"Hidupku tidak akan berarti, jika bukan karena Tante. Aku percaya dengan keputusan Tante. Tante adalah segalanya bagi Nai. Jangan pernah berpikir, jika Nai melakukan pengorbanan hanya untuk balas budi. Kebahagiaan di hati seorang ibu akan selalu menjadi berkah untuk anaknya."
Ungkapan hati Naina sungguh membuat tante Amora merasa terharu. Lalu, dia merengkuh tubuh Sang keponakan untuk mendapatkan peluk cium dari seorang ibu. Memang benar ia sangat mencintai gadis itu dengan sepenuh hatinya. Apapun yang ia miliki memang adalah hak dari Naina sendiri, tetapi ia tak ingin berharap hal lain. Selain kebahagiaan dari gadis yang menjadi kehidupannya saat ini.
"Baiklah keponakanku yang cantik. Sekarang kamu bersiap dan segera turun ke bawah. Okay? Lihatlah pemuda yang ingin memilikimu sebagai pasangan. Shena, Siti, kalian bantu Naina untuk bersiap-siap dan antar turun." Pinta tante Amora membuat kedua sahabat sang keponakan mengangguk.
Ketiga gadis itu, membiarkan tante Amora meninggalkan kamar dan kini menjadi tempat saling pandang di antara ketiga sahabat. Kepergian sang tante, membuat Naina mendongak ke atas menatap langit-langit kamarnya. Dia merasa tidak tahu, apalagi yang akan ia perbuat, tetapi satu hal pasti.
Sebagai seorang anak. Dia tak mungkin untuk menolak apa yang menjadi harapan dari tantenya. Siti memeluk Naina dari belakang hanya agar memberikan kekuatan dengan membisikkan semangat baru. Sudah pasti tidak mudah menerima perjodohan yang terjadi secara mendadak.
"Ayo bangun! Kita harus mempersiapkan kamu dengan penampilan terbaik." Shena mengusap wajah Naina, "Aku tahu, ini tidak mudah dan mungkin. Tidak lebih baik dari kehidupanku. Hanya saja, ketika takdir sudah menjadi garis kehidupan kita. Apa yang bisa kita lakukan?"
"Lihat saja diriku. Aku yang ingin menghindari perjodohan, nyatanya malah meminta pria yang menjadi jodohku untuk menikah denganku. Mana gak ada acara perkenalan pula." Shena menertawakan kebodohannya sendiri, lagi pula memang dia terlalu gegabah main ajak nikah anak orang sembarangan. "Ayo, kamu akan jadi tuan putri hari ini."
"Nai, hidup ini selalu penuh misteri. Jadi selama kita masih bisa bersama. Bukankah kita akan selalu mendukung satu sama lain dan itu cukup untuk menjadi cambuk semangat. Jangan sedih karena kita harus bangkit bersama." Shena membimbing Naina untuk berdiri dari tempatnya.
Gadis itu, berusaha untuk tegas memberikan masukan yang positif, dan dibantu dengan Siti. Ketiga gadis itu mulai mempersiapkan Naina agar membuat sahabat mereka terlihat mempesona dan berbeda dari penampilan sehari-hari. Persiapan yang diselingi drama kecil karena bingung memilih gaun yang tepat.
Kesibukan dari ketiga gadis itu memerlukan waktu yang tidak begitu lama, hingga pintu kamar yang berada di lantai atas terbuka. Dimana keluarlah seorang gadis dengan pakaian yang elegan tetapi tidak begitu glamour dengan riasan yang sederhana natural serta rambut yang berhias bando biru tipis dengan aksen mutiara kecil.
Gadis itu mulai menuruni anak tangga satu persatu, hingga membuat perhatian semua orang yang ada di ruang tamu teralihkan padanya. Akan tetapi, Naina terus menundukkan pandangan tak ingin melihat siapa yang akan menjadi calon suaminya. Gadis itu, merasakan detak jantungnya berdebar begitu cepat.
Debaran itu, seperti di saat ia mengikuti ujian terakhir semester. Ya, mungkin karena terlalu gugup saja. Meski begitu, Naina terus melangkahkan kaki satu persatu menuruni anak tangga, tetapi tiba-tiba ada tangan yang menggandengnya. Ternyata Siti ikut turun dan gadis itu memberikan senyuman manis.
Siti hanya mencoba untuk memberikan kekuatan agar sang sahabat mau bersabar dan juga tetap tegar untuk menerima kenyataan. Jika ia kini akan menjadi jodoh seseorang, sedangkan Shena masih ingin di dalam kamar. Gadis itu berada dalam dilema. Apakah ia harus turun atau tidak.
Shena berjalan mondar mandir. Sesekali menyibak rambutnya yang terus saja maju. Setelah berpikir ini dan itu. Dilemanya semakin menjadi-jadi. Tentu saja, jika ia turun akan bertemu dengan Danish, sedangkan niat hati ingin menghindar.
Akan tetapi, ada satu pertanyaan yang tiba-tiba menggerogoti pikirannya. Jika tante Amora mengatakan bahwa Naina mendapatkan seorang pemuda sebagai calon suami. Sementara di bawah sana hanya ada sang mama mertua dan juga suaminya. Lalu, siapa yang akan menjadi jodoh dari sahabatnya itu?
Entah kenapa ada satu pemikiran yang sungguh tidak masuk akal, tapi tetap saja masuk melintasi pikirannya. "Jangan-jangan ....,"
Shena keluar dari kamar. Iya ingin melihat sebenarnya apa yang terjadi di bawah, tetapi gadis itu tidak berniat untuk turun dan hanya ingin melihat dari lantai atas. Tepat di saat ia keluar. Di bawah sana Naina, Siti sudah berdiri di depan dua orang yang ia kenal. Hanya saja, ada seseorang yang berdiri di sebelah tante Amora, tetapi hanya menampakkan sebagian tubuhnya saja.
Pakaian yang tak asing. Seperti baru saja dia melihat. Namun, di mana? Tatapan matanya mencoba untuk mencari tahu dengan bergeser ke arah kanan tiga langkah, lalu ia membulatkan mata dengan mulut menganga. Pemuda itu adalah seseorang dari masa lalunya.
"Fatih, dia di sini?"
Betapa terkejutnya Shena, ketika tahu yang berada di sisi samping tante Amora. Tak lain adalah Fatih. Sejak kapan pemuda itu memiliki hubungan keluarga dengan keluarga Naina? Bukankah selama ini, dia menghilang seperti tak tahu, entah dimana rimbanya.
Benar-benar kebetulan yang tidak bisa dihindari. Disisi lain, Danis yang tak sengaja melirik ke atas melihat ekspresi wajah dari istrinya. Ada pertanyaan. Meski tak bisa menanyakan itu secara langsung. Pria itu berjalan melipir meninggalkan orang-orang, lalu menaiki anak tangga satu persatu. Anehnya adalah Shena masih terpaku menatap ke bawah dan tidak menyadari kedatangannya.
Danis berhenti di samping istrinya, lalu memegang kedua bahu gadis itu. Mengubah posisi Shena menjadi berhadapan dengannya. Kemudian menangkup wajah Shena hingga tatapan mata saling bertemu, "Kamu kenapa? Apa ada yang mengganggumu? Katakan padaku!"
Shena tergagap. Kenapa tiba-tiba Danish ada di depannya? Apakah saking terkejutnya hingga tak menyadari kehadiran sang suami. Akhirnya hanya bisa menggelengkan kepala seraya berusaha memberikan senyuman palsu yang memang ia paksakan. Danish tak ingin memaksa. Meskipun, ia bisa melihat kecemasan dimata sang istri.
"Jika ada apa-apa cerita dan jangan kamu pendam sendiri. Aku tidak tahu, apa alasanmu hingga terkejut seperti itu, hingga tidak menyadari kehadiranku. Apapun yang menjadi masalahmu. Utarakanlah, seluruh isi hati dan pikiranmu, padaku. Tetapi, selama hatimu tidak merasa keberatan. Ayo turun karena yang lain sudah menunggu."
Shena tak ingin memberikan jawaban dan hanya bisa pasrah. Ketika Danish menggandeng tangannya, lalu mengajak Ia turun ke bawah. Keluarga yang tengah sibuk saling berkenalan. Sekali lagi mengalihkan perhatian ke arah tangga. Dimana Shena dan Danish berjalan secara berdampingan. Pasangan baru itu, terlihat begitu serasi karena wajah pria yang tampan bersanding dengan wajah cantik dengan keimutan yang cukup memikat.
Akan tetapi, Shena berusaha untuk menjaga pandangan matanya. Ia terus saja mengalihkan ke arah lain agar tidak bersitatap dengan seseorang di bawah sana. Sayangnya, orang yang ia hindari terus saja menghujaninya dengan tatapan kebingungan dan juga sorot mata kesedihan.
Tidak seorang pun tahu. Saat ini Fatih berusaha menahan emosi yang meledak di dalam hatinya. Pemuda itu sungguh tidak menyangka. Jika Shena akan menjadi kakak iparnya. Memang belum ada yang mengatakan itu, tapi dengan apa yang ia lihat saat ini. Maka sudah cukup menjelaskan bahwa Danish adalah suami dari gadis pemilik tahta hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Ela Jutek
yah potek deh
2022-12-18
2