Aku tidak rela kamu menjadi milik kakakku Meskipun aku tahu Kak Danis orang yang sangat baik dan bertanggung jawab tapi Bukankah kamu adalah cinta pertamaku. Sudah sewajarnya kamu menjadi milikku bukan milik kakakku. ~Ucap hati Fatih merasa iri hati dan tak sanggup menerima kenyataan.
Keraguan yang nampak dari sorot mata Fatih. Tak seorang pun menyadari itu. Pemuda itu menurut ketika Mama Quinara memberikan cincin pertunangan. Akhirnya tukar cincin berlangsung dengan khidmat penuh ketenangan. Namun, tidak ada yang menyangka. Jika lirikan mata Fatih terus berulang-ulang mencuri pandang ke arah Shena.
Setelah acara tukar cincin. Tante Amora memberikan waktu pada semua anak muda itu untuk berbincang di tempat lain, sedangkan ia dan Quinara akan membicarakan beberapa hal tentang persiapan acara pertunangan secara resmi. Kini Danish duduk disebelah Shena dengan tatapan terus terpatri.
Sementara Naina, Siti dan Fatih hanya saling diam, hingga beberapa pelayan datang membawa cemilan dan minuman segar. Cemilan dari berbagai jenis, membuat Siti bersorak gembira. Gadis satu itu, tidak akan peduli sekitarnya, jika sudah mengenai tentang cemilan.
Lihat saja, dia sudah mengambil sepiring keripik kentang yang ditaburi bumbu warna warni. Benar-benar menggugah selera. Melihat itu, jiwa Shena hanya bisa menggelengkan kepala. Ayolah, di antara mereka ada dua pria, tapi gadis itu masih bersikap santai.
Helaan nafas ntah keberapa, tapi Shena berusaha untuk mencari ketenangan yang nyatanya. Tetap tidak bisa tenang. Di sebelahnya ada Danish, sedangkan di depannya ada Fatih yang masih saja mencuri pandang ke arahnya. Kenapa jadi seperti patung pajangan?
"Mas, bisa kita pulang?" tanya Shena lirih, tapi masih terdengar jelas di telinga Danish.
"Kita akan pulang bersama. Bukankah kamu mau kerumah papa, mama?" Danish membenarkan anak rambut Shena yang terus saja tertiup angin hingga menghalangi pandangan sang istri. "Apa kamu sakit? Mau ke rumah sakit ....,"
Naina yang menyimak memperhatikan tingkah aneh dari Shena. Tidak biasanya gadis bar-bar seperti Shena betah sekali untuk terus diam seperti patung. Apalagi gadis itu, selalu saja mengubah arah pandangan matanya. Seakan tengah menghindari seseorang, tapi siapa?
"Shena, bagaimana dengan masalahku?" tanya Naina mencoba untuk memulai perbincangan agar bisa mencairkan suasana, Siti yang mendengar itu, justru ikut teralihkan dengan mulut penuh makanan.
"Kalian ada masalah? Apa aku boleh tahu?" sahut Fatih mencoba menghentikan rasa sesak di dada, tetapi tangan pemuda itu malah mengepal di bawa meja. "Emm, aku kan hanya ingin mengenalmu. Jadi kita bisa mulai dari hal kecil. Bukan begitu, Ka?"
Pemuda itu benar-benar bersikap manis dan baik seperti biasanya. Tidak peduli apapun yang tersimpan di dalam hatinya. Dia hanya menunjukkan sisi baik dari seorang Fatih. Setidaknya, keinginan hati dan pikiran hanya tersimpan untuk diri sendiri.
"Itu memang diperlukan. Lagi pula, Naina juga akan menjadi adik iparku. Apapun masalahnya, boleh mengadu padaku." Danish menoleh ke arah Naina, lalu kembali menatap istrinya. "SheZa, bukankah tadi kamu bilang ingin menyelesaikan tugas kuliah? Apa ada masalah serius?"
Shena mengangguk pelan, tapi tetap diam. Gadis itu merasa ada orang yang mengikat kepalanya begitu erat. Pusing tak bisa ditahan lagi, tetapi senyuman tipis masih tersungging. Ia tak ingin, orang lain curiga. Padahal bibirnya mulai terlihat pucat.
Ntah kenapa, melihat istrinya diam. Justru menghadirkan rasa khawatir di dalam hatinya. Ia tahu, Shena pasti dalam keadaan tidak baik. Tangan gadis itu bahkan gemetar seakan tidak mendapatkan makanan selama beberapa hari, "Nai, boleh pinjam kamar tamu? Aku ingin bicara berdua dengan istriku."
"Uhuk!"
"Uhuk!'"
"De, minumlah! Kenapa tidak hati-hati." Sambung Dan yang juga khawatir dengan reaksi Fatih.
Naina yang merasa memiliki kewajiban langsung memberikan segelas minuman ke Fatih, "Silahkan."
Gelas itu diterima, tetapi tetap saja setiap kali mendengar kata Shena menjadi milik Danish. Rasanya sungguh panas membara di dalam hatinya. Setelah memastikan Fatih baikan, Naina kembali menatap Shena. "Kakak bisa pakai kamarku. Tenang saja, Shena juga saudariku. Pergilah istirahat. Lihat, wajahmu pucat."
"Aku bisa temenin ....," Siti berniat untuk membantu, tetapi mendapatkan lirikan tajam dari Naina. "Hehehe, gak jadi. Ibu negara udah pake mata pisau. Monggo, suaminya aja yang jagain istri."
"Hmm. Mas, bisa bantu aku ....,"
Ucapan Shena tergantung bersamaan Danish yang tanpa kata mengangkat tubuh istrinya. Pria itu menggendong Shena ala bridal style. Naina tersenyum melihat keromantisan pasangan baru itu. Jujur saja, sesaat ada secercah harapan yang tumbuh di hatinya. Harapan yang ia tanam akan hubungannya bersama Fatih.
Namun, Fatih sendiri harus menahan nafas agar tetap tenang melihat hal paling memuakkan seumur hidupnya. Kini tatapan matanya tak lagi bersahabat, sayangnya semua itu tersamarkan dengan senyuman yang terus saja tersungging. Sementara Siti entah apa yang merasuki gadis satu itu.
Makanan saja diabaikan dan sibuk memainkan ponselnya dengan senyum-senyum sendirian. Tidak tahu aja, si gadis dangdut lagi asyik mengabadikan moment kemesraan Danish dan Shena. Hatinya berkata, jika itu akan menjadi kenangan yang harus ia tunjukkan sebagai wujud persaudaraan.
"Fatih, kamu kuliah dimana?" tanya Naina membuyarkan lamunan tunangannya, pemuda itu mengambil ponsel, lalu berkelana sesaat, hingga menunjukkan sebuah gedung fakultas yang menjadi tempatnya belajar. "Wow, ini sekolah favorit. Apa jurusanmu?"
"Aku sudah lulus tahun kemarin, tapi masih harus kuliah untuk proyek terbaru." jawab Fatih simple dan tak ingin basa-basi.
Siti menyimak tanpa ada niat mengganggu. Meski dia menjadi obat nyamuk, tak apa. Toh makanan di atas meja bisa untuk dia semua. Iya gak? Iya lah. Makanya anteng dan jadi pendengar setia. Percakapan diantara Fatih dan Naina semakin seru, tapi seputar dunia kampus saja. Jujur itu sangat membosankan.
Sementara di dalam kamar. Danish memeluk Shena agar bisa beristirahat. Ingin sekali bertanya, tapi ia tak tega. Apalagi istrinya seperti tengah memikirkan banyak hal. Satu yang dia pahami. Saat ini, mereka masih dalam tahap pengenalan. Tidak mungkin untuk tahu, kehidupan selama bertahun-tahun dalam waktu singkat.
Namun, yang dipeluk hanya bisa memejamkan mata, tetapi tidak bisa untuk menetralkan kegelisahan hatinya yang semakin menjadi. Sungguh, dilema ketika hati dan pikiran terus saja berperang. Sedangkan di kamar hanya ada dia dan Danish. Beda lagi jika bersama kedua sahabatnya. Sudah pasti, akan melepaskan beban dengan cara berbagi cerita.
Satu yang menjadi beban hidupnya. Dimana ia merasa berdiri di atas kapal yang terombang-ambing di lautan. Satu pergerakan saja, dia pasti bisa jatuh tercebur ke dalam air yang begitu luas. Satu sisi masa lalunya Fatih, dan sisi lain Danish yang menjadi suami sahnya.
"Mas, aku mau bicara serius." Shena menyingkirkan tangan Danish yang merengkuh tubuhnya, lalu mengubah posisi untuk duduk. Danish pun ikut duduk. Tatapan keduanya saling bertautan, tatapan yang semakin dalam menyelami dalamnya kebenaran. "Sebenarnya, Aku ...,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ela Jutek
jujur aja She biar lega, dah jadi suami ini dari pada mumet
2022-12-19
2