┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅
Siapa yang tidak akan sedih setiap mengingat akan masa lalu yang begitu menyakitkan. Masa lalu yang seakan tidak pernah melihat kepadanya, bahkan tidak memberi kesempatan untuk dirinya melakukan apapun yang memang sudah seharusnya.
Menatap apa yang ada pada genggamannya sekarang hanya bisa membuat luka itu kembali, dan membuat sebuah mimpi yang dulu pernah dirajut bersama ini hanya sebuah angan kosong yang tidak akan pernah bisa dimiliki.
Kanaya masih saja berduka meski dia sudah sampai di dalam kamarnya yang begitu banyak akan kenangan manis bersama suaminya juga sudah berganti dengan pakaian malam karena memang hari yang sudah berganti.
Mengukir ulang semua kenangan itu yang seolah terus melekat di setiap sudut dan tidak akan mudah untuk hilang begitu saja.
Ingin Kanaya bisa menghapus semua luka itu tetapi rasanya sangat tidak mudah untuk dia berhasil, karena di setiap tahunnya pasti akan selalu seperti ini. Bahkan bukan hanya setiap tahun saja tetapi setiap hari dukanya yang selalu menemaninya di hari-hari sepi tanpa kehadiran sang suami yang begitu dicintai.
"Assalamu'alaikum, Umi. Umi sudah pulang?"
"Wa'alaikumsalam, sudah sayang. Umi sudah pulang," kedatangan Syifa membuat Kanaya buru-buru menghapus air matanya supaya kesedihan itu tidak terlihat lagi oleh anaknya.
Dengan memeluk hadiah yang begitu besar yang diberikan oleh Dirga tadi Syifa melangkah masuk mendekati Kanaya dengan wajah yang begitu bahagia.
"Umi, lihatlah boneka ini. Dia selalu menutupi arah pandang Syifa. Dia sama sekali tidak mau menunduk," protesnya.
Berkali-kali Syifa berusaha menyingkirkan kepala dari boneka tersebut dari hadapannya tetapi selalu saja tidak berhasil karena akan selalu kembali ke posisi semula.
Mendengar celoteh dari Syifa barusan seakan menjadi penghibur lara dari Kanaya. Tiba-tiba saja sudut bibirnya terangkat untuk tersenyum. Ya! karena hanya Syifa yang mampu melakukan hal itu sehingga membuat Kanaya langsung melupakan akan dukanya.
"Sini biar bonekanya sama Umi," Kanaya menghampiri Syifa yang berjalan mendekat dengan begitu pelan karena sangat takut jika sampai terjatuh akibat matanya yang tidak bisa melihat ke arah kaki melangkah.
"Tidak boleh, Umi. Ini boneka Syifa," katanya dengan seolah ingin menyembunyikan boneka itu di belakangnya namun tidak berhasil.
"Baiklah, Umi tidak akan memintanya itu kan memang boneka punya Syifa," akhirnya Kanaya membiarkan boneka itu tetap ada bersama Syifa Kanaya hanya menggandeng lengan saja untuk bisa menuntunnya.
Setelah sampai di samping kasur Kanaya langsung mengangkat tubuh kecil anaknya itu hingga berhasil naik dan duduk di ranjang setelah Kanaya ikut duduk dengan menghadap ke arahnya.
"Apa Syifa sangat suka bonekanya?" tanya Kanaya.
Syifa seketika mengangguk dengan sangat cepat, dia terlihat sangat senang dengan hadiah itu karena dari tadi dia tidak pernah melepaskannya.
Kanaya tersenyum, Syifa memang sangat menyukai boneka apapun apalagi dengan boneka yang besar seperti ini dan dengan warna yang sesuai dengan warna kesukaannya.
"Ini udah malam, Syifa mau bobok dengan Umi atau bobok sendiri di kamar Syifa?"
"Syifa boleh bobok dengan Umi kan? ini kan kamar Umi dan Abi, siapa tau nanti Syifa bermimpi di peluk Abi juga."
Kanaya terkesiap, dia pikir anaknya sudah lupa akan keinginannya ketika di makam tadi dan ternyata semua itu masih ada di dalam memorinya.
"Hem, amin," Kanaya tak sanggup berkata-kata lagi. Dia hanya bisa mengaminkan saja semoga harapannya terwujud.
Beribu-ribu Kanaya berdoa sejak suaminya meninggal untuk bisa bertemu lagi, dan tadi di taman dia bertemu meski pada akhirnya yang ada di sana adalah orang lain. Tapi Syifa? apakah dia juga akan bisa bertemu dengan Abi_nya meski hanya sebentar saja?
Kanaya menuntun Syifa untuk merebahkan diri lalu dia menyusulnya, memeluk Syifa yang juga memeluk bonekanya di sebelah yang lain.
"Berdoa dulu Sayang," pinta Kanaya.
Syifa mengangguk kedua tangan seketika terangkat dan mulai melantunkan doa. Dan doa setelahnya membuat Kanaya kembali terdiam.
"Abi, temui Syifa ya. Peluk dan cium Syifa sekali saja. Amin," katanya. Kedua telapak tangan langsung menyapu bersih wajahnya sendiri dan kini beralih memeluk Kanaya dengan erat membiarkan boneka itu di belakangnya.
'Mas, kamu datang padaku apakah kamu tidak akan datang di mimpi Syifa? penuhi harapan nya, penuhi mimpinya yang sederhana ini, Mas. Datanglah, peluk dia dan cium dia sesuai apa yang dia inginkan,' harap Kanaya dalam hati.
Tangannya membalas memeluk Syifa yang sudah begitu antusias untuk secepatnya memejamkan mata karena ingin bisa secepatnya juga bertemu dengan Abi_nya.
Seiring harapan yang datang di dalam hati Kanaya terus mengecup kening Syifa tiada henti, berharap bahwa Abi_nya juga akan datang dan melakukan hal yang sama seperti dirinya hingga membuat Syifa bahagia.
Tak lama helaan nafas dari Syifa sudah teratur berarti dia sudah tidur. Tetapi Kanaya? dia sama sekali tidak bisa tidur karena mengingat lagi akan semua kata yang dia dengar dari pria asing tadi, Hazel.
Betapa dia kembali sangat merasa tak berguna sebagai istri bahkan dia tidak tau kapan suaminya menjalani pengobatan kemoterapi dan sudah berapa kali. Dia benar-benar tidak tau.
Sudah lima tahun, seharusnya itu sudah sangat lama dan juga bisa lupa tapi ternyata? tak semudah itu untuk Kanaya lupa.
"Bagaimana bisa kamu mengatakan itu pada orang lain, Mas," gumam Kanaya.
Tak percaya kalau suaminya yang sangat mencintainya tapi mengatakan itu pada orang lain dan meminta laki-laki lain untuk melakukan hal yang tidak pantas.
Meski hanya sekedar menghapus air mata saja bukankah itu tidak seharusnya? bahkan pada laki-laki asing yang tidak seiman dengan mereka.
"Kenapa kamu melakukan itu, Mas," masih Kanaya tidak percaya.
┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅
"Ziana benar-benar keterlaluan. Belum juga menikah dia sudah bertingkah seperti istri saja," gerutu Hazel yang baru masuk ke dalam kamarnya.
Dari tadi dia membujuk Ziana untuk segera pulang tapi dia pulang setelah malam hari, baru saja. Bahkan tadi dia tidak ingin pulang karena ingin tidur di sana jelas Hazel menolaknya.
"Belum jadi istri saja tingkahnya sudah keterlaluan bagaimana kalau benar-benar jadi istri?"
"Tak habis pikir, bagaimana bisa dulu aku jatuh cinta pada wanita seperti dia."
Dengan kasar Hazel menghempas tubuhnya sendiri pada kasurnya, tentu dengan rasa hati yang masih dongkol.
Sejenak ingatan Hazel memutar kembali kejadian tadi siang. Perempuan asing, jutek, dingin yang ternyata adalah istri dari pasiennya.
Bertahun-tahun dia mencari hanya demi agama yang belum terselesaikan dan sekarang? Hazel tersenyum karena amanahnya telah tertunai sesuai apa yang sudah di minggu.
"Amanah nya sudah saya laksanakan, Tuan. Sekarang sudah lunas." katanya.
"Semoga anda tenang di alam sana dan semoga apa yang menjadi keinginan anda istri anda bisa melakukannya," gumamnya.
Sejenak Hazel terdiam dalam lamunan sebelum akhirnya dia benar-benar memejamkan mata dan tidur.
┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣ shaᴍ֟፝ᴀᵉᶜw⃠𓆊
aku gak sanggup baca ini nangis terus ahhhhh
2023-01-04
2
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
harapan seorang putri yang cantik ingin bertemu dengan ayahnya... sungguh menyedihkan
2023-01-02
3
Diaz
Aamiin, semoga keinginan Syifa terwujud 🤲
2022-12-21
3