SheZa. Are you okay?" tanya Danish menghampiri istrinya yang terdiam dengan mata terbelalak, seakan mendapatkan berita yang penting dan memberikan aliran listrik.
Hening!
Danish mengambil alih gagang teleponnya, lalu menjawab panggilan itu, "Siapa ini?"
[Kakak, kenapa tidak bilang udah di Indonesia? Aku masih camping, tapi tenang. Besok pasti sudah balik. Ngomong-ngomong, tadi siapa yang angkat, Ka? Istrinya, ya.]
"Hmm. Tidak sopan bicara seperti itu, pulanglah ke rumah Papa, Mama. Paham? Sekarang aku tutup telponnya." ujar Danish mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban dari seberang.
Tatapan mata Dan hanya tertuju pada SheZa. Dimana istrinya masih terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu. Apalagi wajah ceria berubah menjadi pucat. Ada apa gerangan? Kenapa perubahan terjadi begitu mendadak. Apa itu berkaitan dengan adik angkatnya?
Tanpa ingin menambah ketegangan. Direngkuhnya tubuh sang istri, tak lupa mengusap puncak kepala agar istrinya bisa kembali tenang. Sejenak membiarkan waktu terhenti bersama helaan nafas dalam. Sentuhan. Tangan yang melingkar ke pinggang, membuat Dan semakin mengeratkan pelukan.
Sepuluh menit kemudian, Dan mengulurkan segelas air, "Minumlah! Ini akan melegakan. Bisa katakan. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
"Aku tidak kenapa-napa. Tadi ku pikir itu teman ku, Aku tidak tahu. Jika itu orang lain ....,"
"Tenanglah. Dia itu adik angkatku, tapi keluarga kami sudah menganggap Fatih sebagai anak kandung. Jangan kaget, ketika dirumah utama ada pemuda yang selalu bersikap tengil. Fatih anak yang baik, hanya saja terlalu penyendiri."
Bunga tersenyum menahan sesuatu yang mengusik hatinya. Nama yang keluar dari bibir Danish. Bukan sembarang nama. Apakah mungkin orang yang sama? Tidak. Jika sama, sudah pasti anak itu muncul di hadapannya. Nyatanya, selama dua tahun terakhir menghilang ditelan bumi.
"SheZa, kenapa melamun? Apa kamu khawatir soal tugas kuliah? Jika iya, katakan siapa nama dosen mu. Aku akan meminta keringanan." Ujar Danish mengembalikan kesadaran Shena, gadis itu menggelengkan kepala.
"Aku bisa menyelesaikan masalah kampusku sendiri. Terima kasih, tapi cukup fokus dengan masa lalu yang masih terjebak di antara kita. Boleh aku istirahat? Rasanya sangat lelah."
Danish mengusap kepala Shena. Meski sorot mata terlihat jelas dipenuhi dilema. Dia tak ingin memaksakan kehendaknya, "Tidurlah."
Pria itu membimbing istrinya untuk berbaring di ranjang, tak lupa menyelimuti tubuh Shena agar tidak kedinginan. Setelah memastikan wanitanya memejamkan mata. Satu kecupan kening menjadi perpisahan. Barulah ia rela beranjak dari sisi sang istri.
Ceklek!
Kepergian Danish yang keluar meninggalkan kamar, membuat Shena menyibak selimut yang menutupi tubuh nya. Yah, dia hanya berpura-pura tertidur, sedangkan hatinya berselimut rasa gundah gulana. Satu nama terngiang-ngiang di telinganya. Fatih.
Pemuda keturunan Jawa bercampur Jepang. Pemilik mata sipit dengan wajah khas orang Jawa yang oriental. Rambut yang selalu rapi, tapi tidak klimis. Fatih Raka Gibran. Sepintas kenangan terakhir kembali muncul melintas mengingatkan sebuah janji di antara anak remaja yang labil.
Saat semua anak sibuk merayakan malam perpisahan. Justru dia dan Fatih memilih duduk bersama di taman sekolah bangku atas. Di bawah cahaya rembulan. Senyuman yang selalu menghiasi wajah keduanya. Sungguh malam yang dipenuhi aroma bunga.
"Za, setelah ini, kita akan jarang ketemu, tapi aku janji akan kembali hanya untukmu." Fatih meraih tangan Shena, membiarkan pandangan matanya jatuh tenggelam dalam netra sang pujaan hati. "Apa kamu mau menunggu ku? Demi masa depan bersama."
Shena mengangguk tanpa ada kata untuk bisa menjelaskan rasa bahagianya, tetapi malam itu hanya tinggal kenangan. Semua karena, sebuah kebenaran terungkap satu minggu setelah malam perpisahan. Dimana, dia melihat Fatih tengah berciuman mesra dengan seorang gadis yang ternyata mantan musuh di saat masa SMA.
Setiap kata yang keluar dari bibir Fatih menjadi duri yang menusuk. Ternyata pemuda itu hanya memiliki janji manis tanpa bisa dinikmati. Meski, waktu telah berlalu selama dua tahun. Tetap saja, ada getaran yang membangkitkan rasa kecewa di dalam hatinya.
Shena memegangi dadanya yang terasa sesak, bahkan tanpa sadar. Sekali lagi, air matanya jatuh hanya karena luka yang selama ini dia pendam, "Shena, semua itu sudah berakhir. Jangan diingat lagi! Sampai kapan hatimu menimbun penyakit yang bisa menjadi virus masalah? Ingat saja, saat ini, kamu telah bersuami."
"Fatih hanya nama masalalu yang bahkan tidak pernah menghapus air matamu. Lupakan dan fokus pada duniamu saat ini. Pastikan pernikahan yang baru dimulai mendapatkan kebahagiaan yang bisa saling melengkapi. Lagi pula, di dunia ini banyak pria yang memiliki nama sama."
Di dalam kamar dalam kesendiriannya. Shena mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Jika semua akan baik-baik saja. Namun, berbeda dengan Danish, dimana pria itu tengah memikirkan cara untuk menyelesaikan masalahnya dengan sang tunangan Tiara.
Permintaan sang istri tidaklah salah. Justru benar, karena sekali orang tahu status diantara dia, Tiara dan Shena. Orang akan berpikir, jika istrinya menjadi seorang perebut. Sebagai suami, sudah kewajibannya untuk meluruskan masalah yang ada. Antisipasi juga harus dilakukan.
Tuuk!
Tuuk!
Tuuk!
Suara ketukan meja, membuat Danish tenggelam dalam kemelut permasalahannya. Pria itu mencoba untuk menarik garis lurus hingga dia teringat ponselnya. Buru-burulah benda pipih itu diraihnya. Ketika ponsel kembali diaktifkan. Banyak sekali pesan masuk. Termasuk panggilan tak terjawab.
"Seratus pesan, dan lima puluh dua panggilan tak terjawab dari Tiara. Apa ini tidak berlebihan? Biasanya hanya tiga pesan dalam satu hari." Gumam Danish, membuka pesan dari Tiara.
Pria itu menscroll dengan membaca setiap pesan secara teliti. Selain kata cinta, rindu dan juga hal tidak penting lainnya. Satu pesan menarik perhatian. Pesan yang bertuliskan sebuah pertanyaan. *Sayang, apa kamu selingkuh disana?*.
Kenapa tiba-tiba ada pesan seperti itu? Seharusnya, dia yang mengirim pesan pertanyaan itu, tapi sudah pasti ada yang tidak beres. Tanpa menunda, tangannya mengetikkan sesuatu. Mengirimkan sebuah pesan ke nomor sang mama. Setelah menunggu beberapa saat. Terlihat layar ponsel menyala kembali.
"Astagfirullah, punya Mama sama Papa, gini amat. Pantas saja Tiara kirim pesan seperti itu. Ulahnya saja, orang tua ku sendiri. Ya sudahlah, sekarang aku harus menyelesaikan juga. Apapun yang sudah bukan milikku, tidak perlu aku pedulikan lagi."
Danish merenggangkan otot tangannya. Setelah seharian mengubah takdir hidupnya. Tentu yang tersisa rasa lelah yang mendera. Ponsel yang masih menyala dibiarkan begitu saja. Mata yang tinggal setengah watt mulai terpejam. Apalagi AC di dalam ruangan kerjanya cukup menjadi kenyamanan.
Waktu yang berlalu menjadi masa lalu. Keesokan harinya, suara dari arah dapur terdengar cukup jelas. Tetapi bukan itu yang menarik perhatian seisi rumah. Melainkan aroma harum masakan yang sangat menggelitik perut. Teriakan lapar tak bisa ditunda lagi.
"Bi Yati pasti masak enak. Sebaiknya aku keluar, tapi cuci muka dulu." Ucap Danish beranjak dari tempat duduknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
🎯™Neli SyifaE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
Shena, kamu jangan melihat ke masalalu dan hapuslah nama itu dihatimu karena kamu sekarang udah sah menjadi istri seorang Danish, seorang istri yang harus patuh sama suaminya
2022-12-25
0
Raka saputra
duh, denish kenapap istrimu begitu hening, ditanya kok malah diam
2022-12-17
5
❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊
bik yati msak enak pasti enak nih, smpi seisi rumah tergiur ingin segera makan
2022-12-17
4