...🔥❤️WARNING!❤️🔥...
...🔥STEAMY SCENE! RESTRICTED TO UNDER 18!🔥...
...🔥❤️Happy reading, all❤️🔥...
“Maksudmu, aku menikah dengan manusia serigala? Serigala sungguhan? Atau—atau jangan-jangan kau siluman?” Panik, Ivana membulatkan kedua mata indahnya. “What the hell!”
Melihat reaksi Ivana yang baginya berlebihan, atau justru reaksi wajar atas perkataannya barusan, air muka Zach berubah pias.
“Ya–itu hanya perumpamaan, Ivana. Intinya, kami adalah orang-orang yang setia. Tidak pernah ada dalam sejarah kami mendua. Maksudku, aku dan keluargaku. Kami memiliki pasangan yang akan bertahan sampai mati. Entah apakah salah satunya mati, atau keduanya.”
Oke, baiklah ... ucapan Zach itu membuat Ivana sedikit berbangga diri, karena mungkin saja ia adalah pasangan abadi Zach, yang terpilih, atau pun memang dipilih oleh pria itu.
Namun, di menit berikutnya, raut wajah Ivana yang semula semringah itu berubah datar kembali. Ada satu hal yang mampir dalam ingatannya dan membuat Ivana tak tahan untuk tidak bertanya.
“Mantan kekasihmu itu ... mengapa kau tidak memberikan ini padanya? Atau jangan-jangan sudah?” selidiknya. Jelas ia ingin tahu. Ivana ingin merasa istimewa—inginkan dirinyalah yang menjadi satu-satunya yang menerima kalung itu dari Zach.
Zach kini kembali berjongkok di hadapan gadis itu. Menatapnya sebentar dengan mata menyipit, tapi tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran Ivana, karena sampai sekarang ia masih tak bisa membacanya.
“Apakah kau sedang memancingku?” tanya Zach, yang dijawab dengan gelengan oleh gadis itu.
“Anggap saja begitu, karena aku ingin tahu, jika kematian kekasihmu itu membuatmu begitu patah hati hingga tak mudah untuk membuka hati kembali, mengapa kau tidak memberikan kalung ini untuknya? Atau jika kau sudah memberikannya, mengapa kau berikan padaku?” berondong Ivana pada sang suami yang masih berjongkok di hadapannya.
“Karena ... dia bukan jodohku.”
Ivana tergelak mendengar jawaban yang baginya asal-asalan. Tentu saja bisa diartikan tidak berjodoh kalau kenyataannya kebersamaan mereka tak bertahan lama, tetapi atas dasar apa?
“Tetua kami, atau bisa disebut seorang yang dituakan di keluarga kami yang mengatakan kalau aku dan Selena tidak berjodoh.”
“Dan kau percaya?” tanya Ivana, setengah mengejek.
Zach mengangguk. Dan bersamaan dengan itu, Ivana menilik penampilan Zach yang sama sekali tidak terlihat kuno, tetapi mengherankan sekali jika pola pikirnya sangat old fashion.
“Kau tidak percaya?” Zach balas bertanya.
Ivana mengedikkan bahu sembari mencebik.
“Bergantung apa yang harus kupercayai. Mari kita luruskan dulu. Apakah ini berarti kalau aku adalah jodohmu?” pancing gadis itu sembari menajamkan telinga dan menancapkan tatapan menuntut jawaban pada pria di hadapannya.
“Kurasa aku tak perlu mengatakannya kau sudah tahu itu, bukan? Sekarang, kau tidak perlu marah lagi, habiskan sarapanmu. Siang nanti akan ada beberapa desainer yang datang.”
“Untuk apa? Apakah kita akan mengadakan pesta lagi?” tanya Ivana dengan bola mata membulat lebar. “Itu pemborosan, Zach! Meski kau punya banyak uang tak berarti kau bisa menghabiskannya dengan sembarangan!”
Zach tak menggubris perkataan Ivana. Ia bangkit dari posisi semula, kemudian meninggalkan Ivana yang tak terima dengan sikap Zach kemudian menyusulnya.
“Kau mau ke mana? Aku belum selesai bicara, Zach!”
Dengan gerakan tiba-tiba, Zach berbalik hingga Ivana menubruk tubuh tegap di hadapannya. Lalu dengan sigap Zach melingkarkan lengan di pinggang Ivana untuk mencegah gadis itu agar tidak terjengkang.
Zach menunduk demi bisa menyejajarkan antara wajahnya dan Ivana. Hal itu jelas membuat Ivana mengerjap gugup.
“Apakah kau sudah selesai datang bulan?” desak Zach.
Ivana mengerjap. Ada keringat yang menitik di kening Ivana sejak Zach melingkarkan lengan di pinggangnya. Terlebih saat pria itu mulai mengintimidasinya dengan tatapan, jarak, dan pertanyaan yang seolah memaksanya untuk mengatakan yang sejujurnya bahwa ia bahkan belum memasuki masa datang bulan.
“Ivana? Kenapa kau diam?” tanya pria itu, tak sabar Ivana tidak juga memberi respon atas pertanyaannya yang pertama.
Ia bertanya, ‘mengapa Ivana hanya diam?’, seolah tidak tahu apa yang ada dalam hati Ivana saat ini. Tentu saja. Pria itu tak bisa membaca pikiran Ivana, tak tahu bahkan tak pernah membayangkan bahwa gadis yang ada dalam rengkuhannya saat ini tengah dilanda kegalauan.
Galau, karena sudah seharusnya ia mengizinkan Zach untuk melakukan ritual yang satu itu, terlebih mereka berdua telah menjadi suami istri. Jika ditanya alasannya hanya satu. TAKUT.
“Kapan kau selesai datang bulan?” ulang Zach, karena tidak juga mendapat jawaban. Ivana berusaha melepaskan rengkuhan pria itu, tetapi lengan kokoh itu justru semakin erat mendekapnya.
“L-lepaskan aku dulu, baru aku jawab. Aku tidak bisa bernapas. Lihatlah ini ....” Ivana berusaha memperlihatkan seolah dirinya tengah kesulitan bernapas. Padahal sebenarnya tidak.
“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau menjawab pertanyaanku!” Zach makin mengintimidasi Ivana dari berbagai sisi. “Silakan pilih.”
Ivana hanya sanggup menelan salivanya, sementara untuk memberi jawaban, ia merasa tenggorokannya seperti tercekat saat ini. Ia tak sanggup berkata selain hanya memandangi bola mata gelap memesona yang seakan mengandung sihir di dalamnya.
“Zach, aku kehabisan oksigen,” ucap Ivana yang kali ini memang sungguh terjadi. Gadis itu tampak terengah, sementara Zach tetap tak memberi ampun padanya. Tidak, sampai Ivana memberikan jawaban.
Dan ketika Zach melihat sendiri kalau gadis dalam rengkuhannya itu kini benar-benar kehabisan pasokan oksigen di dalam rongga parunya, Zach malah mendekat pada gadis itu.
“K-kau mau apa?” Ivana tergagap, menghindari tatapan Zach. Keringat dingin makin membanjiri kening dan sekujur tubuhnya. “a-aku serius, Zach. Aku tidak bisa ber—“
Zach tahu apa yang harus ia lakukan jika memang Ivana benar-benar tak bisa bernapas dan kehabisan udara, ia harus memberikan stok yang ia miliki. Zach memberikan satu kecupan yang dalam pada gadis itu, membuat paru-paru yang semula kehabisan napas justru terasa makin mengerut karena pasokan O² yang minim.
Desa*an lolos dari bibir Ivana yang masih disumpal dengan kecu*an Zach yang cukup panas. Jelas panas dan tampak dari wajah Ivana yang semula pucat pasi kini berubah memerah.
Apa sebenarnya ini?
Pria itu bahkan tak memberi aba-aba agar Ivana setidaknya bisa bersiap terlebih dahulu dan memastikan apakah aroma nafasnya sudah wangi. Ia seharusnya memakai obat kumur saat mandi tadi.
Bagaimana dengan giginya? Ia sempat mencomot waffle coklat sebelumnya. Apakah nanti akan beraroma seperti itu?
Ivana dibuat kelimpungan karena terlalu banyak berpikir.
Dan Zach bisa mendengar pikiran konyol Ivana yang satu ini. Ia lepaskan kecu*annya sejenak, lalu memandangi sepasang bola mata yang mulai tampak berkaca karena si pemiliknya nyaris mati kehabisan napas.
Zach lalu bertanya dalam hati, apakah Ivana menikmati apa yang baru saja ia berikan?
Ataukah ia merasa ciu*an Zach terasa tidak enak?
“Z-Zach ... a-aku—“
“Tenang saja, Ivana. Aroma nafasmu wangi segar seperti strawberry. Bibirmu manis dan terasa seperti buah cherry. Tak ada yang salah denganmu. Jadi ... apakah kau ingin melanjutkan ini di kamar? Atau di dapur saja?” tanya Zach sembari menunjuk ke arah dapur yang kosong dengan dagunya dan membuat pikiran Ivana berkelana ke mana-mana.
CELAKA DUA BELAS!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments