waktu berganti, kini tepat waktu dimana bancaan akan segera dilaksanakan dengan mama yang sudah mengundang beberapa ibu-ibu dan juga salah seorang ustadzah setempat untuk memulai membaca doa didalam rumah mama kemudian diteruskan dengan membagikan nasi yang dikucup kan mengenakan daun pisang. yang didakamnya berisikan nasi putih, urapan sayur dan juga ikan asin tahu dan juga tempe, sungguh masakan sederhana yang begitu menggugah selera menurut ku.
"Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar, terimakasih ya Bu ustadz udah mau memimpin doa bersama untuk Puputan cucu saya" kata mama pada ibu ustadz yang masih berada dirumah.
"sama-sama Bu, Alhamdulillah biar jadi anak yang Sholeha, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik" kata Bu ustadz memberikan doa terbaik untuk anakku.
"amiiinn" jawab kami serempak dengan senyum lebar menghiasi.
"semoga mbak Diah juga cepat sehat, jangan lupa ****** lagi ke RS nya biar tau perkembangan jahitan lapisan dalamnya" kata Bu ustadz mengingatkan.
"iyaa ustadzah nanti tiga hari lagi kontrol kok ke RS nya" jawabku memberikan seulas senyum untuknya.
"Alhamdulillah kalo gitu, saya permisi dulu ya. udah sore" kata Bu ustadz membuat kamu menganggukan kepala dan tersenyum.
"assalamualaikum" salamnya ketika hendak meninggalkan pekarangan rumah kami.
"waalaikumsalam warahmatullah hiwabarakatu" jawab kami sekeluarga, setelah kepergian Bu ustadz kami pun kembali kedalam rumah dengan Syifa masih dalam gendongan mas Lukman. yaa mas Lukman sudah berada dirumah mama sejak pukul dua siang, ia hadir sendiri tanpa orangtua dan juga saudara kandungnya.
aku sudah biasa dengan keadaan seperti itu, mereka tak pernah mau menginjakkan kaki kerumah orangtuaku. alasannya, karna mereka malu datang kerumah besan jika tak membawa apa-apa. padahal, orangtuaku pun tak mengharapkan apapun dengan kedatangan mereka tetapi selalu seperti itu alasan ibu dari mas Lukman.
ntahlah, aku sudah tak peduli membahas keluarga mas Lukman. jujur, semakin lama aku semakin kurang respek dengan keluarganya mas Lukman. ntah, karna sikap mereka atau karna memang aku yang terlalu terbawa perasaan semenjak hamil dan melahirkan.
"kamu mau pulang kapan Bun?" tanya mas Lukman ketika kami tengah makan bersama dengan hidangan yang tersedia diatas karpet besar dirumah ini.
"nanti aja ya mas, nanti kalo aku mau pulang aku kabarin deh" jawabku dengan terus memasukkan sesuap nasi kedalam mulut, sementara mas Lukman sudah selesai dengan makanan yang ada dipiringnya saat ini ia dengan menggendong Syifa kembali.
"yasudah kalo gitu, tapi mas ga bisa sering-sering kesini. paling nanti kalo mas libur mas akan kesini dan sesekali menginap" jawab mas Lukman yang membuatku menganggukan kepala.
"iyaa gapapa mas, yang penting kamu tinggalin uang buat aku sampai kamu datang lagi kesini" jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari nasi didepan mataku.
"iyaa-iyaaa, emang uang kemarin habis?" tanyanya dengan menyeritkan kening.
"menurutmu? emang bikin kaya gini ga pakai uang? emang semua ini tinggal metik dipohonnya?!" tanya ku dengan ketus, kadang pertanyaannya membuatku jengkel.
"biasa aja dong gausah ngegas, yaudah nanti aku kasih lagi buat empat hari ya. aku lagi ga pegang uang banyak" jawabnya membuatku langsung menganggukan kepala. lumayan jika mas Lukman memberikan uang untuk empat hari, dua ratus ribu rupiah sebagai pegangan ku lagi. dan aku akan melakukan itu sampai uangku cukup untuk pegangan dan berbisnis online sesuai saran yang diberikan oleh leha.
"iyaa udah gapapa, lumayan buat tambahan jajan sama makan aku tengah malam" jawabku dengan senyum lebar.
"masih ada ga nasinya?" tanyanya lagi.
"ngga tau deh, nanti aku tanyain mama dulu" kataku setelah menghabiskan suapan terakhir ke mulut.
"yaudah aku mau bungkus buat makan dirumah nanti malam" jawabnya membuatku segera menganggukan kepala. aku pun segera menghampiri mama yang sedang menyuapi bapak didalam kamar.
"assalamualaikum ma," kataku setelah mengetuk pintu kamar mama dan bapak.
"waalaikumsalam, ada apa Diah?" tanya mama padaku.
"nasi urapan sama lauknya masih ada ga ma? mas Lukman mau bawa katanya" kataku pada mama yang langsung mengalihkan pandangan menatapku.
"masih ada kok dibelakang, tapi kayanya ayamnya tingga tiga potong deh. mama nyisahin untuk kamu dan juga Nayla tadi takutnya kamu lapar tengah malam kaya biasanya" kata mama membuatku tersenyum.
"iyaa ma, tapi yang lainnya masih kan?" tanyaku dengan menyeritkan kening.
"masih kok, emang kamu mau bawain mertua kamu juga?" tanya mama padaku, aku pun bingung hendak menjawab apa pertanyaan mama. karna jujur saja aku merasa malas jika untuk membawakan ke mereka, kenapa? karna mereka saja seolah abai padaku dan juga bayiku, jadi untuk apa aku merasa harus memberikan mereka.
"gatau juga si ma, kayanya ga usah aja kali ya ma. toh mereka juga selama aku disini boro boro nengok, nelpon buat tanya kabar atau keadaan aja ngga kan?" jawabku pada mama yang menggelengkan kepala.
"yaa ga gitu juga konsepnya Diah, biar aja mereka melakukan itu kekamu. kamu harus tetap menghormatinya sebagai mertua, karna biar gimana pun dia tetap orangtua dari Lukman. tapi kalo emang itu keputusan kamu, yaudah mama ga bisa maksa. tapi kalo kamu mau bawain, yaa bawain aja meskipun tanpa ayam gorengnya karna ayamnya sudah habis" jawab mama membuatku menganggukan kepala.
"yaudah ma, kalo gitu aku bingkusin mas Lukman dulu" jawab ku membuat mama menganggukan kepala.
aku segera melangkah kan kaki menuju dapur untuk membungkuskan nasi berserta urapan dan lauknya untuk dibawa pulang untuk mas Lukman, mengenai untuk ibu dan juga kakak ipar ku itu aku tidak terlalu memusingkan. biar saja mereka tak aku bungkuskan, toh mereka pun tak akan menanyakan apapun padaku.
"ini mas, maaf ya cuma untuk kamu aja. karna tinggal ini aja" kataku sedikit berbohong, ia pun menganggukan kepala dan segera mengambil bungkusan yang aku serahkan kepadanya.
"yaudah aku pamit pulang dulu ya, ini uang untuk kamu sampai empat hari ya nanti aku kesini lagi setelah empat harinya" katanya membuatku segera menganggukan kepala.
"iyaa mas, hati-hati ya" jawabku, aku pun mengambil punggung tangannya kemudian menciumnya ia pun membalas dengan mengecup keningku.
"pamitan dulu sama mama sama bapak yuk" kataku yang langsung diangguki olehnya.
"ma, pak mas Lukman mau pamit pulang" kataku ketika membuka pintu kamar mama dan bapak
"oiyaa sini masuk, kenapa ngga nginep aja disini" kata mama pada mas Lukman.
"ngga Bu, aku pulang kerumah aja. repot kerjanya soalnya aku ga bawa seragam ganti" jawab mas Lukman disertai senyuman khasnya.
"yaudah kalo gitu hati-hati ya, lagian kan deketan kerjaan kamu dari sini dari pada darisana" kata mama membuat ku menganggukan kepala.
"iyaa gapapa Bu" jawab mas Lukman menyalami tangan mama dan juga bapak, sementara bapak sejak tadi hanya terdiam dan menatap datar mas Lukman hingga membuatnya salah tingkah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments