"Maaf Tuan, apa yang anda maksud? apa anda mengira saya sedang berbohong padamu?" tanya sang dokter ketakutan.
"Ya! saya berpikir begitu.." ucap Ardian dengan begitu yakin.
Sementara, Naira dengan mengambil langkah cepat langsung saja menuju arah suaminya dan menghentikan apa yang sedang di lakukan oleh Ardian.
"Sudahlah! mungkin memang seperti itu, lagipula, bukan hanya dia saja yang mengambil kesimpulan yang sama, dan hasil yang sama. Jadi mungkin memang hal ini sangat wajar bagiku Ardian!"
"Tidak! aku sungguh tidak mempercayai apa yang mereka semua katakan! jelas-jelas kamu amnesia dengan waktu yang lumayan lama, mana mungkin semua itu hanya hal wajar yang perlu aku maklumi?" dia tetap bersikukuh.
Ardian mendekat ke arah sang dokter dan kemudian mengancam dokter tampan itu untuk mengaku segala hal yang terjadi.
"Katakan padaku, ada apa dengan kalian! kau tidak bisa membohongi kami di sini! sekalinya kamu masuk dan berbohong, maka kamu tidak akan bisa selamat dari peluru milikku!" Kali ini ancaman sang legenda perang dalam perjuangan itu akhirnya bisa membuat sang dokter tidak bisa berkutik lagi.
"I-iya Tuan.. aku akan bicara.. sejujurnya, aku sungguh takut kalau-kalau saja di sini ada orang yang berusaha untuk mengawasi aku!" dokter itu mengakui segala hal yang dia rasakan.
"Apa maksud kamu?"
"Tuan! kita bicara baik-baik, dan tolong pastikan nyawaku akan aman selama berada di sini!"
"Katakan padaku! kalau kamu mengatakan semuanya, maka aku akan jamin kehidupan kamu akan sangat aman berada di sini!"
"Baiklah! aku akan mengatakan semua yang aku ketahui padamu!"
Ardian melepas pegangan tangannya pada manusia itu, dan memilih mendengarkan perkataan laki-laki dokter di depannya.
"Tadi malam, ada beberapa orang yang datang ke rumahku! sebenarnya, aku memang mendapat hasil yang berbeda, aku menemukan racun di tubuh Nyonya Naira, dan racun ini akan sangat berbahaya bagi nyawa Nyonya, aku ingin segera mengirim file pada Tuan malam itu juga. Tapi tiba-tiba saja mereka datang! pria itu datang!"
"Pria siapa? siapa yang kamu maksud di sini?" Ardian mendesak sang dokter.
"Pria itu berkata padaku, kalau dirinya lah yang sudah memberikan racun untuk Nyonya Naira, dan membuat Nyonya amnesia selama satu tahun terakhir."
"Siapa dia?"
"Aku tidak tahu! yang jelas, dia mengancam aku kalau sampai aku membocorkan rahasia ini pada Tuan, maka aku sendiri yang akan tewas!"
Ardian begitu geram. Dia mengambil ponsel di dalam sakunya, dan memperlihatkan wajah di ponselnya untuk bertanya pada laki-laki itu.
"Apa laki-laki ini yang kamu maksud?" tanya Ardian sambil menunjukkan sebuah foto.
"Iya Tuan! laki-laki itu yang datang! dia yang mengancam aku tadi malam!"
"Bajingan! sudah pasti dia yang melakukannya, memangnya siapa lagi?!"
Naira hanya melihat suaminya yang sedang berkeluh kesah mengenai pria di dalam ponsel yang tidak lain adalah Doni! mantan suaminya.
"Aku akan menjamin keselamatan kamu, kalau kamu bisa menyembuhkan istri saya, dan mengeluarkan racun di tubuh dan otaknya itu! aku ingin dia sembuh!"
"Baik Tuan! saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan nyonya Naira!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Esok harinya..
Masih pagi-pagi sekali...
"Hana, apa kamu masih belum selesai juga? kamu tidak tidur semalaman, hanya untuk membuat kue resep baru kamu." Ucap Visha sambil terus menjaga anak Hana, Zhoulin.
"Vish, aku sudah selesai! ini sebenarnya resep lama milikku, tapi cobalah, rasanya tidak kalah enak dengan kue buatan koki terkenal."
"Ah! yang benar saja! jangan buat aku memuji kamu! kamu sudah terlalu banyak mendapat pujian, apa lagi dari keluarga Morgan!" memasang wajah muak.
"Haha.. kamu iri padaku Vish? lihat saja! aku bahkan bisa menaklukkan pria kaya seperti Morgan, aku harap kamu mengambil pelajaran berharga dari situ!" nada meledek.
"Pelajaran berharga apa? pelajaran berpakaian yang indah, tentu aku sudah melakukannya, aku bahkan berdandan jauh lebih baik darimu. Iya kan?"
"Tidak tahu!" mengangkat bahu, setelah meletakkan kue buatan tangannya di atas meja. "Lupakan hal itu, dan cobalah cicipi resep lamaku ini! aku bahkan mendapatkan resep ini dari nenek dan kakekku."
"Apa kamu berasal dari keturunan koki terhebat?"
"Bisa di bilang seperti itu, hanya saja, terkadang aku lupa kalau sebenarnya, aku tidak punya kemampuan memasak yang baik seperti kakek dan nenekku."
"Mungkin saja keahlian mereka benar-benar menurun drastis setelah sampai di tangan cucu konyolnya.. hahahaa..." wanita itu kembali membuat berisik rumah kecil itu.
"Sudah cukup bercandanya! sekarang nikmatilah kue ini! aku yakin kamu akan menyukainya.."
"Baiklah! aku akan mencobanya.."
Visha mengambil satu potong kue di atas piring di meja makan, lalu mulai menggigitnya dengan perlahan.
Duarrrr!!!
Jlger!!!!
Dan entah suara apa lagi yang bisa menggambarkan suasana mulut dan hatinya saat pertama kali merasakan resep turun-temurun dari keluarga Hana ini. Ini.. sungguh nikmat sekali. Benar-benar seenak ini.
"Enak sekali!! kamu bahkan tidak menggunakan resep baru tahun ini, hanya asli berasal dari resep turun temurun, tapi mengapa rasanya bisa seenak ini.." Menikmati..
"Tuh kan? kamu sendiri yang ketagihan.."
"Hana, aku yakin kamu akan segera mendapat kemajuan usaha kue ini kalau kamu menjadikan kue ini sebagai menu utama di toko kamu!"
"Cihh! menu utama! sudah seperti restoran besar saja!"
"Aku serius, coba saja memakai saranku, aku yakin, toko kue kamu akan sangat laris."
"Aku memang berniat untuk memasukkan kue ini dalam daftar kue di toko, ya sudah, aku akan segera menuju toko, kau akan datang bukan?"
"Siap Nyonya! tapi kalau urusan membuat kue ini, maaf ya, sepertinya aku hanya akan mengacaukan resep kamu saja. Buatan tangan sendiri jauh lebih baik daripada di campuri dengan tangan orang lain kan?"
"Iya, iya.. aku tahu kalau kamu memang tidak mau membantu aku.."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sore harinya...
"Di mana orang itu? kenapa dia belum juga mengambil berkasnya?"
Ardian tengah mondar-mandir di ruang tengah dalam rumahnya dengan cemas. Sudah sekitar jam lima sore, tapi Allianz bahkan belum juga datang untuk mengambil berkas yang akan dia butuhkan saat berada di kota X nanti.
Ya!
Entah itu benar-benar penting atau hanya sekedar alasan saja, karena yang pasti, Ardian mengetahui keberadaan Hana di kota itu. Dari pada dia mengirim seseorang untuk menjemput Hana pulang, alangkah lebih baik baginya kalau Allianz sendiri yang menjemput sang istri untuk pulang bukan.
Tapi yang di tunggu-tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Hhh!
Sebenarnya, kemana orang itu pergi? awas saja kalau Allianz mabuk lagi!!!
♥️♥️♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments