Di malam itu, entah mengapa alam semesta semakin gencar menggertak bumi. Hujan yang terus menerus datang seolah tidak rela membiarkan Ardian datang ke tempat Dokter Chan, seperti membawa isyarat akan suatu tragedi yang telah menimpa hidupnya di malam itu.
Tapi sayang sekali, mungkin Ardian masih belum menyadari apa yang telah terjadi di malam itu.
Jlger!!
🍂🍂🍂🍂🍂
Krieeett!!
Ardian membuka pintu rumah yang dia serahkan pada dokter Chan sebagai tempat persembunyian yang aman.
Sesungguhnya, dia tidak tahu dan tidak menyangka bahkan tempat itu pun bisa di tembus musuh!!
Ya!!
Lampu tidak ada satu pun yang di nyalakan, pun keadaan rumah yang berserakan bagai tidak terurus.
Atau mungkin, sudah ada pergulatan panas di tempat yang tengah dia pijaki saat ini.
Arkh!!
Semoga saja tidak terjadi apapun pada Dokter Chan!
Jreng!!
Lampu di seluruh ruangan terlihat menyala seketika, membuat Ardian tahu ada orang lain di rumah ini yang telah memporak porandakan seluruh isi rumah.
"Hahahaha..."
Doni!
Tentu saja pria itu!
Iblis berwajah manusia itu terlihat menuruni tangga sambil tertawa terbahak-bahak membawa sebuah kepala yang telah terpisah dari tubuhnya!
Ardian merasa bergidik ngeri melihat semua bekas kejadian tragis yang menimpa Dokter Chan di sana.
Blum!!
Dengan entengnya tangan Doni melempar kepala di penuhi dengan darah itu hingga menggelinding sampai di lantai bawah, tepatnya di depan tempat Ardian berdiri.
Hihh!
Bagai melihat langsung film Psychopath yang di putar di negara barat tanpa sensor, atau tanpa penghalang apapun.
Kejadian ini sungguh mengerikan!
Ternyata nyali Doni sudah terlalu berani hingga dia tidak lagi ragu untuk menghabisi nyawa seseorang dengan setragis ini.
"Bagaimana hasil karyaku! cukup memuaskan bukan?" tanya Doni pada Ardian setelah dirinya tiba di hadapan Ardian.
Ardian yang datang hanya seorang diri itu tidak merasa gentar sedikitpun, meskipun puluhan orang telah berhasil mengepung dirinya, dan bersiap menghabisi dia kapan saja mereka mau.
"Huhh! sayang sekali kamu agak sedikit terlambat! kalau saja kamu datang sekitar dua jam yang lalu, mungkin saja kamu masih bisa menyaksikan darah segar yang baru keluar dari hasil eksekusi si Dokter muda ini!!"
Ardian hampir muntah melihat kondisi rumah bekas penyiksaan terhadap dokter muda yang telah membantunya tersebut.
Memang rumah ini sudah di dominasi oleh bau anyir darah bercampur dengan bau dari segala macam hal yang sangat menakutkan.
Mendadak hawa di tempat itu menjadi dingin, bahkan lebih dingin dari benua Antartika.
"Hemm! jadi apa yang perlu kamu banggakan dari semua yang telah kamu lakukan pada anak tidak berdosa itu?!" tanya Ardian cukup santai.
"Apa yang bisa aku banggakan katamu? tentu saja aku sangat bangga! kamu telah membuat aku menghabisi banyak nyawa dengan begitu lihai!" menunjukkan tangannya, dan berekspresi di sana.
Kemudian tangan satunya terlihat meraih pisau belati dari uluran tangan seorang anak buahnya, dan memperlihatkan darah yang telah mengering di sana.
"Kulit anak muda itu sangat keras! bahkan rasanya jauh lebih keras dari pria berusia lima puluh sembilan tahun yang aku bunuh beberapa Minggu yang lalu.." ucap Doni seakan berusaha menunjukkan keahliannya dalam mengeksekusi seorang manusia.
"Heh! apa gunanya kamu hidup, kalau ternyata, seumur hidup kamu hanya kamu gunakan untuk membunuh orang!"
"Ardian, ini semua gara-gara kamu! kamu yang sudah membuat aku menjadi pria bajingan yang senantiasa haus akan kasih sayang, pun haus akan cinta dari seorang wanita!"
Kedua kakinya melangkah dan terus mencoba mendekati arah Ardian.
"Kamu bahkan tidak mengerti betapa hancurnya hatiku saat harus merelakan istriku di periistri oleh kamu, dan ibuku yang dipenjarakan seumur hidup oleh kamu!" berhenti, "oh! satu lagi, dan ayah aku yang di rebut secara paksa oleh ibu kandung kamu! sudah bisa kamu hitung, berapa dosa yang harus kamu tebus untuk membayar semua hutang kamu padaku?!"
"Aku tidak punya hutang padamu! kamu yang punya hutang padaku!"
"Ah? aku punya hutang? oh! mungkin hutang akan nyawa lima dokter terbaik ini?"
"Bukan! tapi hutang kamu yang lain!"
"Hahahaha... aku bahkan lupa kapan aku mengucapkan janji padamu?!"
"Aku selalu ingat, saat kamu berjanji tidak akan mengganggu kehidupan Naira dan aku lagi, lalu kamu merelakan dia untuk hidup bahagia bersama denganku!"
"Oh?! apa aku pernah mengatakan janji itu padamu?"
"Kau tidak akan lupa janji kamu di penjara hari itu!"
"Hahaha.. sayang sekali, aku tidak pernah menepati janjiku!"
"Yah! sama seperti kamu, jika kamu menganggap aku memiliki hutang padamu, aku pun tidak merasa ingin membayar semua hutang itu untuk kamu!!"
Mendengar jawaban sang Ardian yang begitu menohok dan berhasil menjatuhkan semua yang dia miliki saat itu, membuat Doni mengamuk dan memelototkan kedua matanya.
"Sok alim! bahkan dewa pun akan membenci ucapan busuk dari mulut orang busuk seperti kamu!!"
"Tapi aku bukan pria busuk seperti yang kamu katakan! justru terkadang yang menyimpulkan orang lain busuk, sebenarnya dia sedang mengatakan aibnya sendiri!"
"Pecundang!! bajingan!!" geram dan tidak bisa menahan emosi yang meledak-ledak.
Hiyaaaa!!!
Melayangkan pisau tepat pada arah Ardian, dan membuat pria itu harus segera menghindar sebisa mungkin.
Wosh!!!!
Menghindar dengan lihai!
Berhasil!!
Mengembalikan posisi dia!!
Namun..
Bukk!!
Bukkk!!?
Bam!!
Brukkk!!
Pergulatan yang panas terjadi. Dua orang itu saling memukul dan saling mencoba menghabisi satu sama lain.
Pufff!!
Blam!!
Tubuh Ardian di banting ke sebuah meja kayu, yang mengharuskan pria itu menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Hehh! lama tidak berjumpa, ternyata kamu masih tetap pengecut!!" ucap Doni meledek sang lawan.
Namun Ardian bukanlah tipe pria yang bersikap rendah. Harga diri baginya adalah saat dia mampu membela yang benar, dan menghabisi yang salah!
Bangun dan memposisikan dirinya lebih tegak lagi.
"Yang aku tahu adalah, kamu sendiri yang seorang pengecut!!"
Bukk!
Bukk!!
Blam?!!!!
Sekarang giliran Ardian yang melampiaskan amarahnya pada Si Doni itu.
"Arkh!!"
Pertengkaran mereka semakin sengit, pun semakin tidak bisa di kendalikan, hingga pada akhirnya, Doni ambruk ke lantai, dan Ardian berhasil berdiri tegak di atas tubuh Doni.
Sekarang tangan Ardian berhasil meraih pisau belati di sisi kanannya, dan telah menguasai jalannya pertandingan.
"Kau mau tahu apa penyesalan terbesarku dalam hidup ini?" bertanya ke arah wajah Doni.
"Aku menyesal hari itu tidak langsung membunuh kamu!!"
Ardian mengangkat pisau di dalam genggaman kedua tangannya, dan akan segera menghabisi Doni saat itu juga.
Semua orang di sekitar Doni juga telah bersiap untuk menyerang Ardian. Namun mendadak Doni mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Ardian urung melakukannya!
"Jika aku mati, maka kamu tidak akan bisa mendapat penawar racunnya!!"
"Apa?!"
💕💕💕💕💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments