Pergi Ziarah

Pergi Ziarah

┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅

Benar apa yang sudah di rencanakan, setelah selesai acara di rumah semua anggota keluarga datang ke makam Abinya Syifa. Seperti apa yang Syifa inginkan mereka benar-benar merayakan acara ulang tahunnya di sana dengan membawa potongan kue yang tadi juga tambah dengan kue baru rasa cokelat sesuai yang menjadi kesukaan Syifa dan juga Abinya yang ternyata sama.

Kaki perlahan melangkah mendekati tempat yang di tuju. Dengan begitu tak sabarnya Syifa berjalan mendahului dengan membawa potongan kue dan juga membawa satu buket bunga.

''Umi, Oma, Opa, ayo cepat jalannya. Yang semangat dong sama seperti Syifa,'' pintanya dengan menoleh karena dia sudah mendahului dan jarak yang lumayan jauh. Jelas, itu semua karena Syifa yang sudah sangat tidak sabar dan berlari, bukan berjalan.

''Iya sayang,'' jawab sang Oma. Meski langkahnya tidak bisa secepat dulu lagi karena usia tapi dia tetap berusaha untuk cepat dan membuat Syifa senang. Terbukti dengan apa yang dia lakukan mampu membuat Syifa tersenyum.

Sementara Kanaya, Kanaya terus terdiam dalam perasaan yang sangat campur aduk. Tak kuasa untuk berkata-kata lagi sekarang ini.

Syifa kembali berjalan lagi setelah semuanya sudah sampai padanya. Kembali dia berlari hingga dia sampai lebih dulu. Tak akan mungkin dia akan lupa karena dia memang sering di ajak kesana oleh Kanaya dan juga Oma Opanya.

''Assalamu'alaikum, Abi.'' sapa Syifa yang sudah lebih dulu duduk di sana.

''Abi, Syifa bawakan bunga sama kue untuk Abi semoga Abi senang ya. Oh iya, Abi! bagaimana dengan baju Syifa, ini sangat bagus kan?''

Begitu senang Syifa kala menunjukan baju yang seolah dia perlihatkan pada Abinya. Dia bahkan berputar-putar hingga gaun pink yang dia pakai itu berhasil mekar dan semakin membuat dia bahagia.

Sementara kue dan bunganya? keduanya sudah dia letakkan di atas pusara sang Abi.

Setelah berhasil memperlihatkan itu Syifa duduk dengan begitu antusiasnya dekat dengan batu nisan, tangan langsung memegang dengan dia yang mendekatkan wajahnya dan menciumnya.

''Muach... hehehe, eh basah maaf ya Abi,'' katanya karena telah membuat batu nisan itu basah karena ciumannya barusan.

Begitu bahagianya Syifa karena bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Sementara para orang yang dewasa hanya diam duduk di sekitar pusara dengan tak sanggup untuk berkata-kata lagi.

Anak-anak lain akan selalu menanyakan tentang Abinya akan selalu sedih ketika berada di makamnya tapi tidak dengan Syifa. Dia begitu senang, selalu menceritakan apapun yang dia rasakan seperti dia tengah bercerita dengan orang yang masih hidup.

Kedewasaannya di usianya yang masih belia itu membuat semua bisa lega dan tak perlu menjelaskan begitu banyak.

''Sayang, berdoa dulu,'' pinta Kanaya.

Syifa seketika mengangguk dan segera menengadahkan kedua tangan menghadap langit-langit. Mengucapkan doa untuk kebaikan orang tua, dan hanya itu yang baru Kanaya ajarkan. Dengan senang hati Syifa akan selalu membacanya ketika datang ke sana tak tertinggal ketika dia menjalankan shalat.

Meski menjadi orang tua tunggal tapi Kanaya benar-benar bisa menjadi dua sosok yang sangat di butuhkan oleh putrinya. Kadang dia bisa seperti seorang ayah dan kadang akan akan menjadi seorang ibu.

''Alhamdulillah,'' katanya dengan kedua tangan yang di usap pada wajahnya.

''Abi, Syifa sangat kangen apakah Abi benar-benar tidak bisa menemui Syifa. Sekali saja. Sebentar saja juga tidak apa-apa kok. Syifa hanya pengen di peluk dandi cium sama Abi.''

Seketika kata-katanya membuat semua yang ada di sana di buat tercengang. Mereka semakin tak bisa berkata-kata lagi, terutama Kanaya.

Kanaya bisa melakukan banyak hal, memberikan semua yang Syifa inginkan tapi dia tak akan bisa mewujudkan keinginan yang satu ini.

Di rengkuhnya kepala Syifa, si kecil itu sudah hampir menangis.

Sekuat-kuat apapun sebuah hati akan ada kalanya dia akan terjatuh dan merasa sangat hancur saat keinginannya yang hanya kecil saja tak akan terkabulkan.

''Datang ya Abi, sebentar saja. Di dalam mimpi Syifa juga nggak apa-apa,'' katanya.

''Stts... Syifa tidak boleh seperti itu. Syifa sayang kan sama Abi? Syifa doakan Abi dan Syifa harus jadi anak baik supaya kelak kita akan bersama-sama dengan Abi di surganya Allah.''

''Tapi, Umi. Syifa pengen sekali bertemu Abi sebelum bertemu di surga. Sekali saja, apa tidak bisa, Umi?''

Kanaya sangat bingung dia akan sangat rapuh kalau sudah seperti ini, apa yang akan dia katakan bahkan dia seakan tak bisa untuk berpikir.

''Berdoalah, minta sama Allah ya. Siapa tau Allah akan kabulkan doa Syifa.''

''Sudah, sekarang jangan sedih lagi bukankah Syifa datang untuk rayakan ulang tahun dengan Abi,'' kata Kanaya mengalihkan.

Dia sendiri tidak akan sanggup jika berlama-lama di situasi yang seperti sekarang ini.

Oma dan Opa nampak ikut sedih, begitu juga dengan pak Danu yang berdiri di belakang mereka. Mendengarkan keinginan kecil dari Syifa membuat hati mereka juga merasa sangat teriris, begitu sakit di rasakan.

''Oma, nyalakan lilinnya ya,'' pintanya yang seketika mengubah wajah sedih menjadi sangat begitu ceria.

''Pak Danu,'' panggil sang Opa.

Pak Danu melangkah mendekat dan seketika memberikan korek api untuk menyalakan lilin yang ada di atas kue tersebut.

''Abi, kita tiup kuenya bersama Syifa dan Umi ya,'' katanya dengan meminta kue itu di dekatkan dengan nisan itu.

Astagfirullah. Bagaimana mungkin hal ini tidak akan menghadirkan air mata pada orang-orang dewasa yang ada di sana.

Biasanya mereka hanya akan datang untuk ziarah saja saat ulang tahun Syifa juga mengenang meninggalnya Abinya tidak ada acara tiup lilin seperti ini tapi sekarang?

Keinginannya benar-benar membuat hati semua orang penuh dengan emosi hingga tak akan ada yang mampu menahan tangis.

Dengan girang Syifa bernyanyi ulang tahun untuk dirinya sendiri dan setelah itu dia meniupnya.

''Maaf ya Abi, tapi suapan pertama untuk Abi,'' katanya dengan mengoleskan krim cokelat itu ke nisan.

''Gimana Abi, enak?'' katanya dengan mengangguk sekali seolah dia meminta penjelasan akan siapa yang ada di hadapannya.

Semakin tersayat semua hati yang ada di sana.

Kanaya hanya teru menangis, dia tak mampu menahannya meski dia terus mengusapnya dengan sapu tangan dan tak di biarkan sampai menetes di tanah apalagi di atas pusara suaminya.

Semuanya kembali melihat Syifa yang tiba-tiba menengadahkan kedua tangannya lagi dan juga menutup matanya.

''Ya Allah, Syifa tidak minta hadiah banyak di hari ulang tahun ini Ya Allah. Syifa hanya minta satu saja, yaitu Syifa ingin bertemu dengan Abi. Sekali saja boleh Ya Allah,'' doanya.

''Amin,'' bukan hanya Syifa saja yang mengaminkan doanya tapi semuanya yang ada di sana.

Tetapi tidak dengan satu orang yang baru saja datang. Siapa lagi kalau bukan Dirga yang begitu ingin menggantikan posisi Abinya Syifa di hati Syifa dan juga Kanaya.

'Aku tidak tau seberapa besar cintamu pada mereka, tapi aku minta padamu, biarkan aku meneruskan cintamu untuk mereka. Aku yakin akan bisa membahagiakan mereka lebih ketika bersama kamu,' batin Dirga.

Begitu berharap Dirga bisa menjadi ayah sambung Syifa. Dia juga melakukan apapun bahkan dia terus berusaha bisa selalu ada untuk anak kecil itu supaya lebih mudah untuk bisa mendekati mereka.

┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Endang Werdiningsih

Endang Werdiningsih

waduuuhhhh bener" menguras air mata.....

2023-03-20

2

Ardiyansyah Azzahra

Ardiyansyah Azzahra

😭😭😭😭 kenapa taruh bawangnya banyak bgt y thorr 😦😢

2023-02-25

3

Laksana mutiara🥀

Laksana mutiara🥀

Ya Allah😭😭 bawang!! pergilah kamu!😣😣😭😭😭😭

2023-02-12

3

lihat semua
Episodes
1 Terlambat Pulang
2 Hadiah untuk Syifa
3 Kedewasaan Syifa
4 Pergi Ziarah
5 Orang Asing
6 Hazel Anggara
7 Sebatas membantu
8 Hanya mengantar pulang
9 Mimpi yang diinginkan
10 Keinginan yang terwujud
11 Pergi meeting
12 Pasrah
13 Tak ada kata menyerah
14 Bertemu di pantai
15 Kenyamanan bersama Hazel
16 Kecemburuan Dirga
17 Tak habis pikir
18 Kerinduan
19 Kerasnya Hazel
20 Kesibukan
21 Kalah cepat
22 Tidak peka
23 Kerasnya Dirga
24 Keraguan
25 Saling canggung
26 Pembicaraan dengan Arifin
27 Satu keinginan
28 Keluhan Hazel
29 Tak mudah diwujudkan
30 Bermain bersama Hazel
31 Menyusul ke taman
32 Merasa menyesal
33 Pujian kecil
34 Bertukar mobil
35 Tanggung jawab baru
36 Panas hati
37 Sarapan Hangat
38 Arifin yang tak peka
39 Lagi-lagi Penggangu
40 Kembali Mengajar TPA
41 Gagalnya pertunangan
42 Kemarahan Ziana
43 Ungkapan Hati Hazel
44 Murid Baru
45 Mood yang hilang
46 Hadiah
47 Di tentang sang Papa
48 Hadiah untuk Syifa
49 Harapan Opa Hasan
50 Mengantarkan Syifa Sekolah
51 Kecemburuan Dirga
52 Kenekatan Dirga
53 Menyelamatkan Kanaya
54 Dibawa ke rumah
55 Ada Trauma
56 Tak ada kesempatan lagi
57 Usaha Hazel
58 Pergi bersama
59 Kembali tersenyum
60 Restu
61 Kebimbangan
62 Akhirnya bertemu
63 Menerima Undangan
64 Bimbang
65 Berbahagialah
66 Dia membutuhkan mu
67 Khawatir
68 Semua Khawatir
69 Menjenguk Hazel
70 Tertangkap Pelakunya
71 Perhatian Jarak Jauh
72 Pulang
73 Menemui Dirga
74 Harus Dengan Restu
75 Keinginan Syifa
76 Permintaan Davin
77 Kecurigaan Hazel
78 Bimbang
79 Rasa Yang Terbalas
80 Niat Ziana
81 Perasaan Tak Enak
82 Penjelasan Davin
83 Semua Khawatir
84 Setia Menemani
85 Kalian Marahan?
86 Kedatangan Davin
87 Permintaan Maaf
88 Hal Baik Harus Disegerakan
89 Kembali Sempurna
90 Gelisah
91 Berziarah
92 Pertunangan
93 Akhir Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Terlambat Pulang
2
Hadiah untuk Syifa
3
Kedewasaan Syifa
4
Pergi Ziarah
5
Orang Asing
6
Hazel Anggara
7
Sebatas membantu
8
Hanya mengantar pulang
9
Mimpi yang diinginkan
10
Keinginan yang terwujud
11
Pergi meeting
12
Pasrah
13
Tak ada kata menyerah
14
Bertemu di pantai
15
Kenyamanan bersama Hazel
16
Kecemburuan Dirga
17
Tak habis pikir
18
Kerinduan
19
Kerasnya Hazel
20
Kesibukan
21
Kalah cepat
22
Tidak peka
23
Kerasnya Dirga
24
Keraguan
25
Saling canggung
26
Pembicaraan dengan Arifin
27
Satu keinginan
28
Keluhan Hazel
29
Tak mudah diwujudkan
30
Bermain bersama Hazel
31
Menyusul ke taman
32
Merasa menyesal
33
Pujian kecil
34
Bertukar mobil
35
Tanggung jawab baru
36
Panas hati
37
Sarapan Hangat
38
Arifin yang tak peka
39
Lagi-lagi Penggangu
40
Kembali Mengajar TPA
41
Gagalnya pertunangan
42
Kemarahan Ziana
43
Ungkapan Hati Hazel
44
Murid Baru
45
Mood yang hilang
46
Hadiah
47
Di tentang sang Papa
48
Hadiah untuk Syifa
49
Harapan Opa Hasan
50
Mengantarkan Syifa Sekolah
51
Kecemburuan Dirga
52
Kenekatan Dirga
53
Menyelamatkan Kanaya
54
Dibawa ke rumah
55
Ada Trauma
56
Tak ada kesempatan lagi
57
Usaha Hazel
58
Pergi bersama
59
Kembali tersenyum
60
Restu
61
Kebimbangan
62
Akhirnya bertemu
63
Menerima Undangan
64
Bimbang
65
Berbahagialah
66
Dia membutuhkan mu
67
Khawatir
68
Semua Khawatir
69
Menjenguk Hazel
70
Tertangkap Pelakunya
71
Perhatian Jarak Jauh
72
Pulang
73
Menemui Dirga
74
Harus Dengan Restu
75
Keinginan Syifa
76
Permintaan Davin
77
Kecurigaan Hazel
78
Bimbang
79
Rasa Yang Terbalas
80
Niat Ziana
81
Perasaan Tak Enak
82
Penjelasan Davin
83
Semua Khawatir
84
Setia Menemani
85
Kalian Marahan?
86
Kedatangan Davin
87
Permintaan Maaf
88
Hal Baik Harus Disegerakan
89
Kembali Sempurna
90
Gelisah
91
Berziarah
92
Pertunangan
93
Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!