Leo menghela napas lega. Wajahnya terlihat begitu santai karena urusan dengan kepala prajurit telah usai karena yang berhubungan dengannya telah dia bunuh. Sehingga, dia bisa terhindar dari masalah yang berat yaitu berhubungan dengan kerajaan. Meski, Leo tidak yakin bahwa walikota pasti akan peduli dengan kepala prajurit.
Dia merasa aneh, masalahnya ini merupakan beberapa kali dia membunuh, bahkan bisa dihitung dengan sebuah jari. Tapi, siapa yang berpikir bahwa dia tidak merasakan cemas sedikitpun? Orang berkata, bahwa orang yang tidak pernah membunuh, namun sebuah masa diharuskan untuk dia membunuh, orang itu akan dihantui oleh perasaan rasa takut.
Bahkan Leo tidak merasakan ada yang menghantui dirinya, tidak takut bahwa dia akan ketahuan dan dihukum sebagai balasannya. Lagipula, apa yang dia lakukan adalah ‘Melindungi diri’ dari masalah.
Sebelumnya, Leo membunuh mereka di tempat yang jarang ditempati oleh orang. Lagipula itu salah mereka sendiri untuk membahas bagaimana caranya untuk membunuh Leo di tempat yang sepi. Dan untungnya, saat Mir keluar, Leo bergegas mengambil quest dan mengikuti kemana perginya Mir dengan cepat.
Sekarang apa yang harus dia lakukan adalah menyelesaikan quest, yaitu membunuh para preman yang menghadang jalan di desa Ciradar menuju kota Little Pear.
Mengingat bahwa desa Ciradar merupakan desa dengan penduduk yang rata-rata mata pencahariannya adalah peternak, Leo sedikit mengerti bahwa mengapa harga kambing sungguh mencekik bagi pedagang. Itu artinya, setiap peternak yang membawa barang mereka akan dihadang oleh preman. Entah itu ternak sendiri, atau harta koin mereka.
Sehingga, mereka terpaksa menyewa beberapa orang kuat untuk melindungi harta mereka. Dan itu tidak murah untuk membayar orang-orang tersebut. Sehingga, apa yang mereka lakukan adalah membuat harga kambing menjadi mahal.
Jadi, berita tentang ternak yang langka hanyalah sebuah omong kosong bagi Leo.
Dan sayangnya itu dipukul rata, seolah desa Ciradar yang menentukan harga ternak yang sangat berpengaruh di seluruh desa Little Pear.
Wilayah Ciradar sendiri berada di wilayah barat di dalam kota Little Pear. Yang kemudian arah kiri dari desa tersebut merupakan hutan monster yang terhubung dengan gunung yang Leo tinggali. Kemudian wilayah sampingnya lagi adalah desa Caprae.
Namun sebelum itu, tidak mungkin dia bagaikan tunawisma yang tidak memiliki rumah. Apalagi dia juga tidak mungkin untuk pulang pergi dari desa Caprae menuju kota setiap hari. Walaupun sebenarnya itu adalah hal yang mudah bagi Leo karena sebelumnya dia naik turun gunung setiap hari tanpa masalah.
Hanya saja, apa yang dia perlukan saat ini adalah waktu. Apa yang harus dia lakukan adalah mencari penginapan yang murah. Selagi matahari dalam kondisi puncak dan belum petang. Karena jika dalam kondisi petang, dia akan sangat sulit dan keteteran untuk mencari penginapan.
Di sisi lain, ketersediaan mananya juga kurang dari setengah karena dia terus menerus mengeluarkan kemampuan bayangan. Sehingga apabila jika dipaksakan untuk menyelesaikan quest, dia bisa saja kehabisan mana.
“Kakak ....”
Kondisi yang tenang seperti itu, Leo merasa bahwa pakaiannya ditarik dari belakang. Dia juga mendengar suara lembut dari seorang anak kecil yang seolah memanggil Leo dengan sebutan kakak.
Tentu saja, Leo merespon. Dia melihat ada seorang anak kecil yang begitu imut dan tampak kepolosan di wajahnya. Rambut yang dikuncir dua, dengan kulit yang selembut salju dan iris mata berwarna hitam legam. Di sisi lain, wajah anak kecil itu sedikit menangis yang membuat Leo mengerutkan dahinya.
Leo berjongkok dan sedikit mengangkat kedua ujung bibirnya. Karena pak tua Gin pernah mengatakan bahwa meskipun memiliki wajah datar, setidaknya dia tidak boleh memberikan raut wajah yang mengerikan seperti itu kepada anak kecil.
“Akh, kenapa kamu sendirian? Dimana orang tuamu?”
Anak kecil itu tertunduk, tubuhnya gemetar seolah ingin mengatakan sesuatu tapi takut.
Leo yang melihat akan hal itu, dia masih menahan senyumannya dan mengelus rambut anak kecil tersebut. Hanya saja, Leo mengerti bahwa anak kecil ini tanpa sengaja berpisah dengan orang tuanya. Dan Leo menatap mata anak tersebut seolah ingin meminta pertolongan.
“Katakan saja.”
“Ibu dan aku diculik oleh seseorang dan dibawa menggunakan kereta kuda. Kami dibawa ke rumah tua yang tak jauh dari sini. Untungnya, ibu berusaha sekuat mungkin untuk melawan agar aku bisa lari.” Kata anak itu dengan gugup, air matanya mengalir membasahi pipinya.
“Tolong kak, aku takut ibuku dibunuh.” Sambungnya sambil mengucek matanya.
Leo terdiam sejenak, entah kenapa seketika dia teringat dengan masa lalu kelamnya. Ketika ibunya dibunuh tepat di depan matanya, karena berusaha menyelamatkan dirinya. Wajahnya seolah dipenuhi oleh darah, dia memiliki trauma yang begitu berat.
Pikirannya dipenuhi oleh teriakan ibunya. Bahkan saat ibunya dipenggal, Leo masih mendengar harapan dari ibunya untuk hidup. Tubuhnya bergetar hebat, dia melamun yang membuat anak itu semakin takut.
Namun beberapa detik kemudian, seorang pria tua Gin muncul di pikirannya. Seolah menendang kepala Leo dan menghapus pikirannya tentang masa lalu. Sehingga, Leo kembali tersadar dan menatap anak kecil itu yang perlahan mundur ketakutan.
“Tunjukkan kepada kakak, dimana rumah tua itu berada.” Raut wajah Leo yang sebelumnya tengah melengkingkan bibir, saat ini berubah menjadi sinis dan penuh dengan kebencian yang mendalam pada orang yang seperti itu. Sehingga, apa yang dia lakukan adalah menggendong anak kecil itu dan menyuruhnya menunjuk, dimana rumah tua itu berada.
...****************...
“Suamimu berada di luar kota kan? jadi aku akan menikmati setiap inci dari tubuhmu.” Ujar seorang pria gendut sambil mengangkat perlahan dagu wanita yang baru saja dia ikat dengan erat.
Wanita tersebut berkaca-kaca, air matanya mengalir deras. Dia sebenarnya ingin menangis, dan berteriak untuk meminta tolong. Sayangnya, mulutnya disekap dengan sebuah kain yang membuat dia tidak bisa berbicara sedikitpun.
Apalagi memberontak. Dengan tubuhnya yang diikat seperti itu, dia berusaha memberontak. Sayangnya ikatan itu terlalu erat yang membuat dia kesulitan untuk bergerak.
“Sayangnya anak kecil itu tadi lari. Padahal anak kecil terlihat masih sangat nikmat.” Kata orang lain yang berada di tempat tersebut. Hanya saja, masih satu komplotan dengan pria gemuk. “Tapi tak masalah.” Sambungnya sambil menatap wanita itu dengan penuh napsu.
Sungguh biadab, tampaknya orang itu merupakan penjahat kelamin yang begitu mengerikan karena memiliki selera anak kecil. Bahkan iblis pun tidak akan melakukan hal yang begitu keji.
Orang-orang seperti mereka yang berisikan lima orang, tertawa bersama dengan begitu keras. Sebelum, seorang pria gendut hendak melepaskan celananya dan melancarkan aksi mesumnya.
Braaakk!
Tiba-tiba pintu masuk ke dalam rumah tua ini dibuka secara paksa. Yang mengakibatkan pintu tersebut menjadi hancur dan memperlihatkan seekor harimau bayangan dengan gigi taring berwarna hitam hingga terlihat sedikit mengerikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments