setelah lelah menjalani acara hari ini aku, Nayla dan juga Syifa pun beristirahat. kedua anakku itu telah terlelap kealam mimpi sejak pukul delapan malam, sengaja aku mengajarkan Nayla tidur dari sore hari agar tidak terbiasa tidur larut hingga besar nanti.
"kamu belum tidur Rey?" kataku ketika melihat Rey yang masih berjalan kearah luar rumah tepat pukul setengah sepuluh malam ini.
"belum mbak, gatau ini sudah tidur. pengen ngopi si, tapi justru takut gabisa tidur. besok aku ada survey lapangan soalnya" jawabnya, akupun menganggukan kepala sebagai jawaban.
"mbak sendiri kenapa belum tidur?" tanyanya penasaran.
"biasa, mbak lapar" jawabku santai.
"yaudah sana makanlah, kayanya masih ada deh ayam sama urapannya. urapnya pedes banget mbak, seger bikin mata melek" jawabnya membuatku terkekeh.
aku emang sengaja menyuruh mama membuat pedas kelapa untuk urapannya, selain karna memang rasanya yang sangat bertambah enak juga memang untuk menyegarkan mata yang memakannya.
"kok malah ketawa si mbak" tanyanya heran melihatku justru tertawa mendengar keluhannya.
"gapapa, tapi enak kan pedes juga. mbak malah suka yang kaya gitu" jawabku dengan santai sambil memainkan ponsel milikku.
"enak si mbak, yaa tapi kalo buat yang gak terlalu suka pedes kaya aku ya gamau lagi mbak" jawabnya menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"yasudahlah, mbak mau bikin nasi goreng. kamu mau ga?" tanyaku pada Rey yang langsung disambut anggukan antusias olehnya.
"nasi goreng apa mbak?" tanyanya ketika aku mulai melangkahkan kaki menuju dapur.
"gatau, seadanya aja dikulkas lah. mbak si pengen nasi goreng teri Medan, kan masih ada teri Medan kayanya dikulkas" jawabku membuatnya menganggukan kepala.
"yaudah kalo gitu, tambahin sawi ya mbak sama sosis kan masih ada dikulkas" katanya memberikan saran. aku pun menganggukan kepala sebagai jawaban.
setalah itu aku pun melangkahkan kaki menuju dapur, melihat persediaan nasi yang ternyata masih cukup untukku dan juga Rey membuat nasi goreng. untungnya hanya tersisa kami berdua yang belum tidur.
setelah lima belas menit berkutat membuat nasi goreng yang aku inginkan, akhirnya nasi goreng tersebutpun matang dan sudah tertata rapi didalam dua piring berbeda. satu ku buat tidak terlalu pedas untuk Rey, dan satunya lagi aku buat lebih pedas untukku.
"nih nasi goreng kamu" kataku menyerahkan sepiring nasi goreng untuk Rey yang fokus memainkan game didalam ponselnya.
"iyaa mbak, bentar aku selesaikan ini dulu. tanggung" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel tersebut.
aku pun tak menghiraukan, ku teruskan makan nasi goreng milikku sendiri tanpa menunggunya.
"kapan selesai itu makan kalo sambil mainan ponsel begitu" kataku yang melihat Rey makan nasi goreng sambil memainkan ponselnya.
"nanti juga abis mbak, tanggung ini belum selesai-selesai" jawabnya membuatku menggelengkan kepala. tanpa menghiraukan lagi Rey yang sibuk dengan ponselnya aku pun menaruh piring kotor kedalam wastafel, kemudian mengambil segelas air putih untukku minum dan juga berjaga-jaga jika aku atau Nayla haus tengah malam nanti.
"mbak tidur duluan Rey, kunci pintunya nanti" kataku pada Rey yang langsung diangguki olehnya.
keesokan harinya, aku terbangun lebih dulu dari semua orang didalam rumah tersebut. aku pun mulai bisa membantu mama menyelesaikan pekerjaan rumah mulai dari mencuci piring, mancuci sendiri pakaianku dan juga kedua anakku. serta mengepel seluruh lantai dirumah ini, kecuali kamar yang ditempati orangtuaku dan juga kedua adikku.
"mbak, kok nyuci pake tangan si. ada mesin cuci kok" kata Rey yang tiba-tiba sudah berada di belakangku yang tengah mencuci pakaian Syifa.
"ini baju Syifa, kata orang gaboleh dicuci pake mesin. harus disikat, nanti badannya pada sakit-sakit" jawabku membuatnya membulatkan bibir.
"ada ada aja deh" jawabnya singkat. ia pun berlalu dari hadapanku memasuki kamar mandi yang terletak tepat didepan tempat aku mencuci pakaian Syifa.
aku pun meneruskan pekerjaanku, hingga akhirnya selesai tepat ketika Syifa terbangun dan menangis.
"hey, sayang selamat pagi. assalamualaikum" kataku ketika melihatnya yang menggeliatkan tubuh sembari menangis kencang.
"kenapa si Diah?" kata mama yang baru saja keluar dari kamarnya.
"nangis, tadi aku tinggal cuci pakaiannya" jawabku singkat.
"oalaah kirain kenapa" jawab mama sambil melangkah menghampiriku yang duduk sambil memberikan asi pada Syifa.
"oiyaa Diah, eemm kok mertua sama iparmu sama sekali gaada yang datang jenguk ya? apa kemarin pas dirumah sakit ada yang datang untuk sekedar menjenguk?" tanya mama padaku yang langsung menggeleng lesu.
"ngga ada ma, kan mama tau sendiri ngga boleh ada yang mengunjungi selain penunggu" jawabku membuatnya menganggukan kepala.
"iyaa si, aneh aja mama. kok menantunya lahiran tapi ngga ada satupun yang melihat, apa mereka gamau ngeliat cucu dan ponakan baru mereka" jawab mama membuatku menggidikkan bahu.
"yaa ngga tau ma, biarin ajalah ma. lagian,,,," jawabku terhenti melihat mama yang menceritakan kening menunggu jawaban ku yang tiba-tiba terputus.
"kenapa? jangan bilang kamu bermasalah dengan kedua orang itu?" tanya mama membuatku gelisah antara menjawab pertanyaannya atau tidak.
"udah jawab aja, lagian mama ngerti si gimana sikap mertua sama iparmu itu walaupun tanpa kamu bilang. sebenarnya, mama sama bapak itu gimana ya ke Lukman. boleh dibilang si ga begitu sreek, karna ya kamu tau sendirilah gimana sikapnya. apalagi selama ini ngga ada satupun yang mau datang kerumah ini sekedar untuk silaturahmi, bahkan disaat idul Fitri pun. iyakan? begitu juga Lukman, andai kamu ngga disini pasti lukman juga gaakan bolak balik mondar mandir kesini. bener kan mama?" jawab mama seketika membuatku terdiam.
"memang udah wataknya kaya gitu kali ma, mau diapain. mama udah ngerti kan, jadi aku ga perlu jelasin" jawabku dengan singkat padat dan jelas.
"iyaa makanya mama tuh pengen denger langsung sama kamu, bagaimana Lukman memperlakukan kamu selama ini dirumah. kami orangtuamu, mama masih hidup begitu juga bapak meskipun dengan keadaannya yang sekarang" jawab mama membuatku tersenyum.
"kan mama yang ngajarin aku, apapun yang terjadi dalam rumah tangga itulah aib keluarga kecil kami. tidak baik jika harus diumbar meskipun pada orangtua sendiri, makanya aku lebih memilih diam" jawabku seketika membuat mama terdiam dan menatapku dalam.
"iyaaa, tapiii,,, "perkataan mama terputus dengan perkataan yang keluar dari mulutku.
"udahlah ma, sebaiknya memang aku telan sendiri kondisi rumah tanggaku. aku mohon, mama cukup tau dengan sikap mereka kepada mama dan juga bapak disini. dan aku minta tolong, jangan pernah berharap banyak kedatangan mereka kerumah ini. karna aku yakin, sampai kapanpun mereka ngga akan pernah menginjakkan kaki kerumah ini" jawabku penuh penekanan kepada mama yang hanya bisa menganggukan kepala.
"semoga kesabaranmu membuahkan berkah untuk kehidupanmu nanti Diah, mama cuma bisa berdoa yang terbaik untuk kamu dan keluarga kecilmu" jawab mama yang membuat mataku langsung berkaca-kaca.
"amiiin,, makasih ma. semua yang terbaik akan aku lakukan untuk rumah tanggaku, andai suatu saat aku lelah. aku pasti akan kembali kepada keluargaku" jawabku membuat mama menganggukan kepala dan tersenyum.
"mandiin dulu anak kamu, mama siapin air hangatnya. mumpung bapak belum bangun" kata mama membuatku langsung menganggukan kepala.
---------------------------------------------------------------
terimakasih telah terus mensupport dan mendukung novel keduaku, nantikan ya🙏 jangan lupa kritik dan saran, like, komen dan juga vote ya🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments