Tok!
Tok!
Tok!
"Mas!"
"Taruh saja di gagang pintu. Aku masih mandi." Jawab Dan sekenanya agar Shena tidak menunggu lebih lama.
Lima belas kemudian. Dan keluar dari kamar, pria itu berjalan dengan santai. Untung saja perasaannya sudah kembali normal. Tunggu dulu, hingga langkah kaki berjalan menuruni anak tangga. Tepat dibawah sana, ada Shena dengan penampilan yang bisa dikatakan sangat unik karena memakai pakaiannya.
Gadis itu sedang berbincang bersama Bi Yati. Sekilas terdengar tengah berdiskusi tentang bunga mawar yang sepertinya menjadi daya tarik nomor satu di kediamannya itu, hingga si bibi memberikan kode akan kedatangannya pada Shena. Sontak, gadis itu menoleh ke belakang.
"Udah selesai, Mas?" tanya Shena santai, membuat Danish menganggukkan.
Ketika langkah kakinya sudah sampai di dekat Shena. Sejenak menatap wajah sang istri, ntah darimana gadis itu mendapatkan outfit yang cukup menjadi styles. Apalagi rambut panjangnya tergerai, semakin menambah kesan anak muda.
Melihat sikap diam Danish. Shena menjentikkan jarinya di depan wajah sang suami, "Mas, apa yang kamu lihat? Kenapa malah bengong."
"Neng ini, pasti kesemsem ama istrinya yang geulis atuh. Makanya, si Aden jadi diam membisu karena terpesona." Bi Yati menyahut tanpa ada kabel sambungan yang putus, wanita itu bergegas melarikan diri sebelum di semprot sang majikan membuat Shena terkekeh pelan akan tingkah sang bibi.
"Sudah?" Dan menatap Shena dengan tatapan serius, akhirnya kekehan itu terhenti. Meski masih setia senyuman tipis tersungging. "Sekarang mau ke kampus atau mau ke rumah Papa, Mama?"
"Aku harus ke kampus, tapi ponselku ketinggalan di kamar hotel. Jadi, Aku rasa sebaiknya mengambil ponsel dulu. Baru ke kampus. Bagaimana menurutmu?"
"Ponsel, ya." Dan mengambil benda mati miliknya, lalu diberikan pada Shena. "Kamu bisa pake punyaku, dan nanti biar aku yang ambil ponselmu dari hotel. Kemarin kamu sudah bolos kuliah 'kan? Jadi, hari ini harus kuliah."
Shena tak mau menjadi beban, ponsel yang melambai meminta untuk dimiliki. Didorongnya kembali agar tetap bersama suaminya, "Aku bisa sehari tanpa ponsel. Antar saja aku ke kampus. Itu sudah cukup."
Perdebatan kecil yang berakhir dengan baik. Keduanya berjalan bersama meninggalkan rumah menuju mobil yang terparkir. Perjalan dari rumah menuju kampus tempat Shena kuliah, ternyata memakan waktu empat puluh menit lebih. Dan menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang kampus.
"SheZa, apa kamu tak apa. Jika tanpa ponsel?" tanya Dan menghentikan Shena yang bersiap mendorong pintu mobilnya.
Shena menoleh ke arah suaminya, lalu mengacungkan jempol. "Kampusku aman, aku juga hafal nomor Papa dan Mama. So, it's okay, Mas."
"Baiklah. Aku akan jemput kamu, tapi kapan jam kuliah mu berakhir? Supaya Aku tidak salah jam." ucap Danish mencoba untuk menjadi suami yang bertanggung jawab, tetapi istrinya masih belum terbiasa diperlakukan secara istimewa.
"Aku bisa pulang pake taksi, bukankah pakaian dan buku pelajaran ku ada di rumah Papa dan Mama. Aku akan pulang kesana selesai kuliah hari ini." Shena menjawab dengan alibinya yang memang benar adanya, mana mungkin akan selalu memakai pakaian milik Danish.
Danish hanya bisa membalas dengan senyuman pasrah. Pria itu membiarkan Shena turun dari mobilnya, hingga tatapannya terus mengikuti langkah sang istri yang berjalan memasuki gerbang gedung fakultas. Rasanya seperti saat dia mengantarkan adiknya Fatih.
"Ayo, Dan. Waktunya untuk bekerja." Gumamnya kembali menyalakan mesin mobil, lalu menyetir.
Perjalan dari kampus menuju tempatnya bekerja cukup jauh, bahkan bisa dikatakan berbeda arah. Meski begitu, tidak ada rasa keberatan ketika menunaikan kewajiban. Di dalam mobil yang ditemani suara radio. Tiba-tiba saja, Dan teringat sesuatu. Sontak saja, mobil itu berputar arah menuju ke kampus lagi.
Untung saja, masih belum terlalu jauh. Mobil yang akhirnya mencapai gedung fakultas tempat Shena menimba ilmu terparkir di gedung sebelah kampus. Danish turun, tak lupa mengunci mobilnya
Situasi kampus yang masih cukup ramai dengan para mahasiswa yang free terpesona akan kedatangan pria tampan dengan kacamata, kaos lengan panjang putih, jeans biru, sepatu boots kulit. Outfitnya seperti anak muda pebisnis.
Hawa panas menyebar, membuat para kaum hawa menjerit minta nafas buatan. Bagaimana tidak. Danish terlihat begitu dewasa sebagai pria yang matang. Seakan-akan memanggil para gadis untuk ke pelaminan. Namun, itu hanya sudut dari para kaum hawa karena Danish sendiri pria dewasa yang dingin.
Langkahnya hanya melewati banyak kerumunan anak muda. Tidak sekalipun, pria itu bertanya tentang keberadaan Shena. Ntah kenapa, ketika melihat cacing kepanasan yang membuat jijik. Dia memilih untuk berlalu memasuki gedung tanpa bertanya pada seorang mahasiswa pun.
Danish terus menyusuri lorong, demi lorong dengan harapan bisa melihat Shena. Benar saja. Setelah berbelok tiga kali dari gedung utama. Nampak seorang gadis dengan kesibukan mengerjakan sesuatu di salah satu meja kantin. Gadis itu berusaha menyelesaikan tugas yang kemarin diberikan dosen killernya.
"Haduh, waktunya tinggal lima belas menit lagi. Gimana nih, mana ini duo dangdut gak nongol. Kebelet, apa kepepet? Heran deh, gue ama mereka berdua." Celetuk Shena seraya menggigit tutup pulpen yang nganggur, tapi tiba-tiba ada yang merebutnya tanpa permisi. "Loe ....,"
"Aku, kenapa?" tanya Danish menahan senyumnya karena rona malu di wajah sang istri menjadi blush on alami. "Sini, Aku bantu. Mana yang susah? Aku tidak mau, istriku kena hukum hanya karena soal yang tidak sberapa sulit."
"Eh, Mas ngapain disini? Tadi kan udah pergi kerja." ujar Shena menatap Danish serius, tetapi juga was-was. Pasalnya, pernikahan mereka itu dadakan, tidak satupun orang tahu. Jadi ya pasti takut dikira tidak berakhlak, jika sampai duo dangdut tahu kelakuannya yang absurd.
Danish tak menggubris, pria itu malah menarik buku tebal dari depan Shena. Kemudian membaca soal yang untungnya dia paham dan sangat menguasai pelajaran tentang management bisnis. "Dengarkan Aku, dan jangan pikirkan selain penjelasan pelajaran, ya."
"Management bisnis ini, seharusnya ....,"
Seorang suami berusaha menjadi guru dadakan dengan harapan istrinya bisa mengerjakan tugas dan tidak jadi mendapatkan hukuman. Akan tetapi, yang di suruh mendengarkan malah fokus dengan rasa takut ketahuan karena sudah menikah. Benar-benar keterlaluan.
Sepuluh menit kemudian. Danish mengoyangkan bahu Shena dengan tatapan khawatir. "SheZa, kamu kenapa? Sakit? Ayo, kita kerumah sakit saja."
"Aku gak papa, Mas. Cuma ....,"
"Ukhuk!" Deheman yang disengaja dari belakang pasutri itu, membuat Shena berpura-pura tidak mendengar, sedangkan Danish mulai mencoba untuk memahami situasi yang terjadi pada istrinya.
Apalagi, ketika kedatangan dua gadis yang baru saja berdehem cukup keras. Sudah cukup menjelaskan apa yang menjadi dilema Shena. "Apa kamu tidak mau memperkenalkan mereka padaku, SheZa? Setidaknya Aku tahu, siapa saja yang menjadi teman ....,"
Belum juga usai mengucapkan semua, ada sesuatu yang mendarat tepat di perutnya. Ternyata, Shena mencubitnya dengan tatapan larangan. "Duo dangdut, kenalkan ini Mas Danish, dan Mas. Dia Siti si suara cempreng dan dia si smart alias Naina."
...----------------...
...Shena Az Zahra menjadi Shena Az Zahra Danish Anderson...
...Danish Anderson dipanggil Dan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
🎯™Neli SyifaE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
visualnya Danish Anderson ganteng pantas jika kaum hawa banyak yang menjerit minta dibawa ke pelaminan 😂😂😂
2022-12-25
0
Raka saputra
danish selalu gugup jika betemu dgn shena. cinta telah membuat hati deg² kan😅
2022-12-17
2
❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊
duh, sena kenalkan pd mereka. pasti terpesona sm pria yg brsm u skrg
2022-12-17
3