"Ya, kamu benar, aku terlalu lemah menghadapi semua ini. Mungkin alangkah lebih baiknya kalau aku mati saja!" Mungkin dia tidak sadar akan ucapannya barusan.
"Mati saja sana!! Ingat Allianz, aku pernah kehilangan Naira selama satu tahun, tapi aku tidak pernah selemah kamu! Kalau mau mencari anak dan istrimu, maka hilangkan sifat lemah kamu itu!!"
"Ar, mungkin dia tidak mau lagi menemui aku, aku tidak tahu.. Yang jelas, aku menyesal telah menuduh dia yang menuangkan racun di dalam makanan ibuku." Ucapnya dengan penuh penyesalan.
"Kalau kamu menyesal, bisakah berjuang untuk mendapatkan wanita itu kembali tuan Allianz?" Sekarang Ardian nampak sedikit kesal, "anda tidak bisa menemukan kakak ipar kalau dirimu saja sudah kacau begini."
"Ardian, kau punya tim khusus yang bisa membantu aku, kenapa kamu tidak pernah mengerahkan mereka untuk mencari keberadaan Hana?"
"Jika saja mereka sudah menemukan Hana, aku pasti akan langsung memberitahu kamu!! Aku juga sedang membantu kamu, kamu pikir aku tidak pernah peduli padamu begitu?"
"Entahlah, aku rasa, aku memang memiliki nasib yang buruk."
"Kau sudah sering merasakan penyesalan seperti ini. Apa sedikitpun kamu tidak pernah merasa ingin berubah, atau introspeksi diri?"
Allianz tertegun mendengar perkataan dari adik iparnya tersebut. Jari-jarinya perlahan mulai mengetuk-ngetuk muka meja, dan menimbulkan irama yang begitu khas.
Tak tak tak tak!!
Pria itu terlihat berpikir sedalam yang dia bisa.
Dan setelah beberapa saat menghabiskan waktu untuk berunding dengan otaknya, akhirnya Allianz memutuskan untuk bangkit.
"Baiklah, aku akan mulai bekerja!!"
"Tidak, kau salah.. Kau harus berlatih dulu selama dua Minggu, baru setelah itu, kamu akan mendapat bidang yang cocok untuk keahlianmu."
"Bidang yang cocok untuk keahlianku? Tentu saja leukemia, dan penyakit kanker lainnya."
"Berhentilah bercanda, pekerjaan baru kamu akan membuat kamu melupakan masa lalu yang kelam, aku harap.."
...****************...
Sore harinya..
"Huhh!! Visha, aku sangat gugup, aku tidak tahu apa keluarga Lu menyukai kue buatan tangan kita atau tidak." Ucap Hana setelah mereka tiba di depan kediaman Lu Zafier.
Mereka masih saja setia berdiri sambil menatap bangunan besar dan mewah yang letaknya memang tidak terlalu jauh dari kediaman Morgan.
Dua wanita itu hanya berusaha untuk menenangkan diri, dan menata degup jantung mereka yang terus memburu karena gugup.
Sementara, Zhoulin, anak kecil berusia tiga belas bulan itu masih asik dalam gendongan ibu angkatnya dan memainkan jari-jarinya dengan lihai.
"Entahlah, Hana, aku mungkin tidak akan ikut masuk ke dalam, lihat saja pakaian yang aku kenakan, bukankah kita akan merasa malu kalau masuk ke dalam rumah sebesar ini, dengan mengenakan pakaian seperti ini." Jelas Visha panjang lebar.
"Kalau kau mempermasalahkan pakaian, aku malah mempermasalahkan pakaian dan kue buatan tangan kita. Apa mereka akan suka?"
Mereka berdua yang sedang cemas, tidak menyadari seseorang datang dari arah selatan dengan mobil mewahnya, lalu turun mendekati mereka berdua.
"Hai, Hana!!" Duda itu rupanya datang juga ke sini.
Hana menoleh dan mendapati Morgan di sana.
"Morgan? Kau pun datang? Apa kamu di undang dalam acara ulang tahun putri tuan Lu Zafier itu?" Tanya Hana pada Morgan.
"Hahaha... Apa kamu tidak tahu? Aku dan Lu Zafier adalah saudara sepupu, kakek kami adalah tuan Lu Ruther yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."
"A? Jadi kalian masih sepupuan? Kenapa aku tidak tahu?" Sekarang malah Visha yang terlihat terkejut.
"Bukannya kamu sahabat Hana ya?" Tanya Morgan pada Visha.
"Iya, aku sahabatnya Hana. Kami datang ke sini untuk mengantar kue pesanan tuan muda Lu Zafier untuk acara ulang tahun putrinya."
"Aku tahu, lalu kenapa kalian masih belum masuk ke dalam?" Sekarang wajah Morgan terlihat di penuhi oleh tanda tanya.
"Kita tidak akan masuk ke dalam dengan pakaian seperti ini bukan?" Ucap Visha menjelaskan.
"Jangan begitu, keluarga besar Lu tidak pernah memandang seseorang dari segi penampilan. Ayo masuklah, kita akan menikmati pesta ulang tahun ini dengan kegembiraan."
"Tapi, Morgan, bagaimana kalau kamu saja yang masuk? Sekalian bawakan juga kue ini ke dalam.." Pinta Hana agak memaksa.
"Siapa yang harus mengantarnya? Bukankah kamu yang lebih berwenang mengantarkan kue-kue ini ke dalam rumah Lu Zafier? Sudahlah, masuk saja, jangan sungkan begitu.." Menatap Zhoulin, "Zhoulin milik paman..." Mengulurkan tangan pada si kecil Zhoulin, yang langsung saja di sambut oleh Zhoulin kecil yang lucu.
Keduanya berpelukan, dan menikmati waktu layaknya ayah dan anak.
"Peluk paman sini.. Paman kangen sama kamu.." Mengecup Zhoulin bertubi-tubi.
"Kalian ini, baru saja satu Minggu tidak bertemu, rasanya sudah berabad-abad saja.." Ledek Visha.
"Kalau begitu, kita masuk saja sekarang, Lu Zafier dan istrinya pasti sudah menunggu kedatangan kalian.."
Sekarang Morgan tidak menerima alasan apapun dari mulut Visha dan juga Hana.
Mereka hanya bisa pasrah tatkala Morgan membawa Zhoulin untuk masuk lebih dulu bersama dengannya.
"Wahhh!! Cucu nenek sudah datang..." Ibu dari Morgan memang selalu menganggap Zhoulin sebagai cucu kandungnya.
Dia bahkan tidak berpikir kalau mungkin saja putri semata wayang dari Morgan bisa saja cemburu.
"Kemari sayang, cucu nenek yang tampan.."
Gadis yang sedang duduk di sofa terlihat membisu.
Aku yang cucunya, tapi dia malah memanggil anak orang lain sebagai cucu. Apa itu adil?
"Hei, Hana.." Bisik Visha dengan pelan, "apa kamu sebelumnya pernah mengenal keluarga ini?"
"Aku hanya mengenal Morgan, kedua orang tuanya, dan putri kandung Morgan yang duduk di sofa itu, namanya Aura." Dia berbisik lagi.
"Tapi kenapa mereka seakan begitu dekat dengan Zhoulin? Kamu menyembunyikan sesuatu dariku ya?"
"Mana mungkin, ayah dan ibunya Morgan memang ingin memiliki cucu laki-laki, dan saat itu, Morgan membawa Zhoulin untuk bermain ke rumah mereka, jadi kau sudah pasti tahu lah, bagaimana cerita selanjutnya.."
"Jadi begitu, ya.."
"Eh, kuenya sudah datang..." Terdengar suara dari dalam.
Dan suara itu, rupanya berasal dari istri Lu Zafier, Falisa.
"Ini nyonya kuenya.." Hana dan Visha memberikan kue di tangannya kepada para pelayan di rumah itu.
"Wah, terima kasih sudah mau di repotkan oleh saya." Ucap Falisa dengan ramah.
"Tidak apa-apa nyonya. Ini semua juga pekerjaan kami." Sekarang Hana yang mencoba ramah.
"Iya, untung saja Morgan mengatakan padaku kalau dia mengenal penjual kue yang rasanya sangat enak. Aku meminta dia untuk membelinya, dan setelah aku cicipi, memang rasanya sangat enak."
"Jadi, Morgan yang sudah meminta nyonya untuk memesan kue saya?" Tanya Hana penuh kebingungan.
"Tentu saja, pria itu sangat merekomendasikan kue kamu itu.."
Ooohhh, jadi pria itu rupanya!!
♥️♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments