Untuk sementara, aku pun memilih tinggal dirumah kedua orang tua ku. Semua ini aku pilih karna aku sangat yakin jika aku kembali kerumah tidak akan ada yang bisa membantuku dalam hal pekerjaan rumah, jangan ditanya bagaimana dengan mertuaku.
Bahkan sedekat apapun posisi rumah kami, tentu saja dia tidak akan bersedia membantuku untuk melakukan pekerjaan rumah. Jangankan setelah aku melahirkan, bahkan ketika aku sakit sekali pun dia sama sekali tak pernah menjenguk ataupun bertanya keadaanku.
Aku si maklum ya, karna mertuaku tinggal dengan anak perempuannya dan memiliki dua cucu dari anak perempuannya tersebut. Sedangkan aku hanya menantunya yang pasti akan kalah dengan ipar perempuan, bukankah sudah hukum alam seperti itu? Menantu perempuan akan kalah dengan anak perempuan mertua hehehehe.
Tak lama kami pun sampai dihalaman rumah kedua orangtuaku, memang tak terlalu jauh jarak antara rumah sakit tempat aku melahirkan dengan rumah orang tuaku hanya ditempuh dengan jarak lima belas menit kami pun sampai.
Aku keluar dari taksi online dengan menggendong bayiku dan dipapah oleh suamiku, ntah jika urusan uang ia memang selalu perhitungan tapi jika urusan perhatian jangan lagi ditanya. Dia adalah orang yang sangat perhatian pada anak dan juga istrinya.
Aku pun dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu sekaligus ruang keluarga dirumah mamaku itu.
"Nih pak nih, cucu nya yang bayi udah sampai nih. Alhamdulillah selamat dan lahirannya lancar" kata mamaku mengambil alih bayi mungil yang sedari tadi berada dalam gendonganku.
Terlihat mata bapakku berkaca-kaca menatap bayi kecil yang berada dalam gendongan mama, aku sangat merasakan bagaimana antusiasnya bapak atas kehamilan kedua ku saat itu. Sampai pernah ketika aku mengidam menginginkan pesmol ikan buatan mama, bapak pun jauh-jauh mengantarkannya sendiri kerumahku menggunakan sepeda motor yang pernah aku belikan untuknya sewaktu aku kerja dulu. Tepatnya tujuh tahun yang lalu.
Mama berusaha mendekatkan bayiku agar bapak bisa mencium dan meraih tangannya yang kecil, aku bisa melihat bapak meneteskan air mata. Begitu bahagia masih sempat melihat cucu keduanya meskipun tak bisa langsung menggendongnya seperti waktu aku melahirkan anak pertamaku.
Bapak mencoba meraih anakku dalam gendongan mama, namun tak bisa. Kemudian ia menatapku dengan sendu, aku balas tatapannya dengan senyum lembut dan menganggukan kepala. Menandakan tidak apa-apa jika tidak bisa menggendongnya, bapak pun mengerti ia tersenyum menatapku yang hampir meneteskan air mata.
"Aku akan tinggal disini selama beberapa hari, gapapa kan ma?" Tanyaku pada mama yang langsung tersenyum lebar dan menganggukan kepala.
"Gapapa dongg, mama malah seneng. Rumah ini jadi rame ada suara tangis bayi, iyakan pak?" Jawab mama menatap bapak yang langsung tersenyum menjawab pertanyaan mama.
Alhamdulillah aku bersyukur mendapatkan orangtua sebaik mama dan juga bapak, bahkan mama ngga pernah sedikitpun mengeluh mengurus bapak yang hanya bisa duduk dikursi roda.
"Makasih ya ma, pak. Tapi nanti mungkin aku akan merepotkan" jawabku merasa tak enak.
"Ngga ada kata merepotkan Diah, kamu anak mama dan juga bapak sama seperti adik-adikmu yang lain. Apa yang akan direpotkan" jawab mama dengan senyum diwajahnya yang penuh binar bahagia.
"Aku pasti akan merepotkan ma, mama pasti akan bertambah kerjaannya jika ada aku dirumah ini. Belum lagi ada pakaian bayiku yang harus dicuci setiap hari" jawabku membuat mama tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Tenang aja, kamu ngga usah pikirin itu. Kan nanti ada adikmu Sintia yang akan membantu mencucikan, lagian pakaian bayi palingan sepuluh menit juga selesai dikucek" jawab mama dengan yakin.
"Apa dia mau ma, mama tau sendiri Sintia gimana" jawabku dengan ragu.
"Pasti mau, bahkan Sintia mau loh membersihkan kotoran bapak kalo mama sedang keluar rumah. Anak itu biar pun sedikit malas, tapi hatinya sangat sangat bersih. Mama salut sama dia" jawab mama mulai membuatku yakin jika adikku pasti bersedia membantuku untuk mengerjakan cucian milik bayiku.
"Masa iya ma? Sebegitunya?" Tanyaku yang merasa sedikit tak percaya.
"Iyaa, iyakan pak? Mama ngga bohong loh, nanti tanyakan kalo dia pulang sekolah. Kebetulan hari ini ada jadwal tatap muka, sebentar lagi juga pulang sih dia" jawab mama membuatku menganggukan kepala dan menatap bapak yang juga tersenyum menatapku.
Sementara mas Lukman dan juga Rey tengah mengopi dihalaman depan setelah tadi Rey membuatkan kopi tersebut untuk iparnya. Sungguh pemandangan yang enak dipandang bukan jika ipar begitu akrab.
Sampai sekarang aku bahkan sangat mempertanyakan, kenapa suami selalu diterima baik dirumah keluarga istrinya sedangkan istri pasti ada saja konflik dengan mertua dan ipar perempuannya. Apa kah hanya aku yang seperti itu?
"Kamu udah makan belum Diah? Mama masak sayur bening tadi untuk bapak, kamu bisa makan itu biar asi nya lancar. Besok mama masakin sayur bening katuk biar asinya semakin deras" kata mama membuatku menatapnya dengan haru.
"Aku udah makan si ma, tadi sebelum pulang aku udah dapat makan jatah dari rumah sakit" jawabku dengan senyum mengembang.
"Yaudah kalo gitu, nanti kalo mau makan lagi bilang aja ya. Kamu pasti belum bisa banyak bergerak abis Cesar, istirahat aja dulu. Mau disini atau dikamar?" Tanya mama membuatku menyerit.
"Dikamar? Aku disini aja deh ma. Lagian sofa ini kan bisa dijadiin tempat tidur, kalo dikamar biar Sintia sama Nayla aja. Nanti sempit kalo aku juga ikut dikamar" jawabku membuat mama menganggukan kepalanya.
"Yaudah kalo gitu, ia mama ngga inget kalo ada Nayla juga disini. Eehh tapi kemana anak itu yaa, tadi sama si Nabil sama mamanya diajak kemana itu anak yaa" kata mama membuatku tertawa kecil.
"Yaudah si gapapa ma, biarin aja nanti juga datang sendiri" jawabku dengan masih tertawa.
Baru saja diomongin orangnya udah nongol diteras rumah, ketiga orang tersebut langsung memasuki rumah dengan raut wajah heran terbit diwajah Nayla dan juga Nabil yang heran melihat uti nya menggendong bayi.
"Utii, uti itu Dede nya siapa ti?" Tanya Nabil yang memang sudah jelas berbicaranya karna umurnya memang sudah empat tahun setengah.
"Dedenya uti dong, masa dedenya kamu" jawab mama membalas dengan candaan membuat anak kecil tersebut memicingkan mata.
"Nayla, itu Dede kamu ya nay" tanyanya lagi kepada anakku, Nayla. Nayla yang juga tak mengerti pun menggelengkan kepala membuatnya bertambah kesal.
"Mamah itu dedenya Nayla bukan si mah, aku mau liat mah" kata Nabil pada mamahnya yang tertawa melihat tingkah anaknya.
"Iyaalah itu dedenya Nayla bil, liat tuh bunda Nayla aja udah kempes perutnya" jawab mama Nabil membuat binar-bibar Dimata Nayla dan juga Nabil terbit.
"Yang bener ante, itu adik aku?" Tanya Nayla yang sedari tadi tak mengeluarkan suara cemprengnya.
"Iyaalah nay, lihat gih sana sama uti" jawab mama Nabil menyuruh kedua anak tersebut mendekati mama, mereka pun menurutinya dengan senyuman merekah.
"Uti-uti kita mau liat Dede nya donggg" kata keduanya dengan sangat antusias.
"Iyaa iyaa sebentar, pelan-pelan kasian ini dedenya bobo loh masih bayi banget" kata mama meringis melihat sangat antusiasnya kedua anak tersebut.
Akhirnya mama pun meyertarakan tingginya dengan kedua anak tersebut, terlihat binar Dimata Nayla melihat adik nya yang masih bayi. Aku sangat beruntung ternyata Nayla sangat antusias dengan adik bayinya, karna aku fikir anak seusianya akan merasa kasih sayang yang berkurang dari orangtuanya tapi tidak dengan Nayla.
"Ini lihat dedenya ya kakak-kakak, boleh cium tapi jangan digigit ya" kata mama dengan senyuman.
"Lucu ya nay adik kamu, lihat masih imut banget" kata Nabil pada Nayla yang tersenyum memperlihatkan seperti giginya.
"Iyaa dongg, adik aku laahh" jawab Nayla dengan tertawa kecil.
Aku pun tertawa melihat tingkah kedua anak tersebut, keduanya perempuan dan kini mereka pun mendapatkan adik bayi perempuan juga. Tapi tetap terlihat binar antusias dimatanya.
"Perempuan lagi mbak?" Tanya leha, mama Nabil padaku.
"Iyaa ha, Alhamdulillah dikasihnya perempuan lagi" jawab ku dengan senyuman.
"Iyaa gapapa mbak Alhamdulillah masih dikasih lagi, aku yang berharap dikasih aja belum dikasih-kasih mbak" jawabnya dengan wajah sendu.
"Gapapa, nanti juga dikasih lagi" jawabku menguatkan.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments