hari ini aku memutuskan untuk berbicara pada mama jika aku akan kembali kerumahku dengan mas Lukman, entah apa tanggapan yang akan mama berikan terhadap keputusanku ini. tapi, aku akan tetap mencobanya.
"ma, aku kayanya mau pulang kerumahku sendiri sama mas Lukman besok" kataku ketika mama tengah bersantai menikmati waktu bersantai ya selama bapak tidur.
"kamu yakin?" tanyanya dengan nada tak percaya.
"iyaa yakin kok ma" jawabku yakin.
"terus siapa yang bakalan bantuin kamu dirumah nanti?" tanya mama, aku pun hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"ngga adalah ma, aku ngerjain semuanya sendiri" jawabku dengan ragu.
"ngerjain semuanya sendiri? oohh mama tau nih, jangan-jangan Lukman yang nyuruh kamu pulang. iyakan?" tebaknya dengan tepat, aku pun terdiam bingung jawaban apa yang akan aku berikan pada mama.
"udah jujur ajalah Diah, mama yakin pasti Lukman yang nyuruh kamu pulang. iyakan?" lanjut mama bertanya membuatku langsung menganggukan kepala.
"tuhkan, emang dia bisa jamin kamu ga kecapean kalo pulang kerumah? coba sini lukmannya suruh ngomong sama mama. suruh jemput kamu kesini coba" kata mama membuatku bingung, karna pasti mas Lukman gaakan mau menjemput kerumah mama. aku sangat hafal sifatnya yang terlalu pengecut jika berhadapan dengan keluargaku, ia hanya ingin dianggap baik didepan mama dan juga adik-adikku.
"mama tau sendiri lah mas Lukman pasti gaakan mau, lagian aku yakin kok aku bisa ngurusin rumah sendiri. toh aku juga udah sehat kok ma" jawabku dengan pelan, takut dengan tatapan mengintimidasi dari mama.
"kamu emang bisa ngerasa udah sehat, tapi jahitan Cesar kamu. kamu belum bisa terlalu capek Diah, janganlah kamu ikutin Lukman yang egois itu. pikirin juga kesehatan rahim kamu" jawab mama setengah kesal.
"iya tapi mau gimana lagi mas Lukman nyuruh pulang ma, ibunya si yang nyuruh aku pulang katanya ga enak terlalu lama dirumah orangtua"jawabku dengan menundukkan kepala.
"nah tuh kan, seenaknya aja nyuruh. emangnya dia mau bantuin kamu dirumah, hah!! sini biar mama yang telpon Lukman!!" kata mama yang ingin mengambil alih ponsel ditanganku.
"jangan telpon mas Lukman ma, dia pasti lagi kerja" jawabku menghentikan mama yang mencoba menghubungi mas Lukman.
"halo, assalamualaikum" kata mama ketus ketika ku dengar mas Lukman telah mengangkat telponnya, mama pun bergegas menyalakan loundspeaker ponselku.
"waalaikumsalam ma, ada apa?" tanya mas Lukman dengan sopan disebrang telpon.
"kamu nyuruh dia pulang Lukman? kenapa!" tanya mama langsung to the point tanpa berbasa basi lebih dulu.
"iyaa ma, ngga enak karna udah kelamaan dirumah mama sama bapak." jawab mas Lukman dengan sangat pelan.
"karna gaenak atau karna ibu kamu yang nyuruh hah?! kamu tau kan Diah baru aja selesai operasi Cesar, sekarang kalo dia kamu suruh pulang apa kamu bisa pastiin semua kerjaan rumah kamu yang kerjakan?!" tanya mama dengan membentak mas Lukman yang langsung terdiam mendengar perkataan mama.
"aku kan kerja ma, mana mungkin ngerjain semua kerjaan rumah. masa aku udah kerja diluar dirumah disuruh ngerjain kerjaan rumah juga, mama yang benar aja dong ma" jawab mas Lukman menyangga ucapan mama.
"nah, kalo begitu apa ibu kamu mau mengerjakan perkerjaan rumah menggantikan Diah?" tanya mama membuatku menghela nafas, mana mungkin mas Lukman mau menyuruh ibunya menggantikan aku mengerjakan pekerjaan rumah sementara tujuannya menyuruhku pulang agar aku bisa kembali mengurus rumah dan anak lelakinya.
"mana mungkin juga ma, ibu ku udah terlalu tua buat mengerjakan semua kerjaan rumah. lagian itu kan emang tugas Diah sebagai istri ma, kan ga bagus juga tinggalkan suami terlalu lama dirumah sendirian" jawab mas Lukman membela dirinya sendiri.
"alasan aja kamu Lukman!! kamu itu bukan menjadikan anakku istri, tapi seolah menjadikan anakku pembantu! kamu pikir karna ibumu udah tua lantas ga boleh mengerjakan pekerjaan rumah begitu? kamu lupa jika neneknya diah aja yang sudah berumur hampir tujuh puluh tahun masih mengerjakan perkejaan rumah sendiri, bahkan masih kerja dirumah orang. kamu harus adik dong pada ibu dan juga istrimu!" jawab mama membuat mas Lukman terdiam.
"bukan begitu maksud Lukman ma" jawab mas Lukman terhenti karna langsung terputus oleh mama.
"lantas apa? ingat ya Lukman, pastikan dulu siapa yang akan mengerjakan kerjaan rumah jika kamu mau istrimu pulang kerumahmu. kalo tidak, lebih baik kamu kirim semua pakaian Diah dan juga Nayla kerumah mama. biar mereka tinggal disini, kalo kamu masih sayang dengan mereka kamu ikutlah pindah mengontrak disini kalo ngga. silahkan hidup dengan ibumu seperti dulu!" kata mama membuatku membelalakan mata.
"mama, kenapa mama ngomong gitu!!" kataku menegur mama yang sudah mematikan ponsel yang sedari tadi terhubung oleh mas Lukman.
"biarin aja, biar dia sadar kalo mama ngga bisa terus diam aja anak mama diperlakukan seperti itu. dari dulu mama diam karna nasihat bapak untuk ngga ikut campur dalam rumah tangga anak, tapi sekarang rasanya udah keterlaluan kalo sampe Lukman menyuruhmu pulang hanya karna ibunya yang meminta. enak sekali menjadikan kamu pembantu, ingin kamu menjadi istri sempurna sementara dia memberikan kamu nafkah yang pas pasan selama ini" kata mama yang merasa kesal dengan perlakuan mas Lukman dan juga keluarganya.
mama tak mengetahui jika selama aku masih bekerja dulu, mas Lukman bahkan tak pernah memberikanku nafkah. andai mama tau, aku yakin mama akan lebih murka dari pada saat ini.
"biarin aja kalo Lukman belum kesini dan ga memberikan kejelasan kamu jangan pernah meninggalkan rumah ini, dia pikir dia bisa terus terusan menginjak-injak harga dirimu dan juga keluarga kita. enak saja!! bahkan andai mama membandingkan status kita, dia bukanlah orang yang setara dengan kamu Diah!! kamu walaupun hanya lulusan SMA tapi kamu jadi lulusan terbaik, hanya karna keadaan kita yang saat itu sedang terpuruk aja makanya kamu gabisa melanjutkan ke universitas. tapi kami lihat, karna kerja keras kamu adikmu Rey bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. kamu pandai Diah, tapi kamu bodoh mencari pasangan hidup!!" kata mama membuatku terbelalak tak percaya mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya.
"kenapa? kamu ga nyangka mama ngeluarin kata-kata kaya gitu? ini udah lantaran terlalu kesal dengan Lukman dan keluarganya itu kalo kamu mau tau!" lanjut mama membuatku terdiam dan menundukkan kepala.
"heran bisa-bisanya mama dapat menantu dan besan kaya gitu, Nemu dimana kamu manusia kaya gitu" gumam mama yang masih terdengar di telingaku.
"assalamualaikum" terdengar suara Sintia yang baru saja tiba dengan Nayla yang baru saja pulang berenang.
"waalaikumsalam" jawabku dan mama serempak.
"kalian udah pulanh? tuh Keling banget badannya Sintia jadinya berenang dari siang" kata mama memperhatikan kulit sintia yang sudah terlihat menghitam.
"hehehe seru ya nay" kata Sintia yang diangguki oleh Nayla.
" iyaa ma seru banget, tadi aku main perosotan loh diair" kata Nayla dengan mata berbinar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments