#5

Hari masih gelap namun Laura sudah bangun untuk menyiapkan sarapan untuk 2 orang di rumah itu. Roy yang mencium bau masakan pun keluar dari kamarnya.

"Wah baunya enak," ujar Roy dari ambang pintu dapur. Laura menengok kearah pintu dan mendapati kepala Roy. Ia pun terkejut seakan ingin melempar panci.

"Makanya jangan menonton film horor****." Roy memasuki dapur dan mengambil segelas.

"Jangan labil gitu makanya!" Keluh Laura. Roy mengiyakan perkataan Laura.

Selesai sarapan Laura segera bersiap untuk sekolah. Ia berlari menuju halte bus dan menunggu bus datang.

Ntah apa yang ada di pikiran remaja laki-laki bernama William itu. Ia tiba-tiba ingin naik bus ke sekolah. Orangtuanya membantah kemauan anaknya tersebut. Tapi laki-laki itu kekeh tetap ingin naik bus.

Ia menunggu di halte selama 20 menit. Bus sedang sepi pagi itu tetapi Wil lebih memilih berdiri dan mendengarkan musik menggunakan airpods-nya. Sedang asik memandang keluar tiba-tiba di halte berikutnya. Terdapat gadis bermata ungu yang tak asing baginya.

Kebetulan Laura memasuki bus melewati pintu belakang, jadi ia melihat langsung lelaki berambut putih itu. Laura berpura-pura tidak melihat, namun tanganya ditarik kasar oleh Wil.

"Aduduh! Tanganku!" Laura menarik paksa tanganya dan mengusapnya. Terlihat pergelangan tanganya memerah dan terasa sakit. "Kenapa aku harus bertemu kau terus menerus?"

"Kenapa?" Tanya Wil dan mencabut salah satu airpod-nya. Laura menatapnya heran dia mendengarkan perkataanya atau tidak.

"Gak apa-apa," ujar Laura menyilangkan tanganya. Wil mengangguk dan memasang kembali airpod-nya.

"Dasar perempuan," gumam Wil dalam hati.

Saat sudah mendekati tujuan. Wil mematikan musiknya dan bersiap turun. Namun, tiba-tiba saja hujan deras. Wil langsung menggunakan kupluk jaketnya.

Terlihat dari wajah aura yang panik karena dia tak membawa payung. Wil tak peduli dengan kepanikan Laura. Namun, hatinya tergerak, ia mengeluarkan payung lipat hitam miliknya.

"Ini," ujarnya sambil menyodorkan payung lipatnya. Laura membuang muka dan berkata dengan ketus.

"Aku tak minta bantuanmu!" Ujarnya. Wil memegang payung itu. Ia malas untuk memasukanya kembali. Namun, tak lama Laura merebut payung itu dan melepaskan tali pengikatnya agar bisa langsung digunakan.

"Sopan sekali kau," gumam Wil.

Laura menjulurkan lidahnya, mengejek Wil. Pintu bus terbuka Wil menarik tangan Laura. Orang-orang di dalam bus menggosipi Wil dan Laura karena gaya 'pacaran' mereka yang aneh.

"Aku sudi pacaran denganmu," ujar Laura. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan Wil. "Lepaskan!"

"Kembalikan payungku terlebih dahulu," ujar Wil, mengulurkan tangan kananya untuk menerima payung itu.

"Kau tega aku hujan-hujanan?" Tanya Laura dengan wajah memelas, memohon agar ia dipinjamkan payung. Namun, Wil tidak peduli padanya.

"Aku gak peduli kau mau hujan-hujanan, pakai jas hujan, pakai payung. Aku tidak peduli sama sekali!" Ucap Wil dengan ketus dan merebut payung itu dari tangan Laura.

"Kenapa kau tawarin tadi?" Tanya Laura.

"Kenapa kau tolak?" Tanya balik Wil. Dia melepaskan Laura dan pergi meninggalkan gadis itu begitu saja.

Laura duduk di kursi halte. Menunggu seseorang yang mau membantunya. 10 menit ia menunggu, tak ada seorang pun menolongnya. Ia menunggu lagi, namun hujan semakin deras.

"Tolonglah aku, aku cuma mau sekolah. 3 menit lagi bel." Ia melihat jam sakunya. Ia tak mungkin bolos hari ini. Dia belum pernah bolos sebelumnya.

"Ku kira kau sudah di kelas," ujar seseorang di sebelah kiri Laura. Gadis itu menengok kearah sumber suara. Yang ia lihat terlebih dahulu adalah mata merah maroon serta rambut putih yang sangat khas.

"Hujan begini. Bagaimana aku bisa ke kelas?" Laura mendekap lututnya menahan dingin udara luar. Dia tak memakai jaket saat ini.

Wil melepaskan jaket yang ia kenakan dan memberikanya pada Laura. Gadis itu mulai berjalan beriringan dengan Wil menuju sekolah.

Mata Laura melihat kearah Wil yang sedikit terkena hujan. Ia menggeser sedikit payungnya kearah Wil agar dia tak kehujanan.

"Kau kehujanan, nanti kau bisa demam," ujar Laura sambil ikut memegang gagang payung.

"Perempuan itu, lemah!" Balas Wil dan melepaskan gagang payungnya. Ia mempercepat langkahnya.

"Dasar beruang!" Pekik Laura. Ia kira Wil akan menyiksanya atau apapun, ternyata, laki-laki itu hanya melambaikan tanganya tanpa menegok kebelakang.

Di kelas ia mengeringkan jaket Wil di ruangan khusus. Terdapat jendela besar dengan gantungan baju apa bila ketika hujan dapat mengeringkan baju atau semacamnya di situ. Tak sengaja mencium aroma jaketnya itu. Benar-benar seperti parfum laki-laki. "Wanginya~"

"Enak banget ya dipinjemin jaketnya, Kak Wil,"

"Iya, iri banget!"

"Pertanyaanya, kok bisa ya? Kan Kak Wil galak."

Saat hendak mengantungnya. Jaket itu di ambil oleh Wil. Ia mencium jaketnya bagian dalam. "Ada parfumu," ujarnya.

"Kau keberatan?" Wil hanya menggelengkan kepala lalu mengantungnya pada tempat yang tak disinari cahaya matahari. "Belajar darimana kau?"

Laura merasa aneh dengan posisi gantungan jaket yang tak dikenai cahaya matahari. "Aku belajar dari eksperimenku," ujarnya lalu meninggalkan ruangan tersebut.

Saat kembali ke kelas Zane dan Angga langsung menanyai keadaan Laura. Wajah mereka begitu khawatir. Karena, daritadi mereka bersama.

"Kamu gak apa-apakan? Ada yang luka?" Tanya Zane memegang pipi lalu menengokan kepala Laura ke kanan dan ke kiri.

"Kamu diapain?" Tanya Angga.

"Gak di apa-apain, dia bantu aku sampai ke sini malahan," jawab Laura. Lalu ada beberapa pertanyaan lagi. Laura mengangguk saja sampai akhirnya.

"Kalian pacaran?" Saat Laura ingin mengangguk dia langsung menggelengkan kepala dengan cepat.

"Mana mungkin batu dan kertas bisa beruang kutub dan ikan bersahabat?" Ucap Angga. Jika dipikir-pikir iya juga. Tapi siapa yang tau tau takdir? Hanya Tuhan yang tau.

🔪🔪🔪

Tiba-tiba ada yang berteriak memanggil nama William. Siswa rambut putih itu menengok ke sumber suara, dari pengelihatanya sepertinya dia siswa baru yang tak percaya rumor.

"WILLIAM! AKU TANTANG KAU BERKELAHI DI TENGAH LAPANGAN SAAT JAM ISTIRAHAT PERTAMA!!" Jeritnya dari lantai 3. Terlihat senyuman licik dari siswa baru itu.

"Wil!" Panggil seseorang dari depanya. Seorang siswa yang berlari sambil memukul wajahnya dengan kencang. Bibir Wil mengeluarkan darah sedikit.

"Liat! Liat nilai ku!!" Pekiknya sambil menyodorkan kertas soal dengan nilai 0 di sudut kanan atas.

Wil langsung menyingkirkan kertas soal itu dan mencekik leher siswa dihadapanya. "Nilai yang bagus!"

Wil bangkit berdiri dan menginjak perut siswa itu sampai ia ingin memuntahkan isi perutnya.

"Lain kali, jangan memukulku seperti itu!" Ujarnya. Wil mengacak rambutnya hingga warna cyan dan hijaunya menyatu.

Wil kembali ke kelas tanpa mengobati luka di bibirnya. Ia hanya mencucinya, tak ada waktu untuknya bersantai-santai di UKS. Walaupun itu sedikit menganggunya, Wil berusaha mengabaikanya.

Lalu, saat jam istirahat pertama. Wil duduk di pinggir lapangan sekolah. Melamun, tak atau apa yang ia pikiran, benar-benar acak. Tiba-tiba, rambutnya dijambak seseorang dari belakang. Wil hanya menghela nafas panjang, tak berkutik sama sekali.

"Aku lupa, gak boleh ganggu beruang yang hibernasi," ujar siswa yang menantangya tadi.

Wil mengambil pisau lipat dan langsung menusuk kaki siswa itu. Rambutnya pun dilepaskan oleh siswa tersebut. "Tangan kosong dong, dasar curang!"

"Serang dari depan kalo nantangin, bodoh," balas Wil.

"Males ngurus banci semacamu," sambungnya. Siswa tadi melepas sepatunya, kakinya terluka cukup dalam. Pisau yang tancapkan Wil benar-benar sampai ke dalam.

"Breng--sek!" Pekiknya. Wil mengabaikan kata-kata siswa barusan. Ia terus menatap darah yang keluar dari kaki manusia dihadapanya. Lelaki berambut putih itu melihat sekelilingnya, tak ada satu orang pin yang memanggil ambulans.

Wil mengelurkan ponselnya dan menelfon ambulans serta memanggil guru untuk mengurus siswa tersebut. "Selamat berlibur di rumah sakit," ujar Wil sambil menyeringai seperti iblis.

"Dasar iblis!" Siswa tersebut berusaha menendang Wil dengan kaki sebelahnya. Namun, tak sampai karena targetnya berada 4 meter darinya.

"Jangan buang-buang tenaga gitu," ujar Wil. Dimasukanya tangan ke kantung celana yang hari itu berwarna coklat dan berjalan menjauhi 'banci' itu.

🔪🔪🔪

Laura berlari menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku. Waktunya sangat dekat dengan bel masuk kelas. Saat mendekati perpustakaan, ia tak melihat keadaan sekitar.

Gadis itu menabrak seseorang yang tak ia ketahui. Laura terjatuh duduk dan masih memegangi buku pinjamanya. "Kamu gak apa-apa?" Tanyanya sambil mengulurkan tangan.

"Ah, Kak Angga. Iya aku gak apa-apa, maaf ya aku buru-buru." Laura meraih tangan siswa idola sekolah itu. Lalu, mengibas-kibas roknya.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Ke perpustakaan, Kak."

"Oh, ya sudah. Aku duluan ya," ujar Angga dan langsung bergegas menghilang dari hadapan Laura.

"Kayaknya nanti aku gak cuci tangan, ehehe." Laura menempelkan tangan yang digenggam oleh Angga ke pipinya. Dirinya tersadar saat bel masuk kelas berbunyi. Dia masuk ke perpustakaan dan mengembalikan buku.

🔪🔪🔪

"Wil, ada yang mau ketemu sama kamu," ujar guru bimbingan konseling padanya saat pelajaran berlangsung. Seketika itu hujan deras turun.

Wil melangkahkan kakinya menuju Ruang BK dan membuka pintu ruangan tersebut.

Terpopuler

Comments

Penjaga Hati

Penjaga Hati

hai kk semangat up,
salam hangat dari karyaku 🙏

2020-07-24

0

Kadek

Kadek

mantap

2020-07-18

0

Lenna Cristy

Lenna Cristy

keren 😍

2020-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!