Bab 7

*****

“Sudah pintar ya gombalnya” menoel hidung cantik “eum kita ke danau aja ya”

“Oke, oh ya di danau ada tempat makan kan kita ke sana dulu ya aku laper soalnya” memegang perutnya

“Iya cantik, eh kamu tumben pegang tanganku erat kali” menunjukkan tangannya yang dipegang Rara

“Eum gak apa-apa, kangen aja”

“Tapi aku kan gak kemana-mana, aku tiap hari sama kamu loh”

‘Aku besok mau ninggalin kamu kece’ batinnya

“Hei kok bengong sih”

“Ah gak kece siapa yang bengong” sadar dari lamunannya

Dafa hanya tersenyum sambil fokus menyetir mobil

‘Kece apa aku sanggup ninggalin kamu, apa aku bisa melihat senyum kamu lagi kayak gitu (melihat ke arah Dafa) rasanya berat banget ‘batinnya

“Cantik sudah sampai ni, kamu makan apa” memberhentikan mobilnya

“Eum bakso aja deh”

“Oke, yuk turun kita parkir mobil di sini saja”

“Iya”

Dafa menggandeng tangan Rara menuju ke warung bakso.

Sampai di warung bakso Dafa dan Rara mencari tempat duduk yang nyaman, mereka memilih tempat duduk yang menghadap danau. Pelayannya datang menanyakan mereka

“Mau pesan apa dek”

“Mie baksonya 2”

Pelayan mencatat pesanannya “minumnya apa”

“Es kepalanya 1 aja pak”

“Oke baik” pelayannya pergi membuat pesanan

Selama mereka menunggu pesanan Dafa memperhatikan cantik yang terlihat lebih pendiam dari biasanya, duduknya yang terlalu dekat dengannya dan tidak pernah melepas genggaman tangannya sejak dari mobil. Sesekali ia terlihat termenung seperti ada yang dipikirkan.

“Cantik kami kenapa, kenapa kamu minta untuk seharian penuh sama kamu hari ini”

“Haha gak kenapa-napa eum mumpung belum sekolah lagi takut nanti kita gak satu sekolahan lagi”

“Enggak dong pasti kita satu sekolah lagi, kamu tenang saja ya, pasti kita bisa barengan terus setiap harinya” mengusap pelan rambutnya

Pelayannya datang membawa pesanan dan menaruhnya di meja depan mereka

“Cantik aku gak kemana-mana loh”

“Hah? Emangnya kamu mau kemana”

“Ini kamu dari tadi gak ngelepasin pegang tangan aku”

“Hehe maaf” melepas tangannya “soalnya nyaman banget pegang tangan kamu.

“Huu dasar modus” memberantakkan rambutnya cantik “bilang saja kamu gak mau kehilangan aku kan? Kamu sayang banget sama aku kan”

“Jelaslah aku sayang banget sama kamu, kalau gak buat aku mempertahankan hubungan kita udah 3 tahun ini”

“Iya tapi aku gak mau cuma sampai 3 tahun sama kamu, aku mau selamanya sama kamu” merangkul erat cantik

Gimana mau selamanya Kece besok aku harus pergi ninggalin kamu, batinnya

Tanpa sadar air matanya jatuh

“Loh kamu kok nangis apa aku salah ngomong, maafin aku ya” mengusap air mata cantik

“Gak kok, aku terharu aja bisa disayang banget sama kamu”

“Iya aku sayang banget sama kamu” memeluknya

Rara melepas pelukan “kece suapin aku dong”

“Tumben kamu hari ini minta disuapin aku” mengambil bakso di mangkok lalu menyuapi Cantik

“Eum pengen aja” membuka mulut

Bukannya dimasukkan ke mulut Rara baksonya malah dimasukkan ke mulutnya sendiri.

“Ah kamu mah” memasang muka cemberut

“Jangan cemberutlah”

“Kamu sih orang aku laper malah dibecandaiin”

“Yaudah gak lagi deh, ini beneran” menyuapinya lagi

Dafa dan Rara telah selesai makan.

“Sekarang kita kemana lagi cantik”

“Tepi danau yuk”

“Oke, berangkat” bangun dan pergi untuk membayar di kasir

Rara dan Dafa berjalan di pinggir air danau

“Kece, aku mau digendong dong”

“Gak ah malu, lagian kamu udah gedut sekarang”

“Gak kok masih kaya dulu”

“Iya yaudah naik”

Rara menaiki punggung Dafa dan berjalan perlahan.

“Kamu mau eskrim” melihat tukang es krim di depannya dan berhenti untuk membelinya

“Aku mau rasa coklat”

“Pak es krimnya dua, satu rasa coklat satu lagi vanilla, berapa pak”

“20.000 dek” memberikan dua es krim

“Ini pak uangnya” memberikan uang dan mengambil es krimnya

“Ini es krimnya tuan putri, yuk naik lagi”

Rara menaiki punggungnya lagi “makasih sayang”

“Cantik suapin es krimnya dong”

“Ini” mengerakkan tangannya ke depan. Bukannya masuk mulut eskrimnya malah nyasar ke hidung Dafa.

“Aaa kamu, dingin tahu. Lap in gak”

Rara tertawa dengan ocehan Dafa “iya” membersihkan hidung Dafa

Setelah berjalan agak jauhan

“Cantik pegel nih, kamu turun ya”

Rara turun dari gendongannya

“Kamu pegel ya, sini deh aku pijiti”

“emang kamu bisa” tanya Dafa meragukan

“Insha allah bisa”

“Wah calon istri andalan ni”

Rara dan Dafa sama-sama tertawa lepas.

“Cantik” melihat jam di tangannya “udah sore ni, kamu mau kemana lagi”

“Pantai saja yang dekat-dekat sini”

“Oke lets go”

Rara dan Dafa pergi ke pantai. Sesampainya di sana

Rara turun dari mobil menghirupkan nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya “ huuft angin pantainya menyegarkan”

“Jangan banyak-banyak hirupnya nanti kamu masuk angin lagi” turun dari mobil dengan memakai kacamata hitam yang membuat Rara tertawa

“Kok pakai kacamata pak, mau mijat kemana?”

“Silau men” jawabnya swag

“Girl kali bukan men”

Mereka lalu pergi ke tepi pantai setelah memarkirkan mobilnya

Rara berdiri tepat di hadapan Dafa lalu mengambil tangan Dafa dan menggemgamnya

“Aku mau banget lihat terus senyum di bibir kamu setiap hari ”

“Ya jelaslah lah aku bakalan senyum terus, kalau ada orang yang selalu buat aku tersenyum setiap hari yaitu kamu” menoel hidungnya Rara

“Ada aku atau tidak adanya aku kamu harus tetap tersenyum ya” memegang pipinya

“Ko kamu ngomong gitu sih, kamu mau ninggalin aku ya, kamu dari tadi anehloh mulai dari tadi kita pergi kamu selalu genggam erat tangan aku mau makan disuapin aku terus sekarang kamu ngomong kayak gini, kamu kenapa sih cerita sama aku kamu kenapa”memagang pundak Rara

“Gak kok aku gak kenapa-kenapa, aku baik-baik aja, aku cuman pengen berduaan sama kamu aja. Tapi waktu yang akan menjawab segalanya, aku janji dimana pun aku berada hati aku akan tetap selalu untuk kamu sampai aku mati” mengeluarkan air mata

Dafa hanya terdiam memikirkan omongan Rara.

“Udahlah kan kita mau senang-senang hari ini” menyeka air matanya “hei gak usah pikirin omongan ku tadi ya, aku hanya minta kamu untuk terus tersenyum”

“Iya cantik” memeluknya dengan erat

Rara melepas pelukan dan berlari “ayo kejar aku”

Dafa yang terkejut Rara lari tiba-tiba langsung berusaha mengejarnya “cantik tunggu”

Rara berhenti napasnya ngos-ngosan. Dafa yang dari belakang langsung menangkapnya “yee ketangkap kamu” lalu ia mengangkat Rara supaya tidak lari lagi dan memutar-mutar.

Andai hari ini bukan hari terakhir barengan Dafa pasti aku lebih bahagia, ya tuhan aku mau sama Dafa hari ini, besok, lusa dan selamanya, batinnya

“Udah-udah pusing”

Dafa menurunkannya. Tak terasa sore pun kian berlarut

Dafa dan Rara duduk di pasir menghadap air, angin yang bersepoi melambai-lambai menyertai mereka

“Yee bakalan ngelewati sunset bareng cantik”

Iya ini sunset pertama kita dan ini juga sunset terakhir kita, batinnya

Matahari terbenam perlahan

“Semoga sunset ini bukan sunset terakhir kita tapi ada sunset-sunset berikutnya yang kita lewati bersama” menggemgam tangan cantik yang duduk di sebelahnya

Rara yang terdiam, isi kepalanya benar-benar kacau di kepalanya hanya terbesit ini sunset terakhir ia dengan Dafa

“Kok kamu diam saja, apa harapanmu”

Sadar dari lamunannya “enggak kok, harapanku semoga hati kamu selamanya buat aku”

“Amin”

Mereka berdua berpelukan di bawah matahari terbenam. Malam pun kini telah datang.

“Cantik pulang yuk udah malam ini, nanti kamu dicariin sama mama”

“Iya ayuk” badannya mulai lemas. Bagaimana tidak ini adalah detik-detik terakhir ia bersama dengan orang yang paling dia sayang.

“Untuk malam ini aku aja ya yang nganterin kamu”

“Kan aku bawa mobil sayang” memegang mukanya dan menatapnya

“Gak apa-apa nanti kita pulang ke rumah kamu terus aku pulang ke rumah pakai taksi”

“Okelah kalau mau kamu begitu, kita pulang sekarang”

Dafa dan Rara pulang dari pantai. Di dalam mobil Rara hanya terdiam. Dafa tidak mengajaknya berbicara karena dia pikir kalau Rara capek jadi butuh istirahat.

Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di rumah Dafa.

“Cantik sudah sampai ini”

Mereka berdua turun dari mobil. Di teras rumahnya Dafa “masuk dulu ya”

“Gak apa sayang aku pulang terus aja, oh ya” mengambil sesuatu dari dalam tasnya “ini buat kamu”

“Surat, aku buka ya”

“Jangan” memegang tangan Dafa yang memegang surat tersebut

“Kamu bukanya besok jam 8 di depan rumah aku ya”

“Yaudah aku pulang ya” memeluk Dafa dengan erat seakan kakinya berat untuk melangkah, air matanya jatuh sampai menembus baju Dafa

“Jangan nangis ya, masih ada hari esok buat kita bersama, aku mau kok setiap hari jalan-jalan sama kamu, kamu jangan nangis lagi ya” mengusap air mata di kedua matanya

“Aku pulang ya”

Hujan deras pun mengguyur perkarangan rumah Dafa

“Hujan ni, kamu masuk dulu ya”

“Gak apa kece aku tunggu di jemput aja ya” lari ke gerbang “assalamualaikum”

“Cantik hujan loh ini”

Di perjalanan dengan hujan deras Rara berjalan sendirian dadannya terasa begitu sesak “ya tuhan apa aku sanggup untuk besok, apa aku bisa jauhan sama Dafa, apa aku bisa hidup tanpa dia di sampingku dia yang selalu membuat tertawa hari-hariku, tanpa dia apa aku bisa” berteriak untuk menghilangkan sesak di dadanya

Tak terasa ia sampai di rumah

“Assalamualaikum, ma” mengetuk pintu

Mamanya membukakan pintu ”waalaikumsalam” melihat Rara yang basah kuyup “ sayang kok kamu hujan-hujanan, masuk-masuk cepat mandi ganti baju, mama buatkan kamu coklat panas”

Tidak ada jawaban sama sekali dari Rara ia hanya termenung dan masuk kamar untuk mandi, setelah mandi ia langsung berbaring di tempat tidur sampai terlelap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!