hari ini aku dan mama membagi tugas, aku yang mulai bisa mengerjakan pekerjaan rumah pun mulai membantu mama dengan hal yang mudah dan juga tak terlalu berat untukku. karna aku memang tidak diizinkan untuk melakukan hal yang berat-berat. Seperti mengangkat sesuatu misalnya.
"mama udah buat sarapan diah, kamu sarapan dulu aja mumpung Syifa tidur kan" kata mama ketika menghampiriku yang tengah memainkan ponsel.
"iyaa ma, nanti aja aku belum lapar" jawabku mengalihkan pandangan dari ponsel menatap mama yang membawa sepiring nasi yang sudah aku tau pasti untuk bapak.
"yaudah kalo gitu, jangan lupa sarapan. kamu kan menyusui pasti cepat lapar, apa semalam kamu makan lagi?" tanya mama kembali.
"iyaa ma, seperti biasa. tapi semalem aku bikin nasi goreng si buatku sama buat Rey, kebetulan semalem Rey belum tidur" jawabku membuat mama menganggukan kepala.
"yaudah gapapa, oiyaa mendingan kamu beli buah aja dari pada lapar tengah malam makannya nasi. nanti kamu kegendutan loh" kata mama memberikan saran.
"iyaa si ma, pengennya juga gitu. tapi nanti ajalah ma, nanti aku minta sama mas Lukman dulu yang buat beli buah" jawabku dengan santai.
"yaudah kalo gitu, mama siapin bapak dulu ya. jangan lupa sarapan" kata mama sekali lagi untuk mengingatkanku.
"iyaa iyaa maaaa, yaampun" jawabku memutar bola mata jengah, mama pun tertawa mendengar responku. ia pun melangkahkan kaki memasuki kamarnya bersama dengan bapak, Alhamdulillah disaat keadaan bapak yang seperti itu mama tidak serta mertua meninggalkan bapak.
"mbak, udah ngelamun aja pagi-pagi" sapaan Sintia membuatku sedikit kaget karna ia yang tiba-tiba berada di sebelahku.
"yaampun mbak kaget tau sin, jangan gitu lah. untung mbak ngga punya riwayat jantung" jawabku membuaynya terkekeh.
"iyaa iyaa maaf mbak, lagian ngapain si pagi-pagi bengong begitu. ga baik tau, rejeki dipatok ayam nanti" jawabnya, kali ini gantian aku yang terkekeh.
"rejeki dipatok ayam. emang mbak dapat rejeki darimana pagi-pagi buta kaya gini sin, sin. kerja aja ngga" jawabku disela tawa yang membuat Sintia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"hehe iyaa juga ya mbak" jawabnya dengan ekspresi yang membuatku semakin tertawa kencang.
"iyaalah, lagian kamu ada ada aja deh" jawabku berusaha menghentikan tawa.
"lagian mbak ngapain si bengong, ntar kesambet aja baru tau rasa, mbak kan masih bau wangi makhluk halus masih suka banget didekat mbak nih" katanya membuatku melebarkan mata, sedetik kemudian aku pun kembali tertawa. kali ini aku tertawa sangat kencang karna ucapan Sintia yang menurutku sangat lucu.
"mbak iihh, tuh kan jangan jangan bener-bener ini udah kerasukan" gumam Sintia merasa takut melihatku tertawa tak berhenti-berhenti.
"kamu ini lucu banget sin, kamu liat disini cuma ada kita bertiga sama Syifa sin. kalopun ada setan yang mendekat ke aku ya itu pasti kamu, kamu bicarakan diri kamu sendiri?" jawabku seketika membuatnya menaikkan sebelah alisnya, tak berlangsung lama ia pun melebarkan mulutnya berbentuk huruf O.
"mbak ih, kok gitu ngomongnya dih" protesnya, aku pun tak sanggup lagi menahan tawa karna ekspresi kesalnya kali ini.
"laah yang ngomong kamu loh bukan mbak, mbak cuma meneruskan doang" jawabku beralasan.
"yaa ngga diperjelas begitu juga kali mbak, masa aku disamakan sama setan. yang bener aja" jawabnya mengerucutkan bibir.
"terus, mau disamain sama siapa??" tanyaku menutup mulut, seketika wajah Sintia pun berbinar dengan senyum yang terus menghiasai bibir ranumnya.
"yaa yang lebih bagusan dikit apa mbak" jawabnya dengan ketus.
"hahaha iyaa iyaa maaf," kataku meminta maaf pada Sinta yang merajuk.
ia pun hanya menganggukan kepala sebagai jawaban, kemudian ia pun beralih menatap ponsel yang ada digengamannya.
"mbak mau ambil sarapan dulu ya sin, minta tolong jagain Syifa dulu" kataku pada Syifa yang langsung diangguki olehnya.
"iyaa mbak, oiya Nayla mana??" tanyanya.
"ikut mas Rey tadi kewarung" jawabku langsung melangkahkan kaki menuju dapur tanpa mendengarkan ucapan sintia.
aku pun mengambil sarapan yang dibuat mama, nasi dengan sayur bening daun katuk dengan jagung juga wortel tak lupa aku pun mengambil tahu dan tempe bacem kesukaanku yang dimasak mama pada hari ini begitupun dengan sambalnya. sungguh perpaduan yang pas sekali, menu sederhana tapi dengan rasa yang begitu nikmat.
aku pun kembali duduk dihadapan Sintia yang menatapku dengan menyeritkan kening.
"kenapa kah, latinnya sampe kaya gitu banget" tanyaku penasaran melihat responnya seperti itu.
"oohh ngga gapapa, sedikit banget sarapannya mbak?" tanyanya dengan menaikkan satu alisnya.
"iyaalah dikit aja, sayurnya daun katuk. kebanyakan nanti deres air susunya sampai tumpah-tumoah, sayang nanti mubazir" jawabku membuatnya menganggukan kepala mengerti apa yang aku katakan.
"pumping lah mbak, kan gampang. buat stok juga nanti" jawabnya dengan santai.
"iyaa si, liat nanti ajalah. lagian kamu tau sendiri Asiku itu banyak, ditambah dikasih sarapan daun katuk terus sama mama Alhamdulillah jadi terus dereskan" jawabku dengan seny mengembang.
"iyaa si, emang mbak rencananya mau sampai kapan disini? emm emang gapapa sama mertua mbak Diah?" tanyanya penasaran.
"yaa emangnya kenapa? gaada urusannya sama dialah sin, lagian kalo aku dirumah siapa yang akan bantuin aku menjaga Nayla dan Syifa sekaligus. belum lagi aku harus mengurus rumah juga, aku ga sanggup lagi sin. ini aja bekas jaitan operasinya masih ngilu banget" jawabku yang langsung diangguki olehnya.
"iyaa si mbak, tapi gimana ya. apa mbak ga takut nanti mertua mbak ngomong yang ngga-ngga sama tetangga karna mbak melahirkan disini?" tanyanya membuatku menyeritkan kening.
"nggalah, kenaoa harus takut? emang apa urusannya sama dia?" jawabku dengan yakin sambil memasukkan sesuap nasi kedalam mulut.
"yaa takutnya aja mbak" jawabnya membuatku terkekeh kecil.
"ngga usah dihiraukan, andai memang udah watak mereka satu keluarga seperti itu ya sudah mau diapakan lagi. mbak ngga bisa mengubah orang lain, yang mbak bisa adalah mengubah diri mbak sendiri. makanya kenapa mbak udah masa bodo aja deh sama mereka, ga terlalu berharap banyak juga si mbak itu" jawabku membuatnya menganggukan kepala.
"tapi mbak, apa betul mas Lukman itu seperti itu? selama didepan kami dia seperti orang yang sangat baik dan sangat perhatian sama mbak kok"tanyanya membuatku tertawa kecil.
"kamu masih kecil sin, belum paham urusan rumah tangga. mendingan kamu sekolah dulu yang bener, syukur-syukur nanti bisa kuliah yang tinggi seperti mas Rey"kataku membuatnya langsung tersenyum dengan binar dikedua matanya.
"iyaa mbak amiin, aku juga dengan banget si kuliah. Alhamdulillah bantuanku sekarang programnya sampai kuliah loh mbak, nanti jadi bisa diperpanjang" katanya memberitahukan hal membuatku melongo tak terpercaya.
"beneran sin?" tanyaku merasa tak yakin dengan jawaban yang ia berikan.
"beneran mbak, ngapain si aku bohong. tapi ya gitu, nanti pas mau kuliah harus daftar ulang lagi untuk data kemahasiswaan bantuan pemerintah" jawabnya membuatku menganggukan kepala.
"yaa gapapalah, Alhamdulillah. kejar aja, siapa tau nanti jadi rejeki kamu." jawabku yang masih menyelesaikan sarapanku.
"iyaa mbak, nanti aku juga mau coba cari beasiswa lain mbak. katanya si ada program beasiswa dikantor walikota, aku mau coba lewat jalur prestasi sama kurang mampu mbak" katanya membuatku tersenyum dengan semangat yang tak pernah putus.
"amiinn, insyaallah diterima. mbak selalu mendoakan untukmu sin" kataku memberikan semangat pada adik bontotku ini.
"makasih ya mbak"katanya berterimakasih.
"terimakasih untuk apa si? aku kan cuma nyemangatin kamu" jawabku membereskan bekas sarapanku dan ku taruh dipojokan kasur tak jauh dari tempatku duduk.
"iyaalah mbak, andai waktu itu mbak ngga berusaha bayarin aku masuk ke SMP mungkin aku gaakan bisa ngelanjutin sekolah mbak. tapi mbak mampu membiayai aku dan juga mas Rey dengan keringat mbak, mbak hebat" katanya membuatku tersenyum
"meskipun mbak hanya tamatan SMA tapi mbak pengen adik-adik mbak bisa sekolah lebih tinggi dari mbak, agar kehidupan kalian layak dimasa yang akan datang. itulah tugas mbak sebagai seorang kakak yang ingin adiknya sukses dikemudian hari" jawabku dengan senyum mengembang membuat Sintia langsung berhanbur memeluk tubuhku yang hampir terhuyung kebelakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments