┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅
Bukan hanya kedua orang tuanya Hazel saja yang merasa sangat kesal karena sikap yang di tunjukan oleh Hazel, tapi juga Ziana.
Hati Ziana begitu panas akan amarah yang sangat besar, dia berhasil membujuk kedua orang tuanya Hazel untuk bisa datang dan mempercepat pertunangan mereka tapi itu bukan berarti dia berhasil dalam mendapatkan hati Hazel.
Hazel tetap begitu keras dan belum bisa menerimanya bahkan dia juga tidak menyapanya saat dia ada di tengah-tengah kedua orang tuanya Hazel.
'Kamu sungguh keterlaluan, Mas! Kamu sama sekali tidak menganggap ku ada di sini,' batin Ziana.
Wajahnya menunduk namun terlihat dia menyimpan kemarahan yang sangat besar namun dia sembunyikan dari kedua orang tuanya Hazel. Ziana tentu tidak mau kalau sampai mereka tau.
"Nak, kamu yang sabar ya. Om pastikan kalau Hazel akan setuju dengan pertunangannya."
Pak Davin sangat percaya akan apa yang dia ucapkan meski di dalam hatinya sendiri juga tidak seyakin itu melihat betapa kerasnya Hazel pada mereka. Dengan melihat Hazel yang sekarang seperti itu tentulah tidak akan mudah untuk membujuknya supaya mau bertunangan dengan Ziana.
"Iya Zi, tante juga sangat yakin kalau Hazel akan tetap mau bertunangan dengan kamu." Bu Kristin menambahi, meyakinkan Ziana juga menyenangkan hatinya.
Kedua orang tua itu terlihat sangat bingung, kenapa Hazel begitu susah untuk mau menerima Ziana. Ziana cantik, dia juga terlihat baik juga sopan kepada orang tua, tapi kenapa Hazel begitu susah menerimanya?
"Akan sangat susah, Tan. Hazel sudah di goda oleh janda anak satu itu," ucap Ziana.
"Janda anak satu? Apa maksud kamu, Zi. Siapa dia?!" Pak Davin terlihat sangat terkejut dengan penuturan Ziana. Jelas saja dia terkejut dengan istilah janda anak satu yang Ziana utarakan.
"Saya sendiri juga belum mengenalnya, Om. Tapi tadi di pantai mas Hazel jelas-jelas mengusirku karena dia. Bahkan mas Hazel juga langsung tertarik dengan bocah itu." Ziana terus mengadu.
"Apa om tau, perempuan itu juga tidak sama seperti kita, dia seorang muslim," imbuhnya lagi.
Semakin terkejut saja kedua orang tuanya Hazel mendengar semua itu. Bagaimana mungkin anaknya lebih memilih perempuan yang berbeda dari dirinya. Apalagi dia adalah seorang janda yang memiliki anak satu.
"Ini tidak bisa di biarkan, Ma. Kota harus mencegah Hazel untuk dekat dengan perempuan itu." Ucapan pak Davin begitu menegaskan dia sangat tidak setuju, jelas dia tidak akan setuju.
Sementara Bu Kristin hanya diam saja akan hal itu. Dia tidak berani berkomentar apapun lagi akan Hazel yang mungkin menyukai wanita muslim.
Satu hal yang tidak di ketahui oleh Ziana dari Bu Kristin, sebenarnya Bu Kristin dulunya adalah wanita muslim namun dia lebih memilih berpindah agama hanya karena dia mencintai Pak Davin.
Jika saja Hazel mencintai wanita muslim bukankah itu adalah hak dia? Ibunya bisa berpindah agama karena cinta, bisa saja suatu saat Hazel juga akan melakukan hal yang sama.
Aisyah Nur Khafifah, itulah nama sebelum Bu Kristin berpindah agama. Setelah dia pindah agama sebelum pernikahan namanya langsung di ganti menjadi Kristin.
"Biar om bicara dengan Hazel," ucap Pak Davin dengan marah.
Pak Davin juga segera berdiri dengan begitu cepat, kakinya perlahan mulai berjalan namun dengan cepat Bu Kristin menghentikannya.
"Biar mama yang menemui Hazel, Pa." Bu Kristin mengambil alih, menghentikan suaminya yang hendak menemui Hazel.
"Tapi, Ma?" Pak Davin merasa ragu untuk membiarkan Bu Kristin yang menemui Hazel, dia lebih takut kalau Bu Kristin yang menemuinya karena takut Bu Kristin malah akan menghasut Hazel.
"Please, Pa. Biarkan mama yang bicara." Bu Kristin tetap memaksa.
"Ingat, Ma. Kalau sampai Hazel salah langkah papa tidak akan maafin mama." Tegas pak Davin mengatakan, jika setelah ini Hazel akan macam-macam tentu yang akan di salahkan adalah Bu Kristin.
"Biarkan Hazel yang memilih jalan hidupnya sendiri, Pa." Hanya itu yang Bu Kristin katakan sebelum dia berlalu begitu saja dari hadapan pak Davin.
"Ma!" Semakin kesal saja pak Davin karena perkataan dari Bu Kristin barusan. Apakah dia akan membiarkan anaknya memilih wanita yang tak seiman dengannya?
┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅
Dengan ngedumel Hazel masuk ke dalam kamarnya sendiri tanpa menutup pintu dengan rapat dan masih sedikit terbuka.
Dia bukan tipe anak yang pembangkang sebenarnya, tetapi yang dia dapatkan selama ini dari perlakuan kedua orang tuanya membuat dia menjadi seperti ini.
Dengan kasar Hazel menjatuhkan tubuhnya dia atas ranjang besar miliknya. Rumah dan seisinya itu adalah hasil jerit payahnya sendiri, hasil dari kerjanya dan bukan pemberian atau di sokong oleh kedua orang tuanya. Murni dia beli sendiri.
Bukan itu saja, tapi Hazel sendiri yang mendesain semuanya dia benar-benar mewujudkan rumah impiannya sendiri dan tidak ada saran dari keluarga.
"Papa selalu saja egois," umpatnya yang merasa sangat kesal.
"Dia bela-belain datang setelah sekali saja Ziana memintanya, tapi ketika aku yang minta? Hem..., dia sama sekali tidak mau datang."
"Sebenarnya aku atau Ziana sih yang menjadi anaknya?!" Dongkol rasa hati Hazel sekarang, dia ingin mengeluarkan semua unek-uneknya tak peduli ada atau tidaknya yang mendengar ucapannya tersebut.
Sedikit unek-unek yang keluar sedikit meringankan beban yang ada di dalam hatinya, tidak hanya sih tapi lumayanlah.
Matanya terpejam dengan kedua tangan yang sudah terlipat menjadi tumpuan untuk kepalanya sendiri. Dalam mata terpejam dia tersenyum mengingat bagaimana wajah mungil yang baru dia kenal namun begitu manja padanya.
"Syifa Syifa, kamu sangat menggemaskan," ujarnya dengan senyum yang tak pudar.
"Apakah kamu menyukainya? Apakah kamu mencintai wanita itu?" Pertanyaan dari Bu Kristin sontak membuat Hazel membuka matanya cepat.
Hazel sangat terkejut dengan kedatangan Bu Kristin yang tidak ada tanda-tanda. Dari langkah kaki ataupun suara pintu bergeser sama sekali tidak dia dengar, dan sekarang Bu Kristin sudah duduk di sebelahnya?
Apakah begitu asyiknya Hazel dengan angan-angannya tentang Syifa hingga dia sama sekali tidak menyadari kedatangan mamanya? Ataukah memang kedatangan Bu Kristin tak mengeluarkan tanda-tanda apapun?
"Hem, kenapa mama kesini, apa di suruh papa untuk membujuk Hazel supaya bertunangan dengan Ziana? Jawabannya ti_dak! Hazel tidak mau bertunangan dengan Ziana."
Begitu kekeuh Hazel dengan tekatnya dia sama sekali tidak mau bertunangan dengan perempuan yang sikapnya sama sekali tidak Hazel suka.
Dia bisa saja baik-baik di hadapan kedua orang tuanya dan menyembunyikan sifat sebenarnya tapi dia tidak akan bisa membohongi Hazel, Hazel sudah lebih dulu tau dan tidak akan bisa di bohongi.
"Kenapa kamu tidak mau? Ziana sangat cantik juga sangat cocok dengan mu," ucap Bu Kristin.
Tidak mengubah posisinya, Hazel tetap berada di posisi yang sama bahkan dia kembali menutup matanya.
"Cocok hanya di rupa, kalau di hati tidak cocok mau bagaimana lagi? Cinta tidak bisa di paksakan kan? Itu kata mama dulu bukan kataku," ucapnya.
"Hati akan cocok dengan berjalannya waktu, apakah kamu tidak mau mencobanya?" Bu Kristin tetap lembut dalam berbicara, Hazel tidak akan bisa di ajak bicara dengan kasar bisa-bisa nanti Bu Kristin yang di usir.
"Kenapa harus mencoba kalau sudah tau jawabannya tetap akan sama. Pokoknya Hazel tidak mau bertunangan apalagi menikah dengan Ziana. Titik!" tandas Hazel.
Kalau sudah seperti ini Bu Kristin pun tak akan bisa mengatakan apapun lagi. Sekeras apapun dia mencoba jawabannya pasti akan tetap sama. Tidak!
┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗
Ya smoga Hazel nurun mamanya berpindah agama jadi muslim dan nikah sama Naya biar Naya ga ke Dirga Dirga terus
2023-02-10
2
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️
baru tahu cinta dr mama hazel merubah keyakinan 🤣 dr muslim jadi Kristen apa hazel bakal GT juga
2023-01-05
2
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
ooh jadi ibunya hazel dulunya muslim ya,kok dia berpindah jdi non muslim
2023-01-05
3