga mawar hitam muncul di hadapanya. Laura menerima bunga itu dan menengok kebelakang. Ia bisa melihat senyuman Wil yang berbeda dari biasanya. Jantungnya berdetak kencang, tak terkendali. Ia tak tau apa alasanya.

"Terimakasih," ujar Laura. Ia tersenyum melihat mawar itu.

"Ada apa dengan sikap menyebalkanmu?" Tanya Laura lalu, mencium bunga berwarma hitam itu.

"Aku tak bisa jawab. Karena, aku sendiri tidak tau," jawab Wil.

Setelah mengatakan itu, terdengar seorang bertepui tangan dengan tempo lambat. Wil melihat sekeliling dan tak melihat siapapun. Matanya terus mencari sumber suara tepukan tangan tersebut.

Sekelompok orang dengan jaket kulit muncul dari kegelapan dengan senjata tajam. Senyum tergambar jelas pada wajah pria bermuka garang tersebut.

"Tak usah pamer gigi," ujar Wil. Ia melindungi Laura agar tak di apa-apakan oleh mereka.

"Jaga mulutmu!"

"Mulutku tak punya satpam! Kenapa banyak orang yang berkata demikian?" Gumam Wil.

Pria itu melemparkan pisau kearah Wil. Pria muda itu menghindarinya dengan mulus. Sampai akhirnya sebuah pisau menancap di lenganya. Wil mencabut pisau itu dan menggunakanya sebagai senjata.

"Kak Wil, kau terluka," ujar Laura dengan lirih. Dirinya ketakutan melihat darah yang terus keluar dari lengan Wil.

"Diam dan cari tempat aman, Aura," ujar Wil dan memainkan pisau di tanganya. Laura segera pergi menjauh dari tempat itu.

🥀🥀🥀

Pertarungan terjadi. Wil menendang dan memukul pria-pria berjaket kulit itu. Lalu, menusuk tepat di punggunya. Ia merobek punggung itu dengan pisaunya lalu memusuk jantung pria-pria tersebut berkali-kali.

Dia sedikit lengah dan terpukul oleh pipa besi dan tersayat pisau lipat. Ia tergeletak di tanah dan pria itu mengangkat senjatanya dan bersiap memukul Wil.

Kaki pria muda itu menendang tulang keringnya. Saat pria itu hendak tersungkur dilantai. Wil mengacungkan pisaunya. Darah menetes ke kemeja putih Wil.

Gendang telinganya menangkap Laura sedang berteriak minta tolong. Saat hendak mendekati Laura. Suara tembakan menggelegar. Peluru panas menembus kulit Wil. Peluru itu tertanam pada sekitar pundak bagian belakang Wil. Pria muda itu mengerang kesakitan. Namun, ketika melihat Laura dibawa oleh pria berjaket kulit itu ntah kemana,semangatnya bangkit.

Ia berlari mendekati Laura. Suara tembakan terdengar dan hampir mengenainya. Wil melemparkan pisau dan menancap tepat dipunggung pria tersebut.

"Laura kau gak apa-apa?" Tanya Wil dan memeriksa keadaan Laura. Wanita muda itu mengangguk dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Kau sendiri bagaimana?" Laura melihat darah di kemeja pria itu. Serta di lehernya terdapat luka sayatan pisau.

"Aku baik-baik saja, hanya luka sedikit. Di sini gak aman, sebaiknya kau pulang." Wil menahan sakit pada pundaknya yang memanas.

"Gak mau! Kita ke rumah sakit aja. Ayo****." Laura menarik pergelangan tangan Wil dengan lembutnya.

"Aku bisa menyetir kok. Kakak bawa mobilkan?" Wil mengangguk saja dan memberikan kunci mobilnya yang terdapat bercak darahnya.

🥀🥀🥀

Di rumah sakit, Laura berteriak meminta bantuan staf rumah sakit. Di situ sedang banyak orang yang duduk di kursi tunggu. Tentu saja mereka terkejut melihat 2 orang malam-malam dan berlumuran darah.

Anak-anak kecil yang melihat itu, ditutup matanya oleh orang tua mereka. Kaget bukan main orang-orang di sana.

Jujur Laura tak menyangka akan jadi seperti ini malamnya. Padahal ia hanya ingin pulang ke rumah setelah bekerja di Supermarket semalaman. Bajunya terdapat banyak bercak darah dari Wil. Ia langsung mencuci tanganya, tak ingin melihat bercak merah yang mulai mengering.

"Aku benci sekali benda yang mudah mengering ini." Saat tanganya sudah bersih, ia baru bernafas lega. Walaupun bajunya masih terdapat darah.

"Astaga itu kenapa?"

"Mereka ngapain?"

"Ada-ada saja ya, zaman sekarang."

"Banyak banget penjahat sekarang ya."

Laura mengambil ponselnya. Ia menelfon Roy. dan memberitaukan kalau dia di rumah sakit. "Gimana, gimana!?" Pekik Roy dari seberang telfon

"Pokoknya gitulah! Aku ada di rumah sakit jadi pulang telat!" Laura langsung mengakhiri panggilanya dan berjalan-jalan di rumah sakit itu.

Gedung putih yang megah dan lampu di nyalakan, adapun yang di matikan. Lorong-lorong di sana cukup gelap. Ia menyalaka lampu senter pnselnya dan berjalan maju. Keadaan sangat sunyi sampai akhirnya ramai kembali karena dia dekat dengan ruang rawat anak.

Terdapat lift di ujung lorong. Kelihatanya mati, Laura memutar balik namun pintu lift terbuka saat itu juga. Bulu kuduknya berdiri, ia menyingkirkan pikiran negatif lalu berlari kecil keluar lorong.

"Astaga dasar mimpi buruk!" Gumam Laura menatap lorong yang kini sangat gelap. Ia menuju ruang resepsionis dan menanyakan bagaimana Wil.

Mata Laura terbelalak karena mendengar Wil masuk ruang operasi. Kakinya melangkah dengan cepat menuju ruang operasi. Lampu merah di atas pintu menyala. Laura mulai panik, dia berjalan bolak-balik sampai merasa sedikit pusing.

"Astaga, astaga!" Laura mengetuk-ngetuk dahinya. Sambil melihat kearah pintu operasi.

"Nanti kalo ditanya aku keluarga atau bukan. Aku jawab apa?"

"Kekasihnya? Gak!" Ia mengeluarkan bunga mawar hitam yang masih cantik bentuknya. Ia melihat vas bunga kosong dengan air bersih di dalamnya. Ia meletakan bunga tersebut dan mengelus mahkota bunganya itu.

Pintu ruang operasi terbuka. Dokter itu melepas maskernya. Laura mendekati dokter itu dan menanyakan keadaan Wil.

"Anda siapa pasien?" Tanya dokter itu. Laura sudah menduganya. Ia berfikir sejenak.

"Sepupunya," jawab Laura dengan cepat. Dokter mengangguk dan memperlihatkan peluru dengan darah di dalam botol kecil.

Laura bergidik ngeri melihat hal itu. Namun, ia tak menunjukan ke-ngerianya kepada dokter itu. Matanya terbelalak mendengar banyak luka terdapat pada tubuh Wil. Ia mengangguk kaku dengan tatapan kosong. Dokter itu pamit dan mempersilahkan masuk.

Di dalam ruangan. Suhu ruangan terasa dingin dan terdapat beberapa perawat yang sedang membersihkan peralatan. "Dia akan sadar beberapa saat lagi," ujar perawat itu.

Mendengar hal itu, Laura langsung teringat bunga mawarnya. Ia keluar ruangan dan mengambil bunganya itu beserta vasnya . Dia meletakan bunga di atas meja aluminium.

"Cepatlah sadar, aku mau pulang...." Laura melihat jam dinding. Pukul 11 malam, ia mulai mengantuk.

Laura menarik kursi mendekati tempat Wil terbaring dan duduk di atas kursi itu. Diletakanya kepala Laura di tepi tempat tidur pasien dan menyilangkan tanganya yang berfungsi sebagai bantal.

Ia memandangi wajah Wil dengan matanya yang terpejam. Serta, kedua tanganya yang terdapat infus diatasnya. Kantung darah yang tergantung di sisi seberang Laura duduk. Wanita itu meletakan kepalanya ke permukaan lenganya dan mulai tertidur lelap.

Terpopuler

Comments

💢💞lee__sali💓💢

💢💞lee__sali💓💢

seru,tp ko visualny cartoon😂

2020-08-12

2

Salisaa

Salisaa

lanjut kak😍
seru seru😍😍

2020-06-12

1

Kim Lau NC Zhou

Kim Lau NC Zhou

thor cowok dingin tapi romantis kayak Wil nya satu. bungkus ya. bumbu cinta ama bucin lengkap

2020-05-31

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!