Bab 20

Ibu guru masuk ke dalam kelas. Semua belajar.

Di bali

Jam istirahat baru dimulai sebagian siswa ada yang ke kantin, sebagiannya ada yang ke perpustakaan

“Ra, kita ke kantin yuk” ajak Emili

“Ayo” Rara berdiri kakinya melangkah beriringan dengan Emili. Sampai di depan tangga Rara dan Emili bertemu dengan Juna “hai mau kemana” sapa Juna

“Ke kantin kak”

“Boleh ikut”

“Tentu saja”

Dari kejauhan Rayya kakak kelas yang suka dengan Juna melihat kedekatan Rara dengan Juna

“Bisa-bisanya anak kelas dua itu mendekati Juna”

“Udah Ray nanti pulang sekolah kita samperin aja cewek ganjen itu”

“Boleh” dia menggepal tangannya seakan mau meninju orang di depannya.

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Juna menunggu di depan kelasnya Rara

“Ra pulang bareng yuk” pintanya dengan lembut

“Maaf kak Rara masih ada urusan”

“Yaudah deh, lain kali aja, guwe duluan ya”

Rara dan Emili berjalan keluar dari sekolah“Ra, kayaknya kak Juna suka sama lo deh”

“Ah masa sih”

“Iya loh, dari tatapannya kelihatan banget“ melihat jemputannya “Guwe duluan ya”

“Oke” Rara duduk sendiri di bangku taman berharap jemputan segera datang. Rayya dan temannya datang menghampiri Rara

“Eh lo anak kecil, jangan coba-coba dekatin Juna ya, lo gak tahu Juna itu cowok guwe”

“Maaf kak, tapi guwe gak ngedekatin Kak Juna”

“Lihat saja kalau lo masih dekatin dia”

“Iya kak” pergi tanpa menghiraukan Rayya dan teman-temannya

Rara pulang berjalan kaki jemputan yang ia harapkan tak kunjung datang. “Buat apa juga guwe ngedekatin kak Juna guwe masih betah sendiri guwe masih betah dengan perasaan guwe ke Dafa walaupun sekarang Dafa udah jauh dari guwe” ia berjalan sampai tidak sadar ada motor di belakangnya, alhasil bamm

Rara tertabrak oleh motor itu

“Kamu gak apa-apa dek” pengguna motor turun lalu mengecek keadaan Rara

“Gak pak saya gak apa-apa” bangun membersihkan lututnya dari debu aspal

“Maafin bapak ya gak sengaja nabrak kamu”

“Gak pak saya yang minta maaf karena tidak fokus berjalan” lengannya berdarah

“Bapak bawa ke rumah sakit ya”

“Gak usah pak, saya pulang saja rumah saya sudah dekat dari sini”

Rara pulang ke rumahnya.

“Sayang kamu kenapa” mamanya melihat luka yang dipegang Rara

“Tadi keserempet motor di depan ma”

“Duh kok bisa sih sayang” mamanya pergi mengambil kotak P3K

“Iya ma, tadi aku gak fokus jalannya”

“Kamu mikirin apa sih, kamu mikirin Dafa lagi”

“Gak kok mah” Rara membohongi mamanya supaya tidak khawatir.

Iya ma aku masih mikirin Dafa, aku gak bisa move on dari dia. Batinnya

“Mama obatin dulu ya sayang lukanya biar tidak infeksi” mamanya mengambil alkohol membersihkan luka di lengannya kemudian mengambil obat merah dan perban “udah sayang”

“Makasih ma”

“Kamu ke kamar bersih-bersih, setelah itu kita makan siang sama-sama”

“Iya ma” mengambil tas yang di sofa pergi ke kamarnya

Di kamar

“Guwe capek dengan perasaan guwe, guwe lelah dengan semua ini, guwe terlalu menderita dengan perasaan ini pengen rasanya guwe sudahin semua ini. Guwe mau melupakan Dafa guwe pikir seiiring berjalannya waktu guwe bisa ngelupain dia, tapi semakin guwe melupakan dia hati guwe seakan menolaknya” perasaannya benar-benar kacau air matanya tidak terbendung.

“Guwe harus gimana apa guwe bertahan dengan perasaan guwe” menghirup nafas dalam “guwe mau bertahan dengan perasaan ini sampai waktu menjawab semuanya” Rara mengambil keputusan ia tidak lagi mencoba untuk melupakan Dafa, dia memilih bertahan dengan perasaannya.

Amanda masih terbaring di rumah sakit ia tak kunjung sadar. Dokter kembali memeriksa keadaannya.

“Dok gimana keadaannya”

“Tidak ada hasil apa-apa buk, anak ibu harus segera dioperasi”

“Kalau dioperasi kemungkinan sembuhnya berapa persen ya dok”

“Saya gak bisa jamin, tapi ada pasien saya tahun lalu yang Alhamdulillah sudah normal setelah dioperasi”

“Baik lah dok, saya akan memberinya keputusan nanti sore”

“Baik bu, kesehatan anak ibu bergantung di tangan ibu” dokternya keluar

“Ya Allah aku harus bagaimana”

Dafa, Aldi, Kiki, Denis dan Winda pergi ke Amanda

“Assalamualaikum” mengetuk pintu

“Waalaikumsalam” bibinya membukakan pintu

“Mandanya ada bi”

“Non manda lagi pulang kampung sama mamanya, ayo silahkan masuk dulu”

“Gak usah bi, kami langsung pulang saja”

Dafa, Kiki, Aldi, Denis dan Winda kembali ke mobil masing-masing

Bibinya Manda sengaja membohongi mereka supaya tidak ada yang tahu tentang penyakit yang diderita Amanda.

Di mobil Dafa

“Kok dia gak ngasih tahu guwe ya kalau dia pulang kampung, coba guwe telpon” mengambil handphone di sakunya menelpon Manda

Tidak aja jawaban dari Manda. Manda benar-benar menghilang dari kehidupan Dafa.

Di rumah sakit

“Dok, saya telah memutuskan untuk melakukan operasi” menemui dokter di ruangannya

“Baik bu keputusan Anda sangat tepat, saya akan secepatnya mengurus semua keperluan operasi”

“Baik dok, lakukan secepatnya, saya mau anak saya sembuh dok”

Keesokan harinya Manda yang masih belum sadarkan diri dibawa ke ruang operasi, ranjangnya di dorong oleh beberapa suster. Mamanya yang duduk di depan ruangan operasi mencegat suster yang membawa Manda

“Sayang” mengelus kepalanya Manda “kamu harus segera sembuh sayang, mama mau kamu kembali menemani mama” mengecup keningnya

Suster mendorong ranjang itu kembali. Tangan mamanya memegang tangan Manda, suster mendorong ranjangnya perlahan genggaman itu lepas.

Operasi berjalan. Mamanya menunggu di luar ruangan hanya bisa berdoa “ya allah lancarkanlah operasi anak hamba”

Setengah jam kemudian dokter keluar

“Dok gimana apa operasinya berjalan lancar”

Dokter Menghela nafas “saya sudah melakukan sesuai prosedur tapi operasinya gagal, bocor jantung anak ibu sudah membesar jadi aliran darahnya terhambat, jantungnya akan terganggu untuk memompa darah seperti pada umumnya” dokternya pergi

Mamanya syok mendengar berita dari dokter ia terjatuh ke lantai “ya Allah sayang, mama harus gimana”.

Manda dikeluarkan dari ruang operasi menuju ke ruang inap. Mamanya mengikuti dari belakang.

“Bu, anak ibu sudah selesai dioperasi, sekarang dia masih dalam pengaruh obat bius, kemungkinan besar sebentar lagi dia akan sadar, ibu harus banyak berdoa ya, saya permisi dulu, kalau ada apa-apa ibu panggil saya saja”

“Iya makasih sus” berjalan mendekati Amanda, mengelus kepalanya “kamu anak mama satu-satunya, kamu hidup mama, kamu anak yang kuat kamu bangun ya sayang mama butuh kamu” mengelus pipinya

Tangan Manda bergerak matanya perlahan terbuka

“Manda sayang kamu sudah sadar, sus dok” memanggil dokter dan suster

Dokter dan suster berlari menuju ruangan Amanda

“Maaf bu saya periksa dulu” meletakkan stetoskop di dadanya “Alhamdulillah Amanda sudah sadar ia hanya butuh istirahat, kalau begitu saya permisi dulu, mari bu” dokter dan suster kembali ke ruangannya.

“Ma aku kenapa, aku koleps lagi ya ma”

“Iya sayang” air matanya kembali jatuh

“Aku sudah gak apa-apa kok ma” mengusap air mata mamanya. “Mama jangan sedih lagi ya”

“Iya sayang” mengecup kening Manda “mama sayang banget sama kamu”

Seminggu kemudian Amanda sudah benar-benar pulih.

“Ma aku berangkat sekolah dulu ya”

“Mama anterin kamu ya”

“Gak usah ma, manda pergi sama pak sopir aja”

“Baiklah kalau gitu mama berangkat ke kantor ya, sudah seminggu lebih mama gak ke kantor”

“Iya ma, manda pamit ya” mencium telapak tangan mamanya

Sampai di sekolah Amanda menemui teman-temannya

“Daf itu kayanya manda” menunjuk seseorang yang berjalan ke arah mereka

“Mana” Dafa mencari keberadaan Manda

“Hai guys” sapa Amanda yang baru saja datang

Dafa memeluk Manda “aku kangen banget sama kamu”

“Ciie” teman-teman lainnya menyorak mereka

“Daf, aku kan jadi malu” melepas pelukan Dafa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!