Setelah selesai sarapan Cantik dan kece pergi jalan-jalan menelusuri perkampungan.
“Kece kita ke kebun teh itu yuk” menarik tangan kece dan berjalan pelan
“Iya sabar cantik”
Setelah berjalan berapa menit sampailah mereka di kebun teh.
“Kece aku boleh minta digendong”
“Ah kamu berat”
“Yah kamu” cemberut sambil jongkok
“Hahah yaudah naik sini” jongkok
“Katanya tadi aku berat emang kamu kuat mau gendong aku”
“Kuatlah cantik, biarpun badan aku kurus tapi liat ni” menunjukkan otot lengannya “otot tangan aku gede kan, aku sering ngegym tau, yaudah buru naik”
“Iya deh percaya yang sering ngegym, aku naik ya” naik ke punggungnya kece
“Oke princess, kita kemana”
“Kesana aja” menunjuk ke arah depan
Di tengah perjalanan menelusuri kebun tiba-tiba saja ada nama tiga anak cowok yang menghadang mereka.
“Eh ngapain kalian ke sini” suara keras selayaknya preman
“Kita cuman jalan-jalan kok” turun dari gendongan Kece
“Eh bentar deh guwe kayak kenal sama lo” melihat jelas wajahnya cantik “lo Rara kan anak nya om Irfan”
“Iya guwe Rara anaknya om Irfan, emangnya lo siapa guwe gak kenal sama lo” mulai penasaran dengan orang yang mengenalnya
“Alah sombong kali lo mentang-mentang sudah tinggal di kota, guwe Rio teman SD lo”
“Oh Rio”
“Dan lo siapa dekat-dekat sama Rara” menunjuk Dafa dengan tangan kirinya
“Guwe Dafa pacarnya Rara”
“Alah masih bau kencur juga udah pacar-pacaran”
“Emangnya kenapa masalah buat lo”
“Aduh neng cantik mending lo pacaran sama guwe aja yuk dari pada sama cowok bau kencur ini” mencolek dagunya Rara
“Eh jangan colek-colek dia ya” marah dengan perilaku Rio yang dengan sengaja mencolek dagunya Rara
“Apa lo hah” mendorong tubuhnya Dafa
Tidak terima dengan dorongan Rio, Dafa juga mendorong Rio sampai terjatuh “Lo yang apa-apaan”
“Eh guys cepat hajar dia” menyuruh dua temannya
Perkelahian pun terjadi sampai kedua temannya Rio dan Rio terjatuh akibat tendangan kuat dari Dafa
“Udah-udah stop, Dafa kita pergi aja dari sini, ngapain kita meladenin orang gak penting kayak dia” menarik tangan Dafa dan langsung pergi
“Kampungan tau gak lo” menunjuk Rio dan langsung pergi menggandeng Dafa
Rio yang berbaring di tanah “awas lo ya, sok banget jadi cewek” bangun dan pergi
Dafa dan Rara pulang ke rumah.
“Kalian kenapa?”
“Itu nek tadi si Rio menghajar Dafa”
“Kenapa sayang” keluar menemui mereka
“Itu ma si Dafa tadi dipukulin Rio di kebun teh, gara - gara Rio kurang ajar sama aku dia nyolek-nyolek dagu aku ma, terus si Dafa ngebela aku dan mendorong dia terus dia gak terima malah pukulin Dafa ma”
“Rio yang mana”
“Itu loh yang anaknya si Rahman, yang rumahnya dekat pabrik ujung sana”
“Oh biar nanti mama kesana bilang sama orang tuanya” mama Rara yang terserang emosi
“Udah gak usah tante gak usah di perpanjang”
“Iya ma lagian anak kampungan kek gitu ngapain kita ladenin nanti bisa - bisa tambah masalah lagi buat kita”
“Yaudah kalau begitu, kamu ambil kotak P3k sana obatin Dafa.
“Iya ma” masuk ke dalam rumah dan mengambil obat P3K dan kembali ke luar
“Mama sama nenek masuk dulu ya mau masak”
“Iya ma” membuka kotak P3k mengambil kapas dan alkohol “sini kece tangannya di obatin dulu” menuangkan alkohol ke kapas dan membersihkan tangan dan dahi kece.
“Uh perih cantik” meringis
Menyapukan kapas di atas lukanya perlahan “sabar ya kece dikit lagi” membuka plester dan memasangkannya di bagian luka “udah kece, eh bentar ya “ berlarian masuk ke dalam rumah
Membawa spidol di tangannya “sini bentar tangannya”
“Mau diapain”
“Udah sini aja” memegang tangan Dafa, menulis emoticon smile di plesternya “udah” menunjukkan hasil gambarnya “cepat sembuh ya kece”
Melihat gambar yang dibuat cantik “heheh ada aja kamu ini” mengusap rambut cantik “makasih ya”
“Masuk yuk” menggandeng Dafa dengan kotak P3K di tangan kirinya
Melihat anaknya masuk mamanya Rara langsung menyuruh mereka mandi dan bersiap-siap untuk makan malam.
Setengah jam kemudian mereka kembali berkumpul di meja makan untuk menyantap makan malam bersama.
Seminggu kemudian Neneknya Rara telah sembuh total. Liburan Dafa dan Rara pun kini telah usai, kini mereka harus kembali ke jakarta untuk melanjutkan kegiatan mereka dan tak lupa mereka membawa oleh-oleh untuk sahabat tercintanya.
Keesokan harinya di sekolah semua siswa mulai berdatangan. Kiki, Aldi, Winda dan Denis yang berkumpul di mejanya Aldinya
“Guys guwe dengar-dengar hari ini Dafa sama Rara masuk sekolah lagi ya”
“Dengar dari mana cep”
“Cep?”
“Iya cecep”
“Kamu panggil aku cecep”
“Iya karena kamu mirip cecep hahah”
“Deden kibo belo bau kambing” teriak yang membuat seisi kelas tertuju kepadanya
“Hahaha nama baru lagi tu” nyamber kiki ngeledek wiwin
“Sumpah ya Den guwe bengek sama lo, ada-ada aja lo kasih nama buat winda” merangkul winda “kasian tau winda”
“Eh jangan rangkul-rangkul winda lo” ngelepas rangkulan
“Lo cemburu Den”
Deden cemburu batin winda
“Ah apa sih” muka memerah
‘Gak kok guwe gak ada rasa sama winda lon tenang aja’ bisik ke Deden
‘Awas aja kalau lo berani suka sama dia’ bisik ke Kiki ‘guwe gak segan-segan bunuh lo’
“Apa sih kalian berdua bisik-bisik” winda yang kepo dengan bisikan Kiki dan Deden
“Iya tuh lo gak asik lo”
Dafa dan Rara datang menghampiri mereka
“Apa kalian ini pagi-pagi udah ribut aja”
Melihat Rara “Haiii Ra guwe kangen banget sama lo” memeluk Rara
“Guwe juga tau”
“Sssuut” mencolek tangan winda “sama guwe gak kangen lo”
“Gak deh makasih, nanti sicantik marah lagi” menoel dagunya Rara
“Ya gak lah sama sahabat sendiri juga”
“Kalau guwe sih marah” nyamber Denis di tengah-tengah percakapan mereka bagai petir disiang bolong.
“Yang tanya lo siapa kibo”
“Gak ada, guwe jawaban”
“Duh pasangan yang satu ini ya cocok banget kalian berdua”
Aamiin ‘batin winda’
Aamin ‘batin denis’
“Gimana di sana, betah banget kayaknya”
“Iya dong bang, apalagi sama sicantik setiap harinya”
“Ha iya-iya apalah lah daya guwe yang jomblo ni ya kan Di”
“Iya bo, nasib-nasib” tak sengaja memeluk Kiki
“Udah tenang aja kalian, nanti suatu hari pasti ada cewek yang mau pacaran sama kalian dan langsung nikah lagi”
“Aaamiiin” seru kiki dan aldi barengan yang belum sadar mereka berdua berpelukan
Sadar dan melepas pelukan “dih apa-apaan sih lo meluk-meluk guwe, guwe laki-laki tulen kali”
“Lo yang meluk guwe”
“Lo” menunjuk Aldi
“Lo” menunjuk kiki
“Guwe kepret juga lo”
“Heh” menjewer telinga aldi dan kiki
“Eh lepasin” memegang telinganya yang ditarik Dafa
“Gak, guwe gak akan lepasin telinga lo berdua sebelum lo berdua berhenti ribut”
“Eh guwe lebih tua dari lo ya, lo gak takut durhaka sama guwe”
“Maaf bang kita cuman beda sebulan”
Rara, Denis dan Winda tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan mereka.
“Ah udah capek guwe” akhirnya melepas jewerannya
Kiki dan aldi memegang telinganya yang sakit kareba jewerannya Dafa
“Awas ya lo Fa” menggumam sendiri “suatu hari guwe balas lo”
“ Ra sepi banget tau gak ada kalian di sekolah”
“Iya kalian tu bagai ibu sama bapak kita tau gak”
“Haha apa si Di masak guwe sama Dafa ibu bapak kalian”
“Iya tau hampa banget tanpa kalian”
“Uuh Winda” memeluk winda
“Yah pelukan lagi” memeluk Bang kiki, Aldi dan Dafa
Berdebatan itu berakhir dengan bunyian bel masuk kelas. Kini semua fokus belajar. Sampai akhirnya bel istirahat berbunyi
“Kita ke kantin yuk guys”
“Yuk”
“Yuks cin
“Yuk cantik
“Yuk cecep”
“Ah cecep lagi kan, malas ah”
“Yawdah ayuk sayangku” merangkul Winda
Tersenyum malu “ah apasih kibo” lari sendiri ke kantin
“Yah malu-malu dia guys, winda tunggu Aa” mengejar winda
Sampailah mereka di kantin dan memesan makanan.
“Kece aku mau mie ayam sama es jeruk ya”
“Siap tuan putri, kamu duduk di sana ya aku pesanin kamu”
“Iya makasih kece” pergi duduk di bangku bersama teman lainnya
Setelah semuanya selesai makan.
“Ra, temenin aku ke sana bentar yuk”
“Sama aku aja yuk win”
“Gak ah sama Rara aja, yuk Ra”
“Sama aku aja win” memaksa winda agar mau pergi bersamanya
“Ih apa sih Den, orang aku mau ke toilet”
“Yuks Ra“ bangun dari teman duduknya dan langsung pergi
“Kece aku ke toilet bentar ya” berlari mengejar winda “win tunggu”
Di toilet…….
Wajah Winda terlihat sangat cemberut di depan cermin toilet.
“Lo kenapa win” mencuci tangannya di wastafel seraya memperhatikan Winda
“Hmm gak apa-apa”
“Guwe tau kok, lo sebenarnya suka kan sama Deni”
“Hmm”
“Lo sabar aja ya mungkin Denis belum berani untuk mengungkapinnya”
“Iya Ra makasih ya udah nenangin guwe” memeluk Rara
Sementara Dafa, Denis, Aldi dan Kiki di kantin masih melanjutkan makannya.
“Guwe mau ngomong sesuatu” tiba-tiba saja membuka suara yang membuat yang lainnya berhenti mengunyah
“Kenapa Den”
“Bantuin guwe ya, guwe mau nembak Winda nanti sehabis pulang sekolah, tapi guwe bingung tempatnya di mana”
“Gimana kalau di Cafe Black White aja”
“Oh yang ownernya om lo ya bang”
“Iya nanti guwe aturlah tempatnya nanti pulang sekolah kita langsung ke sana”
Rara dan Winda yang telah selesai dari toilet kembali ke kantin dan menemui mereka semua. Melihat keduanya dari jauh “Guys jangan ngomong lagi mereka ke sini”
Mendengar mereka bisik-bisik dan mendadak diam “pada ngomongin apaan sih” duduk di samping Dafa
“Gak kok cantik nantik pulang sekolah kita gak pulang bareng ya, kamu pulang sama Winda aja hari ini ya”
“Emang kenapa”
“Aku sama yang lainnya mau main basket sebentar, ya kan guys” mengedipkan matanya
Semua pun mengangguk kecuali Winda.
“Oh ya Win habis kami main basket kita ke cafe black white ya lo juga ya Ra nanti kami semua tunggu di sana”
Winda dan Rara mengangguk mengiyakan.
Kini sekolah pun telah selesai Winda dan Rara pulang duluan.
“Guys kita duluan ya, yuk Win” menggandeng tangan Winda
“Hati-hati ya cantik” melambaikan tangannya “yuk guys kita langsung ke cafe”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments