Namun, sebelum menghilang dari balik pintu. "Setiap kisah akan menjadi satu koin dengan dua sisi. Aku menganggap Fatih sebagai masa lalu dan dia menjadi seorang pengkhianat dalam hidupku, tapi dia adikmu. Jadi, putuskan apa arti dia bagimu dalam kehidupan ku yang telah berlalu."
Pintu tertutup, Shena meninggalkan Danish dalam dilema. Mau bagaimana? Beberapa pertanyaan menjadi tidak berguna karena sang pemilik cerita telah menyudahi kisahnya. Pria itu, masih tidak sadar. Jika sorot matanya saja sudah menjelaskan, dia tidak sepenuhnya percaya pada cerita dari sang istri.
Shena yang berjalan menuruni anak tangga sesaat menoleh ke belakang, ada yang diharapkannya, tetapi ia sadar. Hubungannya dengan Danish baru dimulai. Sungguh naif, jika dia mengharapkan akan dipercaya tanpa memberikan bukti. Sebagai seorang pemimpin senat. Ia tahu, bagaimana memprediksi situasi.
Saat ini, dia yakin. Jika Danish sibuk tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Berpikir, mungkin semua hanya halusinasi atau hanya sebuah cerita klasik. Apapun itu, Shena hanya berharap satu hal. Yaitu, suami yang bisa memberikan kepercayaan dengan seiring waktu.
Jika mengingat bagaimana situasinya. Sudah pasti, hubungan itu seperti kertas putih polos. Keduanya harus bekerjasama untuk memberikan coretan warna hingga kisah mereka memberikan pelangi dan bisa saling melengkapi. Shena kembali melanjutkan langkah kakinya menuruni anak tangga.
Gadis itu sudah cukup menjelaskan. Kini giliran Danish untuk memutuskan. Dimana pria itu berjalan mondar-mandir di dalam kamar Naina, ketika tatapan matanya tak sengaja melihat sebuah bingkai foto ukuran 4R di atas meja belajar. Langkahnya berjalan menghampiri foto tiga gadis yang berpose seperti patung liberty.
Naina di sisi kanan, Shena ditengah, dan Siti di sisi kiri. Sepertinya foto itu diambil saat pergi ke sebuah pusat permainan. Ketiganya begitu ceria dengan wajah lucu. Seketika hatinya berdebat menatap senyuman lepas dari istrinya yang nampak begitu bahagia. Apakah itu, SheZa?
Diraihnya bingkai foto itu, lalu ia perhatikan dengan seksama. Sebuah tanggal pengambilan foto tertera di sudut kiri bawah. "Foto satu tahun lalu, artinya mereka baru mulai dekat, tapi di saat Fatih masih sekolah SMA. Bukankah itu artinya, kedua sahabat istriku tidak mengenal siapa adikku? Jika benar, apakah Shena akan mengatakan kebenaran yang sama pada Nai?"
Sungguh cepat Danish menganalisa keadaan, tetapi pria itu tidak paham. Jika Shena, tidak akan bertindak gegabah. Memang gadis itu berbicara secara terus terang padanya. Namun, untuk saat ini, dia memilih diam demi menjaga perasaan keluarga Naina. Danish mengalami dilema yang cukup rumit, sedangkan di bawah sana ....
"Nak, kenapa tidak kumpul ama yang lain saja? Pekerjaan memasak biar Mama dan Tante Amora yang beresin." tegur Mama Quinara mencoba untuk membebaskan menantunya dari asap dapur, sayangnya Shena menolak dan tetap fokus meracik bumbu untuk masakan sop buntut.
Tangannya begitu cekatan dan terampil, membuat Mama Quinara tersenyum. Tante Amora yang tahu kelebihan dari sahabat Naina ikut memperhatikan, "Nara, bukankah Shena mantu pilihan? Kurang apalagi coba. Jadi ketua senat, juara taekwondo, jago masak, dan ....,"
"Tante, jangan berlebihan memujiku." Shena menghentikan keterbukaan dari Tante Amora, ia tak ingin seluruh identitasnya terbongkar di hari yang sama. Lagi pula, tidak semua orang akan melihat kemandirian yang selalu dilakukannya. "Ma, tadi pagi, Mas Danish bilang masakanku mirip masakan mama."
"Oh, iya? Wah, pasti enak tuh. Trus, trus." Jawab Mama Quinara antusias menatap Shena yang sibuk melanjutkan bahan masakan lain.
"Aku mau diajarin Mama masak. Jujur saja, selama ini Mama Melati melarang keras agar Aku tidak masuk ke dapur. Kecuali ambil makanan aja," sambung Shena tanpa menambahkan bumbu, dia hanya mengatakan kebenaran kehidupannya yang selalu dijaga dan memiliki banyak larangan.
Mama Quinara tersenyum, kemudian mengusap kepala Shena. "Melati sangat mencintaimu. Maka inget, waktu dulu kamu lahir. Tidak seorangpun diizinkan menggendong bayi mungil miliknya. Kamu tahu, Mama mu mengatakan apa padaku."
Shena menggelengkan kepalanya, membuat Mama Quinara terkekeh. Kenangan malam itu selalu berbekas di dalam memori yang terkunci rapat di dalam hatinya. "Jangan sentuh putri rajaku. Shena Az Zahra harus kuat. Aku tidak akan membiarkan pandangan buruk seorang pun jatuh menimpa putriku, meski itu hanya bayangannya saja."
"Dunia ternyata sempit. Jadi bayi yang selalu berada di pangkuan seorang ibu itu, tak lain adalah Shena?" Tante Amora memastikan, membuat Mama Quinara mengangguk, lalu mendekati menantunya.
"Mungkin, Aku merasa itu lucu, saat itu. Tetapi, sekarang Aku paham. Melati ingin kamu selalu baik dan bahagia. Shena yang kuat, pasti bisa melalui rintangan dalam kehidupan. Kami percaya kamu, Nak." Jelas Mama Quinara, kemudian membenamkan kecupan hangat dikening menantunya, membuat gadis itu kembali merasakan cinta orang tua.
Bagaimana tidak bersyukur? Dia tidak kehilangan apapun setelah menikah mendadak. Justru kini mendapatkan orang tua baru yang pasti akan berusaha memahami dan mendengarkan sebelum menilai seperti apa dirinya. Perilaku Mama Quinara pada Shena, membuat Tante Amora ikut terharu.
*Semoga, hubungan kami selalu dilimpahi keberhasilan dan kasih sayang. Semoga tidak ada niat buruk yang siap menghancurkan ikatan kami. Amiin.~batin Tante Amora seraya menengadah memohon perlindungan pada Allah SWT*.
Ketika doa dan harapan menjadi ujung peraduan. Allah selalu memberi ujian agar keimanan dan keyakinan semakin meningkat. Apa yang disebut mata jahat? Atau niat buruk? Ketika hati manusia tidak mau menerima kenyataan, maka sisa rasa yang terbakar menjadi hembusan panas yang membara. Sama seperti dia yang bersembunyi di balik pintu dengan tangan mengepal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments