#4

Pulang sekolah itu Wil buru-buru meninggalkan sekolah. Ia takut dimarahi orangtuanya karena pulang terlambat. Saat itu pukul 6 sore. Lagi semakin lama semakin gelap.

Ia sampai di rumahnya pukul 7 malam. Ia membuka pintu dengan perlahan. Melihat ruang makan dengan lampu menyala.

Saat dia berjalan jinjit, sebuah suara memanggilnya. "Wil, Jam berapa ini?" Tanyanya. Pria yang masih mengenakan jas kantor itu keluar dari ruang makan dan mendekati anak semata wayangnya.

"Jam... 7 lewat, Pa," ujarnya sambil melihat arloji. Pria tersebut menatap tajam anaknya. Hal tersebut sudah biasa diterima oleh Wil dari ia berumur balita. "Aku langsung kerja kok. Aku ganti baju dulu ya," ujar Wil berlari menuju kamar.

Ia menganti pakaianya dengan warna hitam putih. "Sip! Waktunya beraksi," ujar Wil di depan cermin kamarnya.

Waktu ia akan keluar. Ibunya memanggil Wil untuk makan malam terlebih dahulu. "Aku sudah makan, Ma," ujarnya lalu pergi dengan mengendarai mobilnya.

Di perjalanan, ia menemukan kereta bayi yang ditinggalkan. Wil memakirkan mobilnya di tempat terdekat. Lalu, keluar mendekati bayi itu.

"Wah, lihat siapa yang meninggalkanmu di sini," ujar batin Wil. Matanya terfokus pada tulisan di dekat kepala bayi itu.

'Tolong urus dia dengan baik. Terimakasih.'

Begitu tulisanya. Wil membawa bayi itu ke mobil. Ia mengeluarkan pisau lipat dari kantung jaketnya. Tanganya mulai menyayat tubuh bayi yang masih kecil itu.

"Orangtuamu tak peduli terhadapmu, aku akan membuat mereka menyesal," gumam Wil. Mulut kecil bayi itu disobek olehnya. Lalu, dihancurkanya wajah bayi itu sampai tak berbentuk.

"Malaikat kecil, sudah pergi," gumam Wil lagi. Ia tak merasakan detak jantung dan nafas dari bayi malang itu. Ia melajukan mobilnya lagi. Kendaraan saat itu sangat ramai dan melaju dengan kecepatan tinggi.

Matanya yang terfokus pada jalanan, beralih ke tepian kereta api. Terdapat orang mabuk berjalan sempoyongan. "Menarik," ujar batinya.

Ia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Lalu keluar dari mobilnya itu. Pejalan kaki sedang sepi saat itu.

"Hei 'kawan', sepertinya aku melihat wanita seksi di seberang dan dia memanggilmu," ujar Wil. Orang mabuk itu percaya saja omongan Wil, ia berjalan menuju seberang. Saat di pertengahan rel. Pria itu ditabrak begitu saja oleh kereta api tersebut.

"Itulah alasanya aku lebih suka minum di rumah," ujar batin Wil lalu kembali ke mobilnya. Pada sebuah gang, ia melihat seorang preman sedang duduk santai sambil merokok.

Posisi orang tersebut membelakangi Wil. Agar bayanganya tak terlihat. Lelaki itu berjalan agak membungkuk dengan pisau kesayangan di tanganya.

Wil menendang kepala bagian belakang preman itu dan menginjak kepala serta dua tanganya. "Lihat aku," ujarnya.

"Bagaimana mau lihat bodoh!?" Pekiknya, "Lo menginjak kepala gue!" Sambungnya.

"Aku, tak suka, nada bicaramu itu!" Wil melompat-lompat diatas punggung orang itu. Sampai mengeluarkan bunyi-bunyi seperti patahan.

"Akan ku bantu agar kau melihat kearahku****." Wil memutar kepala preman itu 180 derajat. Suara patahan tulang benar-benar memanjakan telinga Wil. Belum puas dengan itu, ia mematahkan tulang kaki dan tanganya.

Pria itu meninggal seketika itu juga. "Bosan." Hatinya merasa bosan karena tidak ada korban yang memberontak. Ia membuka sarung tangan dan topinya lalu menyeka peluh yang membasahi kepalanya.

Ponsel dari pria itu berbunyi dan menampilkan nama kontak Riyu. Wil memakai sarung tanganya lagi dan mengangkat telfon itu.

"Halo bos, kau dimana? Kita sudah tunggu daritadi," ujar Riyu.

"Aku tidak bisa pergi, datang saja ke tempat biasa." Wil langsung mematikan ponselnya. Ia berharap yang Wil ucapkan benar. Ia kembali menuju mobil tercintanya.

Bayi yang berlumuran darah itu masih ada di mobilnya. "Ku buang saja deh," ujarnya.

Ia membawa kantung plastik tebal berwarna hitam itu. Ia membuangnya ke sungai dan langsung saja ke dalam mobilnya. Ia mengecek kursi mobilnya.

Bersih tanpa noda darah. "Untung akalku masih sehat," ujarnya lalu menyalakan mesin mobil. Waktu menunjukan pukul 9 malam. Ia langsung bergegas mengganti baju.

Tak lama ia sampai di club tempat ia bekerja sebagai bartender. Baru saja ia memasuki tempat neraka itu, ia di sambut oleh teman kerjanya, Lin.

"Akhirnya dateng juga! Buruan, kita sibuk nih!" Ujarnya sambil meracik minuman.

"Sabar dong," balas Wil yang baru saja masuk.

Setelah pesanan sepi. Ia duduk sebentar sambil mengkibas-kibaskan tanganya yang terasa pegal. Diikuti oleh temanya itu.

"Kapan kita gajian ya, Wil?" Tanyanya. Wil menatap langit-langit ruangan. Dia menggelengan kepala karena tak tau.

Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca. Wil melompat keluar meja dan mendekati suara pecahan itu. Terlihat beberapa orang dipukuli dengan botol kaca oleh orang yang sedang mabuk. Tangan Wil mengepal dan minta semua orang menjauhi pria yang sedang mabuk berat tersebut.

Wil mengambil tongkat baseball yang berada di bawah kakinya. Lalu menyerang kaki orang mabuk tersebut dan kepalanya. Hingga orang itu tak sadarkan diri. "Merepotkan," ujar Wil sambil melepaskan tongkat yang ia genggam.

Wil menekan bahunya sendiri dan terdengar bunyi seperti patahan tulang. Lalu memutar pinggangnya. "Pegel bos?" Tanya Lin.

"Iyalah, pijitin dong," ujar Wil yang memjiat pundaknya sendiri.

"Gak mau, tanganku juga pegel." Lin memukul angin hingga terdengar suara 'Tek' dari sikunya.

"Terserahlah," ujar Wil memutar lehernya. Waktu menunjukan pukul 12 tengah malam dan bartender shift pagi belum datang juga.

"Mana para manusia ini?" Ujar Lin melihat ponselnya. Ia menelfon seseorang. Wajahnya terlihat kecewa karena panggilanya tertolak dari tadi.

"Gak sakit tuh ditolak?" Tanya Wil dengan nada menggoda.

"Hih!" Balas Lin lalu meletakan ponselnya di atas meja.

"Itu kepala kenapa?" Tanya Lin sambil menyingkirkan poni Wil. Laki-laki itu menepis tangan Lin. "Weh! Santai!"

"Jatuh dari tangga," jawab Wil sambil mengelus plester di tepi dahinya. Lin penasaran dengan cerita Wil. Mau tak mau Wil berbagi pengalaman dengan sedikit kata-kata yang dilebih-lebihkan.

"Sadisnya," ujar Lin. Wil tertawa dengan ekspresi takut Lin itu. Lawan bicaranya itu bingung kenapa Wil tertawa seperti itu.

"Ku masukin batu mulutmu itu nanti," ancam Lin. Pria itu tak tau kata-kata akan memancing kemarahan beruang kutub.

"Oh, ngancam ya?" Wil memberika tatapan tajam, tak suka dengan perkataan Lin.

"Gak gak gak, maaf ya," ujar Lin dengan kecepatan tinggi dan berulang-ulang meminta maaf. Karena mood Wil sedang baik ia mengampuni calon korbanya itu.

"Ah, itu mereka udah datang! Yey! Pulang!!" Pekik Lin berlari menuju ruang karyawan. Dua orang yang datang itu adalah Levi dan seseorang yang tak Wil kenal.

"Siapa?" Wil menunjuk lelaki pendek di sebelah Levi. Pria bernama Levi itu menepuk-nepuk pundak laki-laki yang terlihat seperti bocah SMP.

"Ah! Dia Arbi, umurnya baru 15 tahun." Levi merangkul akrab bocah tersebut. Wil berdiri dan mengukur tingginya.

"Dia hanya sedadaku," ujar Wil. Levi yang mendengar itu memasang muka geram dan mengepalkan tinju.

"Jangan sombong kau tiang listrik!" Wil menarik kerah Levi dan membisikanya sesuatu.

"Kau taukan, aku tak suka nada bicara yang tinggi atau pun seperti ejekan?" Bisiknya. Levi hanya mengangguk ketakutan. Wil berjalan melewati belakang Levi menuju ruang karyawan.

"Tapi kau sendiri mengejek orang," gumam Levi. Wil yang mendengar itu langsung menendang punggungnya hingga pria tersebut terantuk meja yang berjarak 2 meter darinya.

Lalu, Wil menginjak punggung kekar pria itu. "Silahkan, berkata itu lagi jika kau ingin, mati," ujar Wil. Lalu, menyingkirkan kakinya. Arbi ketakutan bahkan tak berani menatap mata Wil.

"Hey bocah, camkan ini. Berbicaralah sopan denganku, kalau kau tak mau seperti itu," ujar Wil dengan nada mengancam.

Kaki Wil melangkah menuju ruang karyawan. Ia menganti pakaianya lagi. "Akhirnya aku bisa ke rumah," ujar batin Wil.

"Apa bisa aku menghentikan kebiasaan buruku?" Tanya batin Wil.

Matanya mengarah ke arloji hitamnya. Pukul 1 tepat dini hari. Lelaki itu menginjak gas agar segera pulang ke rumah.

Terpopuler

Comments

Fiqa,Fika/Pika/Ryna

Fiqa,Fika/Pika/Ryna

kalo mau bunuh ya tinggal bunuh aja,tp gk prlu smpe bnh yg nggk brslh...
nggk prlu pake bnh org yg gk brslh segala

ya...kebiasaan nya kalo mau bunuh itu tggl basmi virus aja tuh kayak bunuh preman atau pemerkosa kyk gitu

kalo mau bnh itu tggl cri preman la buat djadiin mangsa...biar jd pmbnhnny brmnfaat bt org² 😅

2021-08-10

0

kirana angel

kirana angel

walah thor biasanya seorang psycho kl sm bayi itu ga tega ini kok kejem bgt....huwaaaaa....

2021-01-14

0

Revaira

Revaira

ngeri ceritanya, bayinya

2020-08-19

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!