Rey pun meninggalkan aku dan juga mama yang masih terus mengoceh sendiri didengarkan setia oleh bapak, aku pun menggeleng tak percaya dengan tindakan yang dilakukan oleh Rey.
"ma, pulang yuk. kasian Nayla kayanya, belum mandi juga dia" kataku pada mama yang masih memijit kaki bapak.
"yasudah kamu duluan aja gih, mama sama bapak biar disini dulu. bapak masih belum mau pulang" jawab mama membuatku menganggukan kepala.
"yaudah kalo gitu aku pulang duluan deh, yuk nay" ajakku pada Nayla yang langsung diangguki olehnya.
"nay pulang dulu ya uti, akung" kata Nayla pada mama dan juga bapak.
"iyaa nay" jawab mama dengan senyum mengembang.
aku pun berjalan menuju rumah mama dengan mengandeng Nayla dan juga menggendong Syifa, tak perlu waktu lama akhirnya kami pun sampai dihalaman rumah dan melihat Rey yang tengah mempersiapkan untuk mencuci motor.
"libur apa Rey? kok nyuci motor" tanyaku pada Rey yang menggeleng.
"ngga mbak, masuk siang nanti. aku izin setengah hari hari ini" jawab Rey yang membuatku hanya membuatkan bibir.
"Rey, kayanya mbak mau pulang kerumah mas Lukman deh. gimana menurut kamu?" tanyaku pada Rey sambil duduk dikursi depan pintu rumah.
"yaa gapapa mbak, tapi emangnya mbak udah gapapa sama jaitannya" tanya Rey tanpa mengalihkan pandangan dari motor yang tengah ia cuci menggunakan selang.
"aku sih udah gapapa ya, cuma masih rada sedikit ngilu aja si" jawabku membuatnya langsung terdiam menghentikan pekerjaannya.
"terus siapa yang akan bantuin mbak dirumah nanti kalo mbak pulang kerumah mas Lukman? sementara disana ngga ada yang bisa diandalkan" jawab Rey yang membuatku sedikit terdiam.
"yaa ngapain ngandelin orang Rey, toh mbak juga bisa mengerjakan semuanya sendiri" jawabku dengan santai.
"iyaa tapi maksud aku gimana sama pekerjaan rumah mbak nanti siapa yang mau bantu? mbak kan belum bisa mengerjakan pekerjaan berat" jawab Rey yang mulai bisa serius.
"kan mbak bisa loundy pakaian, kalo cuci piring si masih oke lah ya ngga terlalu berat. dan nyapu ngepel kan bisa mbak kerjain dua atau tiga hari sekali, Nayla juga bukan anak yang suka main kotoran jadi amanlah menurut mbak" jawabku membuatnya sedikit menaganggukkan kepala.
"yakin tuh baju bakalan di loundry? emang mertua mbak ngga mencak mencak ntar?" tanyanya membuatku sedikit terkekeh.
"itu juga si sebenernya yang mbak pikirin, cuma mau gimana lagi. kalo mikirin kaya gitu terus mah pusing mbak Rey" jawabku disela tawa yang terdengar.
"iyaa juga si mbak, cuma gimana ya. eemm kenapa si mbak ngga pindah aja ngontrak disini, percuma juga ngedeket disana kalo mbak ga pernah ada yang bantuin kalo kerepotan" kata Rey yang terlihat kesal.
"mas Lukmannya gamau Rey, katanya kalo disini susah cari sampingan beda sama disana. alasnya gitu sih, tapi ya alasannya lainnya kamu tau sendiri lah" jawabku membuatnya tersenyum sini sambil menyabuni motor matic kesayangannya tersebut.
"heran deh sama mas Lukman, tau enak sama sodaranya begitu masih aja dideketin. sebenarnya dia itu Beloon atau gimana si, heran deh" kata Rey dengan kesalnya.
"hust jangan begitu ngomongnya" sahutku yang tak setuju dengan apa yang Rey katakan.
"haahh, yasudahlah terserah mbak kalo mau pulang. aku si ga masalah, tapi mbak bawa deh ya ATM mbak yang lama itu. kan ada sama aku, nanti setiap bukan aku transfer buat jajan mbak sama Nayla." kata Rey membuatku seketika berbinar.
"yang bener Rey? tapi, ATM mbak kan udah lama ngga digunain. emang masih bisa apa?" tanya ku yang langsung dijawab gelengan lemah.
"yaa gatau juga mbak, atau mendingan sekarang kita ke bank dulu buat urus ATM mbak itu biar bisa digunain lagi sekalian bikin m-bangking. gimana mbak?" tawarnya membuatku langsung menganggukan kepala.
"boleh Rey, nanti ya nunggu mama sama bapak pulang dulu biar Syifa aku titip sama mama nanti kita bawa Nayla aja" jawabku yang langsung diangguki olehnya.
"yaudah kalo gitu aku selesaiin nyuci motor dulu" jawabnya, aku pun hanya tersenyum sebagai jawaban.
aku meninggalkan Rey masuk kedalam rumah, menemukan Sinta yang tengah asik menonton kartun kembar berkepala botak dengan Nayla.
"mbak, tadi mas Lukman nelpon. katanya ibu mas Lukman nyuruh mbak pulang kerumah" kata Sintia ketika aku baru saja duduk disofabed yang biasa kau gunakan untuk tidur.
"terus?" tanyaku dengan mengerutkan kening.
"mbak disuruh telpon balik si" jawabnya membuatku segera mengambil ponsel yang berada diatas bufed sebelah televisi.
aku pun menghubungi mas Lukman kembali, setelah dua kali menelpon baru diangkat oleh mas Lukman.
"halo assalamualaikum mas" kataku setelah telpon diangkat oleh mas Lukman.
"waalaikumsalam Diah" jawabnya terdengar cemas.
"ada apa mas, kata Sintia tadi kamu telpon?" tanyaku tanpa berbasa-basi.
"iyaa, ibu nyuruh kamu pulang kerumah. ga baik lama-lama dirumah orangtua katanya, apalagi kamu ninggalin suami disini" katanya membuatku menghela nafas kasar.
"boleh, tapi siapa yang akan bantuin aku ngerjain kerjaan rumah? nyuci, masak, nyuci piring, nyapu, ngepel? apa ibu kamu mau mengerjakan semua kerjaan rumah itu? kalo ibu kamu mau gapapa, aku akan pulang sekarang juga" tantangku, mas Lukman pun terdiam disebrang telpon.
"itukan tugasmu, kenapa kamu limpahkan sama ibuku? lagian cucian kan bisa diloundry" jawabnya dengan santai.
"loundry? kamu yakin mas? emang kamu mau nambahin yang buat bayar loundry? aku rasa ngga akan, iyakan?" jawabku dengan kesal.
"yaiyaalah, kan aku udah kasih uang kamu tiap hari. itu kan juga tugas kamu buat beresin rumah sebagai ibu rumah tangga, masa loundry masih minta aku juga buat bayar" jawabnya membuatku semakin kesal.
"hei mas, uang lima puluh ribu dapat apa? masa aku yang harus bayar loundry menggunakan uang itu, yang bener aja. udahlah kalo emang ibu kamu gamau bantuin ngerjain kerjaan rumah ya gausah sok nyuruh aku cepet-cepat pulang. udah tau abis lahiran Cesar" jawabku sedikit membentak mas Lukman karna sangking kesalnya.
"kenapa kamu jadi marah-marah, ibu kan hanya menyuruh mu pulang karna memang rumahmu kan disini. gimana si, malah mengabaikan suami kaya gitu kamu itu" jawabnya membuatku meradang.
"mengabaikan kamu bilang? suruh siapa kamu gamau ikut tinggal disini? terus aja maunya Deket sama ibumu itu! masih mau bilang diabaikan, hah!! aku abaikan beneran baru tau rasa kamu!!" jawabku membuatnya terdiam dan menghela nafas.
"denger ya mas, jangan sok memberikan uang banyak padaku kalo masih memberika uang hanya lima puluh ribu perhari. ga usah sok mas. bilang pada ibumu, aku akan pulang detik ini juga asal ia mau membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. gimana?" lanjutku membuatnya langsung mematikan panggilan sepihak.
kesal sekali dengan ibu mas Bayu ini, tidak mau direpoti tapi selalu ingin keinginannya dituruti. sepertinya biasa sekali menjadi parasit, heran!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments