"huufftt, itulah mbak makanya kenapa aku sampai kekenyangan kaya gini" jawabnya dengan wajah tertunduk.
"eehh kenapa?" tanyaku penasaran, sementara Sintia sudah meledakkan tawanya mendengar keluhan dari Rey.
"iihh kamu kenapa si sin ketawa sampe kaya gitu, jangan jangan kesambet lagi ni anak" kata mama memukul pelan tungkai kaki Sintia dengan agak kencang.
"iihh sakit tau ma" jawab Sintia dengan menggosok-gosok tungkai yang di pukul oleh mama.
"yaa gimana ga lucu, orang mas Rey terpaksa ngehabisin hampir dua porsi bakso. mana porsi yang dia beli porsi lava yang super pedes ditambah ngabisin punya Nayla yang isi tiga, Segede kepalan tangan dia. ga kenyang lah ma hahahaha liat mukanya sampe kaya gitu tuh" jawab Sintia tertawa melihat mimik wajah Rey.
"diam kamu sin, ini kan karna kamu yang gamau bantuin ngabisin punya Nayla. harusnya tadikan kita bisa paroan, tapi kamu malah gamau" jawab Rey yang merasa kesal dengan sintia.
"yaa gimana mas, perut aku ngga muat kaki harus dimasukin sama bakso punya Nayla lagi. mas tau sendiri tadi aja aku juga makan lava sama kaya yang mas makan, perut mas sama perut aku kan beda mas" jawab sintia dengan santai.
"hahaha makanya jangan gaya ngajak Nayla makan bakso disitu, lagian kenapa ngga kamu kasih bakso halus aja si Nayla tadi? kan isinya palingan enam atau tujuh, itu kan pas untuk porsi anak kecil. kalo Segede gitu ya jelas lah Nayla gaabis, mbak juga belum tentu abis makan yang segitu" jawabku terkekeh mendengar perkataan Sintia yang menertawakan Rey.
"iyaa mbak, udah aku bilangin kaya mas Rey gapapa udah yang itu aja biarin aja seterah nay. yaudah pas nay ngga abis ya aku gamaulah ngabisin, orang mas Rey yang maksa ya mas Rey yang tanggung jawab kalo mau gaabis hahaha" jawab sintia tak bisa menghentikan tawanya.
"hust udah udah, makanya lain kali makan bakso biasa aja itu yang disebelah Pedro. enak juga sama aja malah lebih murah, palingan juga cuma lima belas ribuan. habis berapa kamu di bakso RJ?" tanya mama membuat Rey menggaruk tengkuknya.
"habis hampir lima ratus ma" jawab Rey dengan pelan.
"lima ratus apa? ribu?" tanya mama membuat Rey menganggukan kepala dengan pelan.
"makan bakso doang sampai segitu? masyaallah Rey, kalo makan di sebelah Pedro itu udah dapat lebih dari tiga puluh bungkus tau ga kamu, sayang sayangin duit aja deh" bentak mama dengan kesal pada anak lelakinya tersebut, aku pun menggelengkan kepala mendengar Rey yang menghabiskan hampir lima ratus ribu hanya untuk makan bakso mereka bertiga.
"habis gimana ma, Rey pengen si makan kesana. tapi ga pengen sendirian yaudah rer ngajak nay, nah karna sintia tadi kelihatan ngenes ngga diajak yaudah Rey ajak juga" jawab Rey membuat Sintia membelalakan mata dan mengerucutkan bibirnya.
"enak aja kamu mas, kamu yang ngajak juga" jawab Sintia dengan mencebikkan bibirnya.
"udah udah, sekali ini aja deh makan disana ya Rey. mending duitnya buat hal yang lain dibanding cuma buat makan doang aja habis segitu" jawab mama membuat Rey mau tak mau menganggukan kepala menuruti apa yang mama katakan.
"iyaa Rey, lagian kamu ini ada-ada aja deh ah" jawabku yang heran dengan sikap Rey.
"hehe sekali-sekali mbak" jawab ya dengan santai.
"mbakmu itu mau pulang Rey disuruh sama suaminya, eehh bukan deh disuruh sama mertuanya lebih tepatnya" kata mama membuat Rey menyeritkan kening.
"kok disuruh mertua mbak Diah? emang disana ada yang mau bantu ngurusin rumah dan keperluan mbak dirumah sana!" tanya Rey menatap ku heran.
"yaa ngga ada, kaya yang mbak bilang tadi palingan nanti mbak yang ngerjain semuanya. ya kamu tau sendirilah, siapa yang bisa mbak andalkan disana" jawabku setenang mungkin, karna aku tau Rey juga pasti akan menentang seperti apa yang mama lakukan.
"kalo gitu kenapa mbak disuruh pulang, mas Lukman kan tau kalo mbak masih masa pemulihan. dan itu juga prosesnya masih lama, apa dia ga faham juga" jawab Rey yang mulai merasa kesal dengan sikap mas lukman.
"itu lah Rey, mama juga kesel. mana yang nyuruh ibunya, emang mereka fikir mbak mu itu pembantu apa main suruh pulang begitu aja. udah ga pernah jenguk, jangankan jenguk telpon aja ngga sekedar nanya kabar. iyakan?" kata mama membuat Rey langsung menganggukan kepala dan menatap tajam aku yang langsung menundukkan kepala.
"aku jadi penasaran, bagaimana keseharian mbak dirumah yang berdekatan sama mertua mbak itu. apa mereka sering main kerumahmu mbak" tanya Rey, aku pun hanya menjawab dengan menaganggukan kepala.
"sering Rey, bahkan mereka sering minta makanan kerumahku apa yang aku masak mereka makan. kakaknya Lukman juga suka pinjem uang ke aku walaupun cuma sepuluh ribu tiap minjem, padahal duit sepuluh ribu itu gede buat karna karna ya tau sendiri lah aku kan cuma dikasih mas Lukman lima puluh ribu tiap hari" jawabku dengan menundukkan kepala.
"nah kan, terus itu diganti?" tanyanya penasaran.
"ngga, ga pernah diganti sama sekali" jawabku menggelengkan kepala.
"kenapa kamu ga lawan mbak, katanya kan kakaknya mas Lukman itu dijatah empat juta setiap bulan kontrakan juga dibayarin mertuanya yang pensiunan TNI itu. masih juga buka percetakan yang sehari ngga mati dapat seratus ribu, kok masih minjem sama mbak yang cuma dikasih jatah belanja lima puluh ribu sehari?" jawab Rey dengan detai membuatku terdiam, aku sama sama sekali ngga pernah kepikiran hingga kesana sementara Rey langsung menyambungkan ke arah situ.
"yaa mbak juga gatau Rey" jawabku pelan.
"itulah, mbak mu selama ini cuma dibodohi sama keluarga mereka cuma diem dan nurut padahal anaknya gede ga pernah menghargai istrinya. heran mama" jawab mama dengan wajah kesal.
"terus gimana, mbak jadi mau pulang?" tanyanya penasaran, aku pun menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"kenapa?" tanyanya lagi.
"mama ngga ngizinin lah, selama masa pemulihan lebih baik Diah kan disini apalagi disana ngga ada yang diandelin. buat apa, iyakan?" jawab mama seketika membuat Rey menganggukan kepala.
"bagus kalo gitu, biar aja mas Lukman yang nyamperin kesini. buat apa juga pulang ngga ada yang bantuin dirumah" jawab Rey lagi membuatku kembali terdiam.
"iyaa kalo dia ngga kesini juga berarti emang Lukman udah ga butuh kamu, gitu aja si Diah. iyakan Rey?" jawab mama memberikan pertanyaan pada Rey yang langsung diberikan jawaban anggukan kepala olehnya.
"iyaa betul mbak apa yang mama bilang, sebaiknya mbak pikirkan kedepannya untuk mbak dan kedua anak mbak. Rey hanya kasih saran, mbak mending hubungin tempat kerja mbak yang dulu. aku yakin mereka pasti masih mau menerima mbak, karna kerja mbak yang bagus dan mbak juga keluar dengan cara yang baik" jawab Rey dengan nada yang tak biasanya.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments