┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅
"Umi, Om Hazel orangnya nyenengin banget ya."
Ucapan dari Syifa berhasil membuat langkah Kanaya terhenti dan juga langsung menoleh ke arah anaknya tersebut. Tangannya masih setia menggandengnya juga wajahnya yang sekarang sudah memandangi dengan begitu terkejut.
Benarkah Hazel begitu menyenangkan hingga bisa membuat Syifa begitu memuji seperti itu?
"Umi, kapan-kapan kita bertemu dengan Om Hazel lagi ya? Syifa sangat senang bermain dengannya," katanya lagi yang begitu antusias.
Bingung Kanaya untuk menjawab, mau jawab dengan apa kalau sudah begini. Mungkin anaknya memang merasa sangat senang juga nyaman dengan Hazel tapi tidak untuk Kanaya sendiri, dia hanya merasa biasa-biasa saja dan tak ada perasaan apapun.
Memang, Hazel lebih berbeda ketimbang Dirga yang selalu memaksakan kehendaknya sendiri, apalagi dia juga selalu ingin membuat Syifa juga Kanaya merasa tertarik, tapi tetap bukan berarti Kanaya akan bersedia membuka hatinya begitu saja untuk Hazel.
"Syifa sayang ini sudah sore sekarang cepat bersih-bersih dulu ya baru kita bicara lagi nanti."
Berusaha Kanaya mengalihkan pembicaraan, dia sangat tidak ingin Syifa bicara lebih ngelantur lagi kalau tidak segera di hentikan. Apalagi melihat Syifa yang terkesan begitu tertarik pada Hazel.
Dengan patuh Syifa langsung berlari untuk ke kamarnya tentu juga tidak sendiri karena ada asisten rumah yang menemaninya.
Sejenak Kanaya terdiam dengan kembali mengamati luar dari kaca jendela, Hazel sudah tidak ada di sana tapi rasa akan kehadirannya terasa masih membekas bagi Kanaya.
Tak mau berlama-lama Kanaya seketika juga pergi ke kamarnya sendiri, bergegas bersih-bersih juga seperti yang dia pinta pada Syifa.
Tak langsung melakukan niatnya tapi Kanaya lebih memilih berjalan dengan pelan menuju kasurnya, duduk di sana dengan hati-hati dengan tangan yang cepat meriah foto dirinya juga sangat suami yang masih selalu terpajang indah di atas nakas.
Tangan satunya menarik tali tas lalu dia lepaskan dari lengannya, di taruh di sisinya dan berakhir ikut memegangi foto tersebut.
"Mas, aku tidak tau kenapa Syifa bersikap seperti itu pada mas Hazel. Jelas aku juga tidak menyuruhnya untuk melakukan itu."
"Baru kali ini Syifa bisa begitu dekat dengan seorang laki-laki. Bahkan dengan mas Dirga yang sejak kecil selalu ada saja dia tidak sedekat ini, tapi dengan Mas Hazel? Dia sangat berbeda."
Kanaya terus berbicara dengan foto itu seolah dia sedang berbicara dengan suaminya.
Lima tahun memang bukan waktu yang sebentar, namun tetap belum bisa membuat Kanaya kehilangan juga melupakan cinta yang sudah di berikan oleh suaminya. Cinta itu masih begitu melekat di dalam hati maya dan tak berkurang sedikitpun.
"Mas, apakah aku salah jika membiarkan Ara dekat dengannya? apakah kamu akan marah?" ucap Kanaya lagi.
"Aku merindukanmu, Mas. Sampai kapan kerinduan ini akan berakhir, kapan aku bisa berjumpa denganmu." Begitu berharap Kanaya akan hal itu, kerinduannya sangat besar, kerinduan yang seakan begitu mengiris hatinya di setiap Kanaya mengharapkan pertemuan mereka.
Tak terasa air mata perlahan mulai mengalir hingga akhirnya juga cukup deras. Ingin Kanaya bisa selalu kuat, tapi di saat-saat seperti ini dia selalu saja tidak bisa menahan emosinya dan tidak mengeluarkan air mata.
Foto itu di kecup hingga bertahan beberapa detik, bukan berhenti di situ saja tapi Kanaya juga langsung memeluknya.
"Ya Allah, berikanlah tempat terbaik di sisi-Mu untuk suamiku," ucapnya.
┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅
Motor terparkir dengan indah di garasi rumah Hazel, bergegas dia turun dan langsung melangkah untuk masuk ke rumah.
Senyumnya mengembang bahkan dia sesekali berdendang karena begitu bahagianya.
"Hem, bermain dengan Syifa ternyata menyenangkan juga," gumamnya dengan kaki yang terus melangkah.
Tangannya terus menggerakkan kunci dan sesekali melemparkannya meski akhirnya dia tangkap lagi. Kebahagiaan begitu membuat dia terlena hingga dia tak melihat kalau ada mobil orang tuanya yang ada di sana.
"La la la..." Berdendang dengan begitu merdu tanpa menoleh ke arah manapun dan hanya bergegas pergi ke kamarnya untuk istirahat.
"Hazel!" Teriakan dari seseorang mengejutkannya dan sangat jelas juga langsung menghentikan langkahnya.
Hazel menoleh dan berhasil melihat ada kedua orang tuanya di sana dan juga ada Ziana yang memasang wajah memelasnya.
"Ma, mama di sini?" Hazel terlihat terkejut dengan kedatangan orang tuanya yang tidak mengabari terlebih dahulu.
Kembali Hazel melihat ke arah Ziana dan dia tau sekarang kenapa kedua orang tuanya datang, jelas itu semua karena Ziana.
"Oh, jadi kalian datang hanya karena dia? Kalian memang hanya peduli dengan perempuan itu saja kan, tidak dengan anak sendiri?"
"Kalian bisa datang kesini hanya dengan dari kali permintaannya saja, tapi kalau aku yang minta? sampai ratusan kali pun kalian tidak akan datang dengan alasan sibuk. Jadi urus saja perempuan itu dan jadikan saja dia anak kalian."
Hazel terlihat sangat kesal dengan apa yang ada di hadapannya sekarang, orang tuanya memang tidak pernah peduli apalagi datang ke rumahnya.
"Aku lelah, mau istirahat," ujar Hazel seraya membalikkan badannya dengan cepat.
"Hazel!" teriak dari laki-laki tua yang jelas itu adalah papanya Hazel, Davin.
Kembali Hazel menghentikan langkah dan juga menoleh dengan tak semangat.
"Bukannya senang orang tuanya datang tapi malah seperti ini sambutannya, apakah ini yang kami. Ajarkan padamu, Hazel?!" Pak Davin terlihat sangat kesal dengan Hazel bahkan dia juga sudah berdiri tegak dengan tatapan mata yang tajam.
"Apa yang papa tuai bukankah itu hasil dari yang papa tanam, jadi?" Hazel berkata dengan begitu santai, tak ada ketakutan pada pak Davin yang berbicara dengan sangat kasar padanya.
"Hazel!" teriak pak Davin lagi, kesal juga amarah begitu besar karena perbuatan dari anaknya itu. Benar-benar sangat lancang jika di dengar.
Hazel tetap tidak peduli, dia tetap melenggang pergi dan bergegas naik ke tangga untuk pergi ke kamarnya.
"Hazel, pertunangan kamu akan di apakan tiga hari lagi dari sekarang!" teriak pak Davin lagi.
Hazel menghentikan langkah tepat di tengah-tengah tangga namun dia tidak menoleh juga tidak mengatakan apapun. Memastikan pak Davin tidak mengatakan apapun lagi Hazel kembali berjalan.
"Hazel, kamu dengar nggak sih! Hazel!" Kali ini teriakan dari Pak Davin benar-benar di abaikan oleh Hazel yang sudah melaju kembali.
┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗
Dih pemaksaan banget ziana ... udah gatel ya pen dikawin Hazel
2023-02-10
2
@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣᵉᶜw⃠❣️
Syifa blm cerita ke kanaya tentang mimpinya ya
2023-01-05
2
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
owalah..hazel di jadikan boneka sm orangtuanya to
2023-01-05
3