"Apa maksud perkataan ibu?" tanya Hayati heran dengan pernyataan yang di ucapakan Komala.
Komala tak menjawab,ia hanya memalingkan wajahnya.
" Hayati, mungkin kau belum tau yang sebenarnya terjadi di keluarga ini," ucap pak Ahmad .
" Apa yang terjadi pak?" tanya Hayati penasaran .
" Sebenarnya semua harta benda yang kami miliki adalah milik dari adik bapak yang bernama Gilang yang merawat Bambang selama ini ,sebagian besar harta miliknya ada di sini ,kami lah yang mengelola harta benda milik om Gilang itu ,karena ia sendiri memiliki banyak bisnis di kota,sehingga yang disini kami yang urus semuanya.
Awalnya semua berjalan lancar , sampai om Gilang wafat dan ternyata beliau memiliki banyak hutang ke pihak Bank tanpa sepengetahuan kami, maupun istrinya,mbak Arini.
Kami semua sangat syok. Mau tidak mau kami harus menyerahkan seluruh harta benda peninggalan almarhum.
tapi untung nya mbak Arini berbaik hati ,rumah yang kita tempati ini di hadiahkan kepada kami, juga sepetak sawah yang saat ini bapak kelola." tutur pak Ahmad menjelaskan dengan seksama.
"Ya ampun, pak .Hayati tidak tau soal itu, Hayati pikir semua baik- baik saja. Maafkan Hayati pak ,bu." ucap Hayati sedih.
" Kami yang seharusnya minta maaf,Hayati .Kami tidak memberitahu mu dari awal. Apa kau menyesal menjadi menantu ku?" tanya pak Ahmad menatap sendu menantunya itu.
"Tidak pak, Hayati tidak pernah menyesal. Hayati janji pak,bu .Hayati akan membantu bapak dan ibu ."
" Terima kasih nak,kamu memang gadis yang baik,beruntung Bambang memiliki istri sepertimu." ucap pak Ahmad bangga pada menantunya itu .
" Pak, kenapa bapak menjelaskan semua itu padanya sih, emangnya kalo dia tau, dia bisa bantu apa?" ucap Komala ketus.
" Bu, Hayati mau ibu jangan terlalu berkecil hati, Hayati yakin ibu bisa melewati ujian ini ,ibu yang sabar ya,Hayati akan bantu sebisa Hayati." ucap Hayati lembut.
"Memangnya apa yang bisa kamu lakukan hah?" tanya Komala ketus, masih kesal pada Hayati ,ia yakin gelang emasnya Hayati yang mengambilnya.
" Ada apa ini ,ribut - ribut ?" tanya Rosidah yang baru datang.
"Ros, gelang emas ibu hilang, kau tau kan itu perhiasan ibu satu -satunya." isak Komala mengadu pada anak sulungnya.
" Gelang yang kemarin itu kan bu?" tanya Rosidah lagi.
" Iya ,gelang yang kemarin ibu pake , itu satu - satunya milik ibu yang tersisa." ucap Komala matanya mendelik pada Hayati.
"Aduh..,ibu ini gimana sih, kan kemarin aku yang pinjam gelang ibu, aku izin sama ibu mau di pake buat acara arisan di rumahku.Ibu lupa ya?" ungkap Rosidah .
" Apa ? betulkah itu Ros? " tanya Komala girang .
" Iya,bu. ini gelangnya, aku ke sini untuk mengembalikan gelang ibu ,"ucap Rosidah sambil menyerahkan gelang yang di pakainya kepada Komala.
" Alhamdulillah, ibu kira hilang." Komala senang gelangnya kembali.
" Ibu mulai pikun rupanya," ucap pak Ahmad terkekeh.
" Coba kamu bayangkan Ros, ibu mu dari tadi merengek tau, gelangnya gak ada ,eh tau nya kamu yang pake." ucap pak Ahmad lagi.
" Tapi aku udah izin kok pak,ibu nya aja pelupa ," ucap Rosidah cemberut.
Hayati lega ,akhirnya gelang ibu sudah kembali, tinggal satu masalah lagi, Bambang.
Sambil terus mengelus - elus gelangnya, Komala beranjak menuju kamarnya diikuti oleh pak Ahmad.
Di dalam kamar. pak Ahmad duduk di samping istrinya, lalu ia mengajak bicara istrinya itu.
" Bu, gelang ibu kan sudah kembali, terbukti kalau Hayati tidak bersalah.Tadi ibu sudah menuduhnya, waktu ibu bilang ke bapa .Sebaiknya ibu minta maaf pada Hayati, bagaimana pun, dia adalah menantu kita, dia gadis yang baik ,dia yang mengurus kita selama ini ,mengurus rumah tanpa mengeluh sedikit pun, terlepas dari perlakuan Bambang padanya, dia tetap setia melayani kita." ucap pak Ahmad menasehati istrinya.
Mendengar ,nasehat dari suaminya, Komala berpikir sejenak.
Memang benar, selama ini dirinya bersikap kurang baik terhadap menantunya itu, tapi menantunya itu tak pernah melawan sedikitpun ,dia sangat cekatan dalam mengurus rumah dan sabar menghadapi sikap pemarah anaknya ,Bambang.
sambil menghela napas dalam Komala menyadari kesalahannya.
" Baiklah pak, ibu akan minta maaf pada Hayati !" ucap Komala tersenyum.
Pak Ahmad yang mendengar ucapan istrinya sangat bahagia, semoga setelah ini keluarganya akan kembali bahagia seperti dulu.
" Terima kasih bu," ucap pak Ahmad sambil merangkul sang istri.
Bambang pulang dengan langkah gontai, ia baru kembali dari mencari pekerjaan. Ia terpaksa mencari pekerjaan karena di desak sang ayah.
Kebetulan di daerah itu sudah berdiri pabrik - pabrik asing .Ada pabrik tekstil, pabrik makanan maupun pabrik sepatu , tapi tak satu pun pabrik yang menerima lamaran pekerjaan dari Bambang, mereka bilang untuk karyawan maupun staf untuk laki - laki sudah penuh, yang mereka butuhkan pegawai perempuan.
" Bagaimana Bang, apa abang dapat pekerjaan ? " tanya Hayati,sesampainya Bambang di rumah.
" Kamu tuh ya, bukannya menawarkan minum atau makan suami baru pulang , ini malah kerjaan terus yang di tanya !" bentak Bambang .
" Iya maaf ,bang . Aku ambilkan minum dulu ,sebentar," jawab Hayati.
"Bambang kamu sudah pulang? bagaimana ,apa kamu sudah dapat pekerjaan ? " tanya Pak Ahmad yang baru keluar dari kamarnya ,diikuti oleh Komala.
" Belum pak," jawab Bambang malas.
" Ini bang minum dulu !" ucap Hayati.
Lalu Bambang pun meneguk segelas air putih itu dengan sekali tegukan, ia benar - benar kehausan, sehabis berkeliling mencari pekerjaan.
" Kamu melamar kerjaan kemana saja? " tanya pak Bambang lagi,sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.
" Pabrik - pabrik yang baru berdiri itu pak, tapi aku telat semua lowongan untuk laki - laki sudah penuh, bahkan mereka sudah mulai beroperasi beberapa minggu yang lalu, yang mereka butuhkan saat ini karyawan perempuan ," ucap Bambang kesal.
Hayati ,bu Komala dan pak Ahmad hanya bisa menghela napas dalam , mendengar penjelasan dari Bambang.
" Kamu jangan patah semangat, kau bisa pekerjaan di tempat lain," ucap bu Komala menghibur anaknya.
Di tempat lain, Bima yang sedang rebahan di kamarnya, di panggil ibunya.
" Bima...!" teriak sang ibu.
" Iya bu, " jawab Bima.
" Diluar ada tamu, cepat temui dia," ucap ibu Bima lagi .
" Siapa bu, ? tanya Bima heran.
" Namanya Ina, apa dia pacarmu ,nak?" tanya ibu Bima.
"Bukan bu, dia temanku sama- sama guru," jawab Bima.
" Oh, ya sudah ,segera temui dia,kasihan kelamaan nunggu," ucap nya lagi.
"Ina,,! " sapa Bima setelah tamu yang di lihatnya benar Ina.
" Hai ,Bima. Gimana kabar kamu ? " tanya Ina .
"Lebih baik, terimakasih !" jawab Bima .
" Aku khawatir sama kamu, setelah beberapa hari kamu gak masuk mengajar." ucap Ina, ia sengaja datang menemui Bima ,agar ia bisa lebih dekat dengan Bima dan keluarganya .
" Gak apa -apa ,aku merasa lebih baik , rencananya besok aku mengajar lagi, kasihan anak - anak terlalu lama di tinggal.Maaf yah merepotkan mu ." ucap Bima .
" Iya sama - sama, aku senang bisa membantumu," jawab Ina sambil melayangkan senyum nya.
Ia melihat keliling rumah itu,banyak poto - poto di dinding ruang tamu itu, poto Bima dan orang tuanya ,Bima anak tunggal .Sedangkan sang ayah sudah lama meninggal dalam sebuah kecelakaan kerja.
Terdapat pula lemari hias di dalamnya terdapat beberapa piala dan penghargaan yang di raih Bima, ia sangat berprestasi sejak duduk di bangku SD sampai sekarang jadi Pegawai negeri.
"Wow penghargaan mu banyak sekali Bim, " ucap Ina takjub.
" Ah, biasa aja , kamu mungkin lebih banyak lagi, " ucap Bima merendah.
" Aku tidak sehebat kamu Bima, kamu ingat ,dulu kamu itu cowok paling keren di kampus, kadang aku suka cemburu mendengar gadis - gadis di kampus memuji - muji ketampananmu, " ungkap Ina menunduk malu.
" Ah, kamu bisa aja...keren apa? aku biasa - biasa aja," jawab Bima sambil tersenyum.
" Ayo silahkan di minum !" pinta ibu Bima pada Ina.
" Terima kasih bu ,,!" jawab Ina sambil melayangkan senyum termanis nya.
"Ina ,sering - seringlah main kemari ,ibu senang jika ada teman Bima yang berkunjung kemari ," pinta ibu Bima .
"Baik ,bu ..terimakasih banyak, kalo begitu saya permisi pulang ." pamit Ina .
" Kenapa buru- buru ?" ucap ibu Bima.
" Masih ada urusan bu, nanti kalau saya ada waktu ,saya kesini lagi, bolehkan bu?" tanya Ina berharap.
" Tentu saja boleh, ibu tunggu ya !" ucap ibu Bima sembari mengelus tangan Ina dengan lembut.
" Saya pamit bu," Ina pun berpamitan kepada Bima dan ibunya.
" Hati- hati di jalan."
" Ina sangat baik dan cantik pula, iya kan ,Bim ? tanya ibu Bima pada putranya yang langsung menutup pintu depan.
" Iya bu..!" jawab Bima singkat.
" Apa dia sudah menikah ?" tanya ibu nya lagi.
" Belum ,bu." ucap Bima sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
" Kalo begitu pas dong." ucap ibu Bima.
" Apanya bu yang pas ?" tanya Bima ,pura - pura tidak mengerti maksud ucapan ibunya.
" Iya , pas.Kamu jomblo dia juga jomblo. Kenapa kalian tidak menikah saja ?" ucap ibu Bima sambil tersenyum .
" Ih, ibu apa sih, Bima menganggap Ina cuma teman saja, gak lebih dari itu." ucap Bima sambil menatap ibunya.
" Tapi ibu lihat sepertinya dia menyukaimu, nak." ucap ibu Bima lagi.
"Sudah ah ,bu. Bima mau melihat laporan yang masuk dari sekolah, " ucap Bima sambil melangkah meninggalkan ibunya yang masih penasaran .
" Ya sudah, ibu juga mau lanjut buat kue lagi." ucap ibu Bima , berjalan menuju dapurnya.
Ya, kegiatan ibu Bima membuat kue untuk di jajakan , dulu yang biasa menjajakan kue buatannya adalah Hayati, berhubung Hayati sudah menikah . Kini ia menitipkan kue - kue buatannya ke toko - toko, kadang orang - orang memesan untuk acara - acara tertentu,seperti hajatan dan lain- lain.
Semenjak suaminya meninggal ia berusaha untuk bisa menghasilkan uang dengan membuat kue ,terbukti kue- kue buatan ibu Bima sangat banyak peminatnya, karena kue buatannya sangat enak.
Sementara di tempat lain, Fatimah sedang memikirkan ucapan dari tetangganya, tadi saat pergi ke warung, tanpa sengaja Fatimah mendengar tetangganya sedang membicarakan keluarga besannya.
Ia dengar keluarga itu kini jatuh miskin, apa benar begitu ? pikir Fatimah.
Ah, nanti ia akan menanyakan langsung pada Hayati.
Gubrak....
"Ah..aduh,,!!" teriak pak Ahmad.
" Bapak,,,!! bu Komala panik melihat suaminya jatuh tak berdaya di samping pohon mangga di belakang rumahnya.
" Tolong bu..bapa tidak bisa bangun..! " ucap pak Ahmad sambil meringis kesakitan .
bu Komala berlari ke rumah memanggil Bambang anaknya.
" Bambang ...!! cepat tolong bapak jatuh ..!!" teriak bu Komala panik.
" Bapak..!! " teriak Bambang dan Hayati.
Bambang pun menggendong tubuh bapak nya itu dan membawanya kedalam kamar.
" Cepat panggil dokter..!" perintah bu Komala .
Bambang pun cepat - cepat menghubungi dokter yang biasa di panggil ke rumah.
Tak butuh waktu lama dokter pun telah tiba, dan langsung memeriksa keadaan pak Ahmad.
" Keadaan pak Ahmad cukup serius, harus segera di bawa ke rumah sakit." ucap dokter menjelaskan.
" Apa ..? bapak ! " terik bu Komala histeris .
" Bu ,sabar ya...semoga bapak masih bisa di obati," ucap Hayati menenangkan ibu mertuanya.
Mereka pun membawa pak Bambang ke rumah sakit, kata dokter selama beberapa hari harus di rawat .
" Darimana kita mendapatkan uang untuk biaya pengobatan bapakmu Bang ? " keluh bu Komala,sambil menahan isak tangisnya.
" Entahlah bu, aku juga bingung..!" timpal Bambang sambil mencengkram rambutnya kuat - kuat, ia merasa terpukul melihat kondisi pak Ahmad.
" Sabar ,Bang...!" ucap Hayati menenangkan suaminya.
" Hayati , kamu pergi ke toko emas ,tolong jual gelang ini, untuk membayar rumah sakit ." ucap bu Komala, sambil menyerahkan gelang kesayangannya.
" Baik bu," ucap Hayati , lalu segera pergi untuk menjual gelang emas itu,Hayati sangat terpukul dengan apa yang menimpa keluarga ini, cobaan datang silih berganti.
Semoga kami kuat menjalani cobaan ini.Ucap Hayati dalam hati sambil menangis.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments