*****
Keesokan harinya karena hari minggu mereka tidak pergi sekolah. Denis berencana pergi ke rumah winda.
Sesampainya ke rumah winda, Denis mengetuk pintu “permisi”
Winda yang dari dalam mendengar ada yang mengetuk pintu langsung membukanya.
“Hai kibo” melihat Denis yang berdiri di depan pintu
Denis lalu memberikan winda setangkai mawar putih “ ni buat kamu sayang” winda mengambil mawarnya
“Wangi banget” mencium aroma bunga
“masuk yuk” menggandeng denis ke dalam rumah. “ bentar ya aku tarok bunga dulu di pot, lihat tu udah banyak kan bunganya aku simpan dari pertama kamu kasih”
“Hehehe, kamu sudah siap kan yuk kita berangkat”
Denis dan winda pergi ke sebuah pantai untuk berjalan-jalan karena kejenuhan mereka yang setiap hari bersekolah.
Sementara Dafa juga menjemput Rara. Dafa yang kini telah sampai di rumah Rara mengetuk pintunya “assalamualaikum”
Dari dalam terdengar jawaban “waalaikumusalam” yang membukakan pintu “oh den Dafa, silahkan masuk”
“Iya makasih bi” masuk ke dalam rumah “Raranya mana bi”
“Sebentar ya bibik panggilkan”
Dafa menunggu di ruang tamu, tak lama bidadari cantiknya turun dan menghampirinya
“Hai kece” menyapa Dafa yang tengah duduk
Dafa yang lagi minum melongo melihat kecantikan Rara, mulutnya terbuka sampai-sampai lalat ada yang masuk.
“Hei” panggil Rara menyadarkan Dafa “kok bengong sih”
“Ya tuhan cantik banget dia, adem kali ngelihatnya” ngomong tanpa sadar “eh cantik, udah siap yuk berangkat” sadar dari lamunan dan langsung mengajak cantik pergi
“Oh ya mama kamu mana”
“Ciaah yang nanyain mama, bukannya aku” menarik hidung Dafa
“Ish aku mau pamitan lah, kamu kan udah ada di depan aku ngapain aku tanya lagi” menepuk jidat Rara
“Sakit tau” memegang jidatnya “mama udah pergi arisan tu “
“Eum ayo deh kita pergi sekarang”
“Mau kemana”
“Ke pantai”
Dafa dan Rara akhirnya berangkat ke pantai. Sesampainya di pantai mereka bertemu dengan Rara dan Denis yang juga berada di pantai tersebut.
Dari kejauhan memandang “kayak kenal sama orang itu” menunjuk dua orang yang berada di dekat air laut
“Siapa” mencipitkan matanya seolah biar bisa melihat jelas siapa orang yang Dafa tunjuk
“Itu loh”
“Haha itu Denis sama Winda kali”
“Oh pantesan kaya kenal” tertawa “kita samperin yuk”
“Ayo” menggandeng tangan dan pergi menelusuri pantai untuk bertemu Denis dan Rara
Setelah perjalanan jauh akhirnya mereka bertemu
“Mas-mas” menepuk pundak Denis yang lagi jongkok main air badan yang mengahadap air lalu memalingkan ke arah orang yang menepuknya
“Ah e lo, ngapain di sini” ternyata orang yang menepuknya adalah Dafa dan Rara
“Jalan-jalan gak ngajak-ngajak ya”
“Ngapain guwe ngajak lo nanti dikira homo lagi iih amit-amit”
“Ah udahlah guwe ke sana dulu ya, yok cantik”
Dafa dan Rara pergi meninggalkan Winda dan Denis.
“Kece itu ada bakso kita ke sana yuk” menunjuk warung bakso
“Kamu mau bakso, yok lah kesana”
Setelah makan bakso
“Alhamdulillah udah kenyang” memegang perutnya yang terlihat membuncit
“Haha gimana gak kenyang, ini lihat yang kamu makan” menunjuk mangkok bakso, mangkok mie ayam, bakso bakar, es teler, dan segelas jus “apa gak kenyang kamu”
“Hehehe” tersenyum malu-malu
Setelah makan, mereka akhirnya kembali menelusuri tepi pantai, setelah keduanya lelah mereka pun pulang.
Dua tahun kemudian ujian akhir sekolah telah dilewati dan hari ini adalah hari pengumuman kelulusan mereka.
Dan mereka semua lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Dafa yang duluan melihat pengumuman “alhamdulillah guwe lulus”
“Guwe lulus juga” yang lainnya melihat satu persatu hasil dari pengumumannya.
Mereka lalu duduk di taman
“Guys gimana kalo kita sekolah bareng lagi” seru kiki
“Aku sih ikut sikece aja”
“Guwe setuju” teriak Denis
“Guwe juga”
“Guwe juga”
“Oke kalau gitu gimana kalau kita sekolah di Harapan Bangsa”
“Oke” mereka semua setuju dengan usulan Dafa.
Setelah itu mereka pun pulang satu persatu ke rumah masing-masing. Winda yang diantar Denis dan Rara yang diantar Dafa. Sedangkan kiki dan Aldi pulang sendiri-sendiri.
Rara akhirnya sampai di rumah “ masuk dulu yuk”
“Aku pulang aja ya gerah banget ni mau mandi” menolak ajakan Rara
“Oke deh, hati-hati ya nanti sampai rumah chat aku ya”
Rara masuk ke dalam rumah, mamanya lansung menghampirinya dan mengajaknya mengobrol
“Sayang duduk sini bentar, mama mau ngomong” duduk di kursi tamu
“Kenapa ma?” ikut duduk
“Gimana kamu lulus?” Memulai pembicaraan
“Alhamdulillah lulus ma, aku berencana mau sekolah bareng Dafa dan kawan-kawan lainnya”
“Kayaknya impian kamu gak bisa tercapai sayang”
“Kenapa ma” jawaban mamanya seakan menusuk jantunganya
“Papa bangkrut, karena ditipu kawannya jadi semua aset kita harus dijual untuk bayar hutang ke bank termasuk rumah ini dan sisanya kita beli rumah di bali”
“Kenapa harus di bali ma, kenapa gak di sini saja” mencoba meyakinkan ibunya supaya tidak pindah
“Gak bisa sayang, di sana om Dimas kasih papa satu anak perusahaannya, jadi papa diminta untuk mengelolanya”
“Ya allah ma, kenapa harus gini sih” air matanya berjatuhan, memeluk mamanya
“Maafin mama sama papa sayang, kita cuman punya waktu di sini 2 hari lagi”
“Dua hari lagi ma?” Mencoba tegar, bangun dari duduknya dan menyeka air mata “baiklah ma, izinkan aku bertemu Dafa untuk terakhir kalinya”
“Tinggal besok waktunya sayang”
Rara pergi ke kamar. Di dalam kamar ia kembali menangis “kenapa semuanya jadi begini ya Allah, apa maksud semua ini, aku gak mau pisah dengan Dafa dan sahabat-sahabat lainnya ya Allah”
Rara mengambil buku Diary nya, membukanya lalu menulis ‘dear diary aku tidak sanggup mendengar kabar ini, kenapa Allah memberiku cobaan seberat ini’ air mata menetes di atas lembaran buku lalu ia menyeka air matanya dan kembali menulis ‘apa aku sanggup melewati ini semua, apa aku bisa berjauhan dengan Dafa aku sudah terbiasa dengan dia selalu di sampingku, lalu bagaimana hariku jika tidak bisa bersamanya lagi, aku sudah membina hubungan ini sejak 3 tahun yang lalu dia selalu membuat hari-hariku ceria, sekarang mendengar kabar ini, jantungku seakan berhenti berdetak’
Setelah menulis diary Rara mengambil handphone dan menghubungi Dafa “hallo kece besok kita jalan-jalan, kamu bisa kan? Aku mau seharian penuh besok sama kamu”
Dafa yang heran dengan permintaan tiba-tiba Rara “kamu kenapa, kamu gak apa-apa kan”
Rara menjawab kalau ia tidak kenapa-kenapa. Panggilan pun berakhir, Rara terlelap tidur.
Keesokan harinya Dafa menjemput Rara di rumahnya
“Assalamualaikum” mengetuk pintu
Rara yang telah bersiap-siap keluar dari kamarnya menemui Dafa.
“Yuk kece, kita langsung berangkat” menarik tangan Dafa tanpa sempat berpamitan dengan mamanya Rara
Dafa dan Rara langsung menaiki mobil.
“Kita kemana cantik” melirik cantik yang duduk di sampingnya
“Kemana saja yang penting berduaan sama kamu”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments