Leo menghela napas, sambil mengikat satu kambing jantan dan betina di belakang punggung dan di tubuh bagian depannya. Ya, tidak salah, meski cukup tidak masuk akal, akan tetapi dia benar-benar melakukan seperti yang diperintahkan oleh pak tua Gin yaitu menggendong semua kambing untuk menuruni sebuah pegunungan.
Yang pertama, Leo mengikat satu kambing jantan di punggungnya seperti menggendong seseorang, dan terus berlanjut untuk menggendong kambing betina dan mengikat di tubuh bagian depannya. Dia juga mengikatnya tidak terlalu longgar untuk mencegah kambing itu lari, atau mungkin diikat dengan kencang yang membuat kambing itu tercekik.
“Lagi-lagi.” Leo cukup mengeluh untuk hari ini, walaupun dia mengeluh setiap harinya untuk melakukan hal yang sama seperti ini.
Sebenarnya dia mengerti alasan yang jelas mengapa dirinya harus menggendong kambing-kambing tersebut. Tidak tanpa sebuah alasan, karena apabila sudah berada di lereng gunung, jalanan cukup terjal dan sangat jarang ada seekor hewan yang melewati lereng-lereng yang apabila melihat ke bawah hanya ada sebuah halusinasi kematian.
Terkecuali dengan hewan yang mampu beradaptasi apabila hidup di lereng gunung.
Sehingga, untuk menghindari sebuah bencana pada semua kambing, jadi cukup logis apabila pak tua Gin memerintahkan Leo untuk menggendong semua kambing itu tidak sampai ke lereng gunung bagian bawah.
Sayangnya, dirinya juga sangat tidak mengerti apabila dirinya telah melewati lereng gunung terjal. Pak tua Gin juga tidak membiarkan dirinya menarik para kambing-kambing itu dan harus tetap digendong sampai menuju kandang. Leo sama sekali tidak mengerti dengan pola pikir pak tua bangka tersebut.
Dan yang menjadi pertanyaan bagi Leo semenjak dulu, mengapa kambing-kambing tersebut harus digembala di atas puncak gunung? Itu adalah sebuah hal yang tidak logis. Apalagi sudah begitu jelas, bahwa tanaman di di sekitar gunung bagian bawah juga tidak kalah subur dibandingkan dengan puncak gunung. Belum lagi saat Leo membawanya turun gunung, akan ada banyak resiko seperti hewan buas baik beast spirit atau hewan normal.
Mengeluh terus menerus tidak akan membuat semua kambing akan turun dengan sendirinya. Untung saja, Leo memiliki fisik yang sangat atletis sehingga kuat untuk menggendong dua kambing betina dewasa sekaligus. Jika bukan arena latihannya beberapa tahun yang lalu dan terus berlanjut sampai sekarang, Leo pasti tidak hanya mengeluh, melainkan akan menangis sejadi-jadinya.
Dan, menurunkan semua kambing terus dia lakukan. Dimulai dengan dia sendirian, maksudnya tidak ada orang lain karena pak tua Gin turun terlebih dahulu.
Meski dia sudah terbiasa, dia juga perlu mengedepankan sebuah kehati-hatian, yang mana dia harus menuruni lereng secara perlahan-lahan. Karena selain mengutamakan keselamatannya, dia juga tidak akan membiarkan kambing pak tua Gin tidak memiliki cedera seperti terjatuh. Ya, untung saja, kambing-kambing pak tua bisa menurut dan tidak terlalu melawan.
Untuk sekali naik dan turun sekaligus, mungkin akan membutuhkan waktu satu jam lebih. Hal tersebut karena gunung ini tidak terlalu tinggi, atau lebih tepatnya mirip sekali dengan bukit. Apalagi dalam kekuatan Leo yang mengandalkan mana, serta juga melatih pernapasannya, naik turun gunung sebenarnya sesuatu hal yang remeh baginya. Dan yang terakhir, karena dia sudah terbiasa seperti ini.
Bebatuan yang terjal, Leo mampu melewatinya dengan cukup mudah. Keseimbangan tetap dia jaga agar tidak terkena sebuah kecelakaan yang begitu fatal. Tatapannya tetap fokus tentang apa yang dia pijak.
Beberapa waktu kemudian, pada akhirnya Leo sudah menuruni lereng gunung yang cukup terjal. Kali ini dia hanya perlu untuk berjalan melewati hutan yang mana disekitarnya terdapat jurang, dan bisa terperosok kapan saja apabila tidak begitu hati-hati.
“Pak tua Gin itu. Apabila setiap hari memakan daging rusa, bukankah hewan beast seperti itu akan menjadi langka?” Batin Leo sambil memandang beberapa beast spirit rusa berdarah biru yang lari menjauhi Leo.
Jika dipikir-pikir, rusa seperti ini bukanlah sesuatu hal yang langka. Tingkatan rusa itu apabila berhadapan dengan seseorang, mungkin setara dengan seorang yang berada di tingkat C. Meski darah rusa juga bermanfaat, akan tetapi mereka memilih hewan lain yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi dengan bagian tubuh hewan yang memiliki manfaat yang sama.
Bagaimana bisa? Karena darah rusa untuk dibuat potion, maka itu termasuk potion kelas rendahan yaitu tingkat 1. Manfaatnya juga hanya sekedar menguatkan fisik yang tidak diperlukan karena masih ada beast lain yang lebih tinggi dari itu. Dan bagian tubuhnya mampu membuat potion dengan kelas tinggi.
Hanya saja, setiap rusa akan diburu oleh pak tua Gin setiap minggunya. Karena daging rusa yang berlimpah dan mampu untuk dimakan selama berhari-hari. Bisa dibilang, pak tua Gin tadi membawa sepotong daging rusa yang telah dia masak sendiri, dan membawa sisanya kembali menuju ke rumah untuk beberapa hari ke depan.
Sebenarnya juga tidak hanya rusa darah biru, terkadang pak tua Gin juga memburu beast spirit lainnya seperti kelinci tanduk liar yang juga memiliki daging yang sangat nikmat. Beberapa tanaman herbal juga tumbuh subur di sekitar pegunungan ini yang sering juga dimasak oleh pak tua Gin tanpa melewati proses alkimia.
Sangat disayangkan sekali.
Bahkan Leo juga sering untuk memakannya di tempat. Lagipula, Leo tidak memiliki bakat terkait tentang alkimia. Bahkan mungkin dirinya sama sekali tidak berminat untuk menjadi seorang alkemis dalam meracuk sebuah potion atau ramuan.
Pada akhirnya, Leo sudah sampai di pinggiran hutan. Hanya saja, ini sama sekali belum mencapai kaki gunung. Karena, rumah Leo dan pak tua Gin juga tidak berada di kaki gunung karena mereka menghindari pemukiman. Sedangkan di pinggiran hutan, tidak ada sama sekali sebuah pemukiman yang membuat mereka hidup secara tenang. Meskipun, terkadang Leo atau Gin turun ke pemukiman untuk sedikit berbaur. Karena mereka juga butuh rasa sosial.
Sebuah rumah, yang terbuat dari papan kayu. Bangunan kayu itu sebenarnya berdiri selama belasan tahun. Tidak terlalu buruk karena pak tua Gin selalu merawatnya yaitu selalu mengganti kayu yang lapuk.
Kemudian, di sebelah rumah kayu tersebut juga terdapat dua buah kandang kambing. Yang mana, Leo langsung memasukkannya ke dalam kambing sebelum dia kembali dan mengambil kambing untuk yang kedua kalinya.
Bukan masalah, hanya saja sebelum pergi, Leo menatap malas rumah pak tua Gin karena dia yakin, bahwa pak tua Gin saat ini tengah bermalas-malasan dan tidak melihat perjuangannya.
Dia kembali untuk melakukan hal yang sama. Yaitu mengikat satu ekor kambing betina di punggungnya, dan satu ekor lainnya di tubuh bagian depannya. Untuk anak-anak kambing, Leo akan menurunkannya nanti atau akan menjadi yang terakhir. Karena, apabila dia menurunkan anakan kambing terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan dua kambing dewasa menghilang karena binatang buas.
Jadi, daripada kehilangan dua kambing dewasa, Leo merasa lebih baik kehilangan anakan kambing.
Ini masalah harga!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Manado Jow
mantaapppp
2023-04-03
0
Vemas Ardian
berapa updateny thor tiap hari?
2022-12-11
0