setelah kepergian Rey yang dengan tampang tak enak, aku mama dan juga leha pun kembali melakukan aktifitas kami. mama mulai menyiapkan air hangat untuk bapak mandi, kemudian disusul dengan air hangat untuk Syifa yang akan dimandikan oleh leha. aku pun hanya bisa berbaring ditemani oleh bapak yang sudah terlihat lebih segar dari sebelum mandi tadi.
"seger pak?" tanyaku pada bapak yang langsung dijawab dengan anggukan kepala. sambil tersenyum, bapak mengelus kepalaku dengan sayang.
sungguh bapak memang salah atau penyemangatku dari dulu, meskipun aku sempat merasa jika bapak pilih kasih padaku dan Rey sewaktu sekolah dulu. tapi aku sama sekali tak ingin memiliki dendam terhadap orangtua sendiri, tak pernah ku pungkiri sewaktu sekolah dulu aku selalu merasa bahwa bapak dan juga mama selalu mendahulukan kepentingan Rey. bahkan hingga aku harus berjuang sendiri bersekolah dengan uang yang aku hasilkan dari aku ikut membimbing ekstrakulikuler dibeberapa sekolah, alhasil aku mampu membiayai sekolahku saat SMA dulu.
"mbak, nih Syifa udah selesai mandinya. mau ditaruh dimana?" tanya leha padaku yang langsung menatap wajah sepupuku itu.
"taruh disini lah, taruh mana lagi. emang kamu bisa pakein baju sambil berdiri?" jawabku membuat leha tertawa kecil.
"yaa nggalah, mana ada bayi pake baju sambil berdiri. aneh-aneh aja deh mbak ini" jawab leha masih dengan terkekeh kecil.
"iyaa makanya, udah sini tidurin disini. bajunya masih didalam tas sana" kataku menyuruh leha mengambil sendiri pakaian Syifa yang masih berada didalam tas yang aku bawa dari rumah sakit.
leha pun kembali berdiri dengan wajah bersunggut-sunggut, ia pun mengambil satu setel lengkap dengan gerita dan juga pempers new born ditangan kanannya dan juga bedak serta minyak telon ditangan kirinya.
"kamu bawa baju bayi dari rumah atau beli dirumah sakit mbak?" tanya leha dengan mengerutkan kening.
"beli dirumah sakit? mana ada! emangnya dibidan tempat Nabil lahiran ada pakaian bayi langsung bisa beli ditempat" jawabku membuatnya menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"berarti ini bawa dari rumah sana dong? yaampun repot banget deh" jawabnya, aku pun menepuk pelan bahunya membuatnya mengelus dan mengaduh.
"lebay deh orang ngga sakit juga" kataku membuatnya tertawa kecil.
"hehehe lebay dikit ngga apa kali mbak" jawabnya membuatku memutar bola mata jengah.
"hehehe, kamu emang lebay kali. kamunya aja yang baru nyadar" jawabku membuatnya mengerucutkan bibir.
"bodo amaatlah yang penting suamiku sayang, iyakan pak ya??" katanya memberikan pertanyaan pada bapak yang hanya menampilkan sedikit senyumnya.
aku sangat tau jika bapak merasa bersalah mengizinkan aku menikah dengan mas Lukman, andai bapak bisa bicara dan tidak terkana struke pasti bapak akan membela ku habis-habisan didepan mas Lukman. apalagi setelah bapak pun mengetahui kondisi rumah tanggaku yang selalu direcoki oleh mertua.
"ada apa si nih, kok kayanya berisik banget" kata mama yang baru saja datang membawa sepiring nasi yang aku tau pasti untuk menyuapi bapak.
"biasa laah, ngerumpi ma. apa lagi" jawab leha membuatku terkekeh mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya.
"ngerumpi mah diluar sana, bukan dirumah. dirumah kok ngerumpi, ada-ada aja" jawab mama dengan gemas mantap leha yang hanya tertawa mendengar celotahan mama.
"ngerumpi diluar mah nanti kita ngomongin tetangga ma, mending ngerumpi dirumah. aman, tentram, bahagia hahahahaha" jawab leha dengan tertawa lebar sambil memakaikan pakaian pada Syifa yang terlihat sesekali bergerak dengan masih memejamkan mata.
"hust, pelan kamu kalo ketawa ha. udah kaya dihutan aja" jawab mama membuat leha seketika menutup mulutnya.
"hehe maaf ma" jawab leha dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"halaaah, si Rey udah pulang belum? kok lama banget jemput Sintia" kata mama menanyakan Rey yang tak kunjung pulang.
"yaa kan tadi mama sekalian suruh beli makanan, gimana sih" jawab leha yang kesal dengan pertanyaan mama yang seolah lupa dengan apa yang ia perintahkan pada Rey.
"iyaa maksudnya kok sampe lama begini, biasanya kan juga cepet" jawab mama berkilah.
"yaa biarin aja si ma, kali aja kan antri. namanya juga ditempat makanan" jawab leha membuat mama kesal dengan jawaban yang keluardari mulutnya, akhirnya Mampun mengeluarkan jurus andalannya. mencubit lengan leha hingga dirinya mengaduh.
"aduuhh sakit ma ih" kata leha mengusap bekas cubitan mama pada lengannya yang meninggalkan bekas kemerahan.
"makanya kalo ditanyain orangtua itu jawabanya yang bener" jawab Nana kesal.
"yaa kan jawaban aku bener lah ma, mas Rey kan emang lagi beliin makanan dan mungkin aja ngantri ma. mama kan tau sendiri makanan jaman sekarang pasti antri bahkan rebutan sama ojek online" jawab leha sekali lagi, aku hanya terkekeh melihat keributan didepanku.
mama pun tak lagi menyahuti perkataan leha, ia fokus menyuapi bapak dengan satu bening yang dia buat siang tadi.
"ini bapak udah makan nanti mau dikasih makan lagi kalo Rey pulang bawa makanan ma?" tanyaku pada mama yang langsung menatapku dan menganggukan kepala.
"iyaa, emang kenapa?" tanya mama pelan.
"gapapa, emang gaada pantangan apa gitu? bapak kan masih dalam pengobatan ma" tanyaku sekali lagi, kali ini mama menggelengkan kepala.
"ngga ada laah, kalo pun ada mama pasti udah singkirin yang jadi hambatan untuk bapak" jawabnya membuatku menganggukan kepala.
"iyaa si" jawabku singkat, tak lama terdengar suara motor berhenti didepan rumah. aku yakin itu adalah Rey yang beru saja pulang menjemput Sintia sekaligus membeli makanan untuk kami.
"assalamualaikum" terdengar suara salam dari luar rumah yang tertanya Sintia dan juga Rey yang sudah berada didepan pintu membawa seplastik makanan yang dibelikan Rey untuk kami.
"mana pesenan mama Rey?" tanya mama pada Rey yang langsung menetap sang mama dengan pandangan yang sulit diartikan.
"yaampun ma, anaknya baru pulang istirahat dulu kek. udah ditanyain aja makananya, gimana deh" jawab Rey dengan kesal, sementara mama hanya terkekeh mendengar jawaban Rey yang seolah merajuk atas pertanyaannya.
"kamu mah udah gede Rey, ngapain ditanyain kaya gitu" jawab mama santai.
"nih makanannya" kata Sintia yang langsung menyalami mama, bapak dan juga aku.
"heh, aku dilewatin. songong" kata leha pada Sintia yang sengaja membuatnya kesal.
"eehh ada mbak leha, dari kapan mbak?" tanyanya seolah tak berdosa.
"matamu curek, dari tadi ga liat aku disini" jawab ya kesal, Sintia pun terkekeh mendengar jawaban dari leha.
"hehe maaf lah, namanya juga lihat" jawab Sintia berkilah membuat leha memutar bola mata jengah.
"sengaja kamu mah" jawab leha mengerucutkan bibir.
"heh, lagian aku itu mbaknya mbak leha tau. kalo songong ya harusnya mbak leha yang songong sama aku, kecil-kecil gini aku mbakmu kalo lihat dari segi keturunan" jawab Sintia dengan berani membuat leha memelototkan mata.
"apa? emang bener kan? bapak kamu itu adiknya bapakku, harusnya kamu yang panggil aku mbak. biar gimana pun aku ya mbakmu, sama kaya mbak Diah" lanjut Sintia membuatku tertawa pelan melihat wajah leha.
"tetap ajalah, masa kamu dipanggil mbak. masih kecil juga, tuaan aku dari segi umur" jawab leha tak mau kalah.
aku, mama dan juga bapak bahkan Rey yang mendengar dan melihat perdebatan keduanya pun hanya mendiamkan saja tak ingin mencampuri. sesekali kami hanya menegur jika Sintia sudah berlebihan menjawab perkataan leha.
"kok malah pada ribut si" kata mama menengahi keduanya.
"abisnya nyebelin nih ma mbak leha" jawab Sintia dengan nada manjanya pada mama.
"udah sana ganti baju dulu kamu juga baru pulang sekolah kok" jawab mama membuat sintia terpaksa mengikuti apa yang diperintahkan kan olehnya.
sebelum meninggalkan kami, Sintia lebih dulu menjulurkan lidahnya ke arah leha yang langsung dibalas kepalan tangannya. kemudian Sintia pun lari menuju kamarnya dengan tergesa-gesa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments