Keinginan yang terwujud

┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅

Suara adzan subuh menggema begitu lantang di pekarangan fajar yang menyingsing semakin terang. Bintang-bintang mulai bersembunyi dan ayam-ayam juga mulai berkokok membangunkan semua orang yang begitu damai akan tidurnya.

Bukan hanya ayam saja yang terbangun karena mendengar suara adzan yang hampir saja usai, tapi gadis kecil yang tidur dengan Uminya juga sudah bangun. Bahkan dia bangun lebih dulu daripada uminya. Dia adalah Syifa tentunya.

Dia langsung duduk dengan selimut yang masih menghangatkan perut ke bawah, dia melipat kedua kakinya naik dengan tangan yang menyanggah dagunya, sepertinya dia tengah berpikir dengan sangat keras tapi entah apa yang dia pikirkan.

Apakah dia benar-benar bertemu dengan abi_nya di dalam mimpi? Ataukah malah dia bermimpi hal lain sehingga membuat dia seperti sekarang ini?

Tetapi tak lama dia berpikir keras dia tersenyum begitu bahagia, sepertinya apa yang dia inginkan menjadi nyata semalam hingga membuat wajahnya begitu berbinar saat ini.

"Ya Allah, terima kasih karena akhirnya Abi datang menemui Syifa. Dia juga memeluk dan mencium Syifa," katanya dengan begitu bahagia. Tak ada kebahagiaan yang lebih indah di pagi hari selain dari keinginannya yang menjadi nyata seperti sekarang ini.

"Tapi, kenapa dalam sekejap saja abi menjadi orang lain? Dia sangat tampan seperti abi, tapi dia siapa? Syifa tidak mengenalnya tapi kenapa dia bisa masuk ke dalam mimpi Syifa?"

Dan ternyata itulah yang membuat Syifa harus berpikir sangat keras. Memikirkan siapa laki-laki yang tiba-tiba datang dan menggantikan Abi_nya yang memeluk dan mencium keningnya.

Syifa kembali terdiam, dia kembali memikirkan hal itu yang meski dia terus berpikir juga tidak akan mungkin mendapatkan jawabannya.

Syifa menoleh dan melihat foto Abi_nya ada di atas nakas di sebelah ranjang, dia merangkak laku mengambilnya dan tentu kembali ke tempat semula.

Memandangi wajah Abi yang terlihat sangat tampan dan juga mirip dengannya hanya saja di versi laki-laki dan juga perempuan. Hanya bentuk wajahnya saja yang tak sama karena sebenarnya bentuk wajahnya sama seperti Kanaya.

"Abi, kenapa Abi pergi cepat sekali. Kenapa Abi tidak pamit dulu pada Syifa dan tiba-tiba saja sudah berganti dengan om tampan itu, emangnya om tampan itu siapa, Abi? Kenapa Abi tidak kenalkan dulu pada Syifa."

Celotehnya yang akhirnya di dengar oleh Kanaya yang bangun karena mendengar suara dari Syifa. Sebenarnya belum lama Kanaya bisa tidur baru saja tapi karena adzan dan juga suara Syifa lah yang berhasil membangunkan dirinya.

"Sayang, kamu bicara dengan siapa?" Kanaya sontak duduk di sebelah Syifa melihatnya dan ternyata ada foto suaminya di tangan anaknya tersebut.

Kanaya terdiam, dia belum begitu jelas dengan perkataan Syifa barusan jadi dia pikir Syifa tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Kanaya diam, dia berpikir bagaimana untuk bisa menghibur Syifa supaya tidak sedih lagi.

"Sayang, shalat yuk," ajak Kanaya mengalihkan pembicaraan Syifa.

"Sebentar, Umi. Syifa sedang bicara dengan Abi. Oh iya Umi. Abi benar-benar datang di mimpi Syifa, Abi juga memeluk dan juga mencium Syifa tapi kenapa pas melepaskan pelukannya ternyata jadi orang lain?"

Mendengar perkataan Syifa Kanaya juga ikut mengernyitkan kening karena tidak tau. Lagian Kanaya juga ragu benarkah Syifa memimpikan Abi_nya?

"Om itu juga sangat tampan, Umi. Sama seperti Abi_nya Syifa," imbuhnya lagi.

"Sekarang Syifa sudah bertemu Abi kan? Kalau begitu kita shalat sekarang dan doakan Abi ya. Syifa juga harus berterima kasih dengan Allah," kata Kanaya dengan begitu lembut.

Dua tidak mau berlama-lama dalam rasa penasaran siapa laki-laki yang ikut memeluk Syifa bahkan menggantikan Abi_nya itu. Tentu dia tidak mau ambil pusing.

Kanaya mengambil foto suaminya yang ada di tangan Syifa kembali menaruh di atas nakas namun nakas yang ada di sebelahnya. Kemudian dia mengajak Syifa untuk segera beranjak.

"Yuk," ajak Kanaya dan Syifa terlihat sangat semangat pagi ini. Dia mengangguk dan langsung turun tanpa di gendong seperti biasanya oleh Kanaya.

Kanaya sendiri merasa heran dia tercengang beberapa saat sebelum akhirnya dia memutuskan untuk ikut turun juga dari kasur untuk mengikuti Syifa.

Sejenak Kanaya menoleh ke arah foto suaminya melihat beberapa saat lalu tersenyum.

"Terima kasih, Mas. Mas penuhi keinginan Syifa yang tak pernah bisa Naya wujudkan, terima kasih," senyum itu perlahan mulai memunculkan genangan di dalam matanya namun sebelum benar-benar keluar Kanaya langsung memalingkan wajahnya. Tidak mungkin dia akan menangis lagi setelah semalam dia juga terus menangis karena merasa tidak beruntung.

"Umi, ayo!" panggil Syifa.

"I_iya," Kanaya langsung pergi mengejar Syifa dan akhirnya mereka berdua pergi ke kamar mandi bersama-sama.

┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅

"Pagi Oma, pagi Opa," dengan begitu senang Syifa berlari menghampiri oma dan juga opanya ya sudah menunggu duduk di meja makan.

"Selamat pagi, Sayang," jawab mereka bersamaan.

"Pagi, Ma, Pa," Kanaya juga tak mau ketinggalan dia juga menyapa dengan dirinya yang sudah sangat lengkap dengan baju kerjanya.

Sementara Syifa? Anak kecil yang menggemaskan itu juga sudah sangat segar dengan balutan baju berwana putih dengan bergambarkan bunga-bunga berwarna pink.

"Nay, katanya kamu hari ini libur?" Abi Hasan lebih dulu bicara.

Memang kemarin karena ia mengatakan bahwa dia akan libur untuk hari ini tetapi kenyataannya dia tidak bisa libur karena ada meeting mendadak yang tidak bisa dia tinggalkan.

"Maaf, Pa. Tapi Naya hanya pergi ke kantor sebentar mungkin jam sembilan Naya sudah kembali," jawab Kanaya dengan tangan yang bergerak mengoleskan selai di atas roti untuk Syifa.

"Hari ini Naya ada meeting mendadak dan kolega bisnisnya datang dari luar dan akan kembali besok. Jadi Naya tidak bisa mengundurkan waktu jadi nanti atau besok harus pagi ini juga," Imbuhnya.

Umi Uswah juga Abi Hasan saling menoleh memandang satu sama lain dan kemudian ke arah Syifa. Pastilah mereka takut Syifa akan marah karena hari ini seharusnya kami akan jalan-jalan sesuai janji yang sudah dibuat, tetapi harus mundur karena ada pekerjaan.

"Syifa nggak apa-apa kok, Oma Opa. Kan Umi hanya sampai jam sembilan. Nanti setelah Umi pulang baru kita bisa jalan-jalan," jawab Syifa yang langsung seketika berhasil menghilangkan rasa takut di hati Umi Uswah dan juga Abi Hasan.

Sementara aku tersenyum ke arah Syifa karena merasa sangat bersyukur memiliki putri yang begitu pengertian seperti dirinya.

Syifa benar-benar sama seperti Abi_nya, tak mau merepotkan orang lain dan selalu mengerti akan kesibukan orang lain juga. Alhamdulillah...

┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅

Bersambung....

Terpopuler

Comments

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣ shaᴍ֟፝ᴀᵉᶜw⃠𓆊

@♕🍾⃝𝙾ͩʟᷞıͧvᷠεͣ shaᴍ֟፝ᴀᵉᶜw⃠𓆊

mimpi Sifa jadi kenyataan tapi kenapa pas di peluk dan di cium saat melepas kan jadi berubah orang lain ya aneh hehehe apa itu pertanda Dirga udh kasih amanah ke orang yg masuk mimpi sifa

2023-01-04

2

Diaz

Diaz

Akhir nya keinginan Syifa terwujud 🤲

2022-12-23

2

꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂

꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂

akhirnya keinginan syifa terkabul juga ya dalam mimpi Dirga menjadi sosok om tampan apakah itu pak dokter dan secara tidak langsung Dirga memberi taukan syifa jika nanti akan ada pengganti abinya yang akan selalu bisa memeluk dan mencium syifa

2022-12-14

2

lihat semua
Episodes
1 Terlambat Pulang
2 Hadiah untuk Syifa
3 Kedewasaan Syifa
4 Pergi Ziarah
5 Orang Asing
6 Hazel Anggara
7 Sebatas membantu
8 Hanya mengantar pulang
9 Mimpi yang diinginkan
10 Keinginan yang terwujud
11 Pergi meeting
12 Pasrah
13 Tak ada kata menyerah
14 Bertemu di pantai
15 Kenyamanan bersama Hazel
16 Kecemburuan Dirga
17 Tak habis pikir
18 Kerinduan
19 Kerasnya Hazel
20 Kesibukan
21 Kalah cepat
22 Tidak peka
23 Kerasnya Dirga
24 Keraguan
25 Saling canggung
26 Pembicaraan dengan Arifin
27 Satu keinginan
28 Keluhan Hazel
29 Tak mudah diwujudkan
30 Bermain bersama Hazel
31 Menyusul ke taman
32 Merasa menyesal
33 Pujian kecil
34 Bertukar mobil
35 Tanggung jawab baru
36 Panas hati
37 Sarapan Hangat
38 Arifin yang tak peka
39 Lagi-lagi Penggangu
40 Kembali Mengajar TPA
41 Gagalnya pertunangan
42 Kemarahan Ziana
43 Ungkapan Hati Hazel
44 Murid Baru
45 Mood yang hilang
46 Hadiah
47 Di tentang sang Papa
48 Hadiah untuk Syifa
49 Harapan Opa Hasan
50 Mengantarkan Syifa Sekolah
51 Kecemburuan Dirga
52 Kenekatan Dirga
53 Menyelamatkan Kanaya
54 Dibawa ke rumah
55 Ada Trauma
56 Tak ada kesempatan lagi
57 Usaha Hazel
58 Pergi bersama
59 Kembali tersenyum
60 Restu
61 Kebimbangan
62 Akhirnya bertemu
63 Menerima Undangan
64 Bimbang
65 Berbahagialah
66 Dia membutuhkan mu
67 Khawatir
68 Semua Khawatir
69 Menjenguk Hazel
70 Tertangkap Pelakunya
71 Perhatian Jarak Jauh
72 Pulang
73 Menemui Dirga
74 Harus Dengan Restu
75 Keinginan Syifa
76 Permintaan Davin
77 Kecurigaan Hazel
78 Bimbang
79 Rasa Yang Terbalas
80 Niat Ziana
81 Perasaan Tak Enak
82 Penjelasan Davin
83 Semua Khawatir
84 Setia Menemani
85 Kalian Marahan?
86 Kedatangan Davin
87 Permintaan Maaf
88 Hal Baik Harus Disegerakan
89 Kembali Sempurna
90 Gelisah
91 Berziarah
92 Pertunangan
93 Akhir Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Terlambat Pulang
2
Hadiah untuk Syifa
3
Kedewasaan Syifa
4
Pergi Ziarah
5
Orang Asing
6
Hazel Anggara
7
Sebatas membantu
8
Hanya mengantar pulang
9
Mimpi yang diinginkan
10
Keinginan yang terwujud
11
Pergi meeting
12
Pasrah
13
Tak ada kata menyerah
14
Bertemu di pantai
15
Kenyamanan bersama Hazel
16
Kecemburuan Dirga
17
Tak habis pikir
18
Kerinduan
19
Kerasnya Hazel
20
Kesibukan
21
Kalah cepat
22
Tidak peka
23
Kerasnya Dirga
24
Keraguan
25
Saling canggung
26
Pembicaraan dengan Arifin
27
Satu keinginan
28
Keluhan Hazel
29
Tak mudah diwujudkan
30
Bermain bersama Hazel
31
Menyusul ke taman
32
Merasa menyesal
33
Pujian kecil
34
Bertukar mobil
35
Tanggung jawab baru
36
Panas hati
37
Sarapan Hangat
38
Arifin yang tak peka
39
Lagi-lagi Penggangu
40
Kembali Mengajar TPA
41
Gagalnya pertunangan
42
Kemarahan Ziana
43
Ungkapan Hati Hazel
44
Murid Baru
45
Mood yang hilang
46
Hadiah
47
Di tentang sang Papa
48
Hadiah untuk Syifa
49
Harapan Opa Hasan
50
Mengantarkan Syifa Sekolah
51
Kecemburuan Dirga
52
Kenekatan Dirga
53
Menyelamatkan Kanaya
54
Dibawa ke rumah
55
Ada Trauma
56
Tak ada kesempatan lagi
57
Usaha Hazel
58
Pergi bersama
59
Kembali tersenyum
60
Restu
61
Kebimbangan
62
Akhirnya bertemu
63
Menerima Undangan
64
Bimbang
65
Berbahagialah
66
Dia membutuhkan mu
67
Khawatir
68
Semua Khawatir
69
Menjenguk Hazel
70
Tertangkap Pelakunya
71
Perhatian Jarak Jauh
72
Pulang
73
Menemui Dirga
74
Harus Dengan Restu
75
Keinginan Syifa
76
Permintaan Davin
77
Kecurigaan Hazel
78
Bimbang
79
Rasa Yang Terbalas
80
Niat Ziana
81
Perasaan Tak Enak
82
Penjelasan Davin
83
Semua Khawatir
84
Setia Menemani
85
Kalian Marahan?
86
Kedatangan Davin
87
Permintaan Maaf
88
Hal Baik Harus Disegerakan
89
Kembali Sempurna
90
Gelisah
91
Berziarah
92
Pertunangan
93
Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!