perbincangan dengan sintia dan juga Nayla membuatku dan juga mama melupakan percakapan kami soal kepulanganku kerumah mas Lukman, mama pun melupakan kekesalannya terhadap mas Lukman.
aku sangat tau dan yakin jika sebenarnya mama sama sekali tak ingin ikut campur dalam rumah tanggaku dan juga mas Lukman, namun perasaannya sebagai seorang ibu memaksanya melakukan semua itu karna tak tega melihat anak perempuannya diperlakukan tak adil dengan suaminya sendiri.
"kalo gitu kamu sama Nayla istirahat dulu aja gih, udah mau asar. lumayan lah istirahat sebentar, nanti mama bangunin kalo waktunya sholat asar" kata mama pada Sintia dan juga Nayla.
"yaudah kalo gitu, eehh tapi ada makanan ga si. aku lapar lagi" kata Sintia dibarengi cengiran yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"yaampun emang tadi ngga beli makanan disana? kan yang dari mas mu cukup loh buat makan berdua sama buat masuk ke dalamnya" jawab mama dibalas kekehan oleh Sintia.
"tadi aku si udah beli makan ma, tapi abis makan aku lanjut berenang lagi. jadinya ya laper lagi, mama tau sendirilah berenangkan olah raga paling bikin cepet laper" jawab Sintia membuatku menggelengkan kepala.
"mama ngga masak si, tapi ada ayam bakar tadi mama beli pas makan siang. masih ada sepotong kayanya, kalo mau makan siapin ya Nayla ngga ada lagi ayam bakarnya" kata mama pada Sintia yang langsung menganggukan kepala.
"siaaappp maaa" jawabnya dengan semangat empat lima.
"yuk nau, kita maaakaann" ajak Sintia pada Nayla yang langsung menganggukan kepala dengan mata berbinar. Nayla pun mengikuti Sintia masuk kedalam dapur, aku dan mama yang melihatpun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah keduanya yang hampir sama.
"gara-gara pada pulang jadi lupa kan kalo lagi ngocehin kamu!" kata mama yang ternyata masih ingat jika sedari tadi sedang mengoceh padaku soal mas Lukman, aku pun hanya tersenyum sebagai tanggapan.
"jangan terlalu baik sama orang Diah, mama ngga suka. dulu waktu masih pacaran aja kamu udah bisa kasih ponsel kamu yang masih baru buat dipakai Lukman yang ponselnya hilang. akhirnya mana, bukannya mikir buat ganti atau seengganya belilah ponsel sendiri lah ini malah ambles sampe sekarang" kata mama membuatku terdiam mendengarkan setiap yang mama katakan.
"jangan mau terus diinjak injak harga dirimu sebagai perempuan. dulu, bapak pernah bilang kan kalo kamu keluar dari tempat kerja dan milih jadi ibu rumah tangga pasti harga dirimu sebagai istri akan diinjak injak sama keluarga suami tapi kamu tetep mau jadi ibu rumah tangga. sekarang terbuktikan? dulu, waktu bapak kalian mau nikah bapak sempet ga setuju dan itu diucapkan didepan mama. tapi mama berusaha meyakinkan, tapi sekarang entah kenapa setiap apa yang bapak larang dan kita menentangnya terjadi sesuatu yang tak kita duga. atau mungkin bapak memang sudah punya firasat yang ngga enak dengan rumah tanggamu dijika dilanjutkan. tapi sekarang sudah ya sudah, semua sudah terlewat. kamu jalanin saja setiap yang sudah terhidang didepan mata, ini pilihanmu ini jalanmu ini takdir yang udah Allah gariskan untukmu" kata mama membuatku menganggukan kepala mengusap mata yang tiba-tiba basah.
"iyaa ma, maaf kalo aku selalu mengebantah setiap omongan mama sama bapak. andai dulu aku mengikuti kemauan bapak aku yakin pasti aku ngga akan seperti ini, ini semua salahku ma. maafin aku" jawabku menundukkan kepala menahan air mata yang hampir saja tumpah dihadapan mama.
"udah ngga usah nangis, ngga usah disesali. semua ya udah terjadi, sekarang mama cuma mau ngasih tau kalo kamu harus tegas sebagai perempuan. jangan pernah menuruti apapun kata suamimu andai itu salah dimatamu, jangan abai terhadap sholat dan Allah karna itu satu-satunya penolong bagi umatnya" kata mama menasehati. aku pun hanya menganggukan kepala sebagai jawaban, mulutku terkunci tak bisa lagi berkata-kata mendengar apa yang mama sampaikan sangat menyentuh hatiku.
jujur saja, hingga saat ini memang ada penyesalan karna telah memilih menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. tapi aku pun tak ada niatan lagi untuk kembali bekerja, aku sudah jelaskan alasannya saat itu bukan hehehe.
terdengar derap langkah kaki menghentikan pembicaraanku dan juga mama, terlihat Nayla dan Sintia sudah selesai makan mereka pun menghampiri kami yang tengah duduk bersantai.
"Alhamdulillah kenyangnyaaaaa" kata Sintia memejamkan mata dan mengelus perutnya yang sudah terisi penuh.
"terus ngapain kesini, bukannya tidur sana" kata mama menyuruh Sintia tidur karna terlihat melelahkan.
"bentar dulu laah, habis makan kok udah disuruh tidur aja si mama" jawab Sintia sedikit kesal.
"yaa habis dari pada kaya gitu, kaya anak seminggu ga dikasih makan aja" jawab mama membuatku sedikit tersenyum.
"yeee biarin ajalah, emangnya kenapa" jawab Sintia acuh.
"iyaalah iyaalah terserah kamu aja" jawab mama sedikit kesal dengan tingkah Sintia.
"sana sin ajak Nayla tidur dulu ya" kataku pada sintia yang mengerucutkan bibirnya.
"yasudahlah kalo pada maksa aku suruh tidur, ayok nau kita tidur. pada nyebelin emang orangtua ini" kata Sintia yang langsung mengajak Nayla masuk kedalam kamarnya, meskipun dengan tampang bersungut-sungut namun tetap dikerjakan apa yang aku suruh.
"giliran sama mbaknya aja cepet, giliran mama yang nyuruh aja banyak banget alesannya" kata mama bergumam.
"udah biarin aja si ma, lagian kan emang ga bagus habis makan terus tidur" jawabku membuat mama terdiam.
"iyaa udahlah terserah dia aja mau gimana" jawab mama pada akhirnya. aku pun tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh mama.
"jangan ketawa kamu, inget ya jangan sampe kamu juga minta pulang lagi sebelum Lukman sendiri yang jemput kamu kesini. mama lakuin ini juga demi kamu, buat apa nyiksa batin sendiri. sekarang kamu punya bayi, tinggal sendiri tanpa ada mama yang bisa bantuin dirumah sana. jadinya siap-siap jaga batin biar sehat jiwa raga" kata mama yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala.
"iyaa iyaa ma, nanti aku tunggu keputusan mas Lukman aja dulu. makasih ya ma udah mau bantuin aku sampai sejauh ini, meskipun mama tau ini ngga baik tapi mama tetep lakuin demi aku" jawabku dengan tersenyum penuh haru.
"iyaa sama-sama, makanya lain kali nurut apa kata orangtua jangan main perasaan terus. paket juga logikanya" jawab mama membuatku sedikit tertawa.
mama memang benar aku selalu seperti orang bodoh jika menyangkut soal perasaan pada lelaki.
"iyaa iyaa ma, lagian ini kan udah nikah ma bukan main-main lagi. aku juga udah lama berumah tangga sama mas Lukman bukan cuma hitungan bulan tapi juga udah dalam hitungan tahun" jawabku membuat mama tersenyum sinis.
"iyaa dalam hitungan tahun itu juga suamimu itu ga berubah masih aja begitu sifatnya, ampun deh aman sama Lukman itu. dia itu ga bisa bedain apa mana kewajiban mana tanggung jawab, lagipula anak lelaki mertuamu itu ga cuma Lukman masih ada kakaknya yang lelaki. iyakan? kenapa semua seolah Lukman yang menanggung, disana juga mertuamu tinggal sama kakak perempuan Lukman kan? dijatah sama Lukman juga tiap bulan, masa masih ngerengek yang macem-macem lagi. kaya anaknya itu udah nyukupin semua tanggung jawabnya sama anak istrinya dengan baik aja" jawab mama dengan kesal dengan setiap tindakan yang diambil oleh keluarga mas Lukman.
aku yang mendengar keluhan mama pun hanya diam dan tak mengomentari aku biar kan mama dengan kekesalannya hingga habis dan tak mengeluarkan semua unek-uneknya jika didepan mas Lukman atau pun ibu mertua, yaa meskipun kita gatau apa yang akan terjadi nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments