"Surat perjanjian ada di aku, dan yang berwenang pihak perusahan D'Lion. Namanya Tuan Xavier. Kenapa kamu tanya hal itu?" tanya balik Naina dengan jawabannya yang membuat Shena tersenyum tipis seraya mengerlingkan mata nakalnya.
"Kuy cabut! Kita ke rumahmu dulu." ajak Shena dengan seluruh rencana manisnya.
Siti mengedikkan bahu karena ia pun tak paham dengan isi pikiran gadis satu itu. Bukan berarti, dia tak tahu bagaimana cara kerja Shena. Ketiganya sudah mengenal satu sama lain, sejak masa orientasi siswa. Jadi, sudah begitu dekat dan menjadi semakin kenal karena terbiasa bersama.
Shena yang menjabat sebagai ketua senat. Naina yang menjadi asisten salah satu dosen killer dan Siti yang memilih menjadi mahasiswa biasa tanpa beban tanggung jawab selain tugas kuliahnya. Jika di kampus, mereka bertiga tidak dipanggil sebagai geng, tetapi hanya mendapatkan julukan sebagai ratu kampus.
"Nai, Loe bawa mobil apa motor?" tanya Siti di saat ketika berjalan melewati lorong untuk menuju tempat parkiran.
"Aku bawa mobil hari ini. Jadi kita bisa pergi bareng, kalian ke parkiran dulu. Aku ke kelas ambil kunci, sekalian tas juga." Ujar Naina melangkahkan kaki ke arah lain, membuat Shena dan Siti serempak mengacungkan jempol.
Kedua gadis itu berjalan melewati pinggir lapangan basket. Dimana beberapa anak seni tengah sibuk melakukan pemanasan untuk melakukan olahraga. Padahal cuaca cukup terik menyengat, tetapi semangat itu benar-benar terlihat membara.
Siti yang berjalan, tapi tidak memperhatikan jalan. Hampir saja menabrak sebuah tiang, jika tidak ditarik Shena. "Siti, jangan ngalamun. Loe lagi lihatin apa, sih?"
Pertanyaan Shena mendapatkan kode lirikan mata sang sahabat. Ternyata di lapangan olahraga ada si sekretaris senat. Pemuda yang memiliki tinggi seratus tujuh puluh dengan warna kulit sawo matang dan bentuk tubuhnya tidak kurus karena sedikit berisi. Pemuda itu bernama Aldi Suryono.
"Guantengnya itu, pake pooll ....," gumam Siti dengan mulut terbuka siap meneteskan air liur, membuat Shena memutar bola matanya malas.
Tak ingin membuang waktunya. Shena menarik tangan Siti, mencoba menyudahi tatapan lapar akan kasih sayang pada pemuda yang terkenal playboy itu. Jika dibilang iri. Tentu tidak, tapi sebagai sahabat. Dia sadar harus menyadarkan akal sehat gadis pecinta dangdut satu itu.
Berat rasanya ketika tarikan tangannya tak membuahkan hasil apapun. Shena menoleh kebelakang, seketika ia lepaskan tangannya dari Siti. Bagaimana akan bergerak. Orang yang ditarik aja, malah pegangan tiang dan sibuk meneteskan air liur. Gemas rasanya, tapi ini kelemahan dari seorang Siti yaitu melihat pujaan hatinya Aldi Suryono.
"Siti, lepasin tiangnya." bujuk Shena menahan rasa geramnya akan tingkah sahabatnya yang terlalu mencolok. Namun, Siti tidak menggubris dan masih stay menikmati otot yang berulang-ulang kembang kempis seperti kuncup bunga. "Astaga, Naina mana, sih. Lama-lama bisa ku getok nih, kepala sahabat ku sendiri."
Disini, Shena berusaha untuk sabar dan masih mencoba menyadarkan Siti dari demam jatuh cinta. Meski, dia sendiri tidak memiliki orang yang spesial di kampus. Tetap saja, rasanya tidak enak. Ketika banyak mata menatap aneh ke arah mereka hanya karena tingkah berlebihan dari sang sahabat.
Untung saja, Naina menampakkan batang hidungnya. Gadis berkacamata itu memahami kode mata dari Shena. Setelah sampai di tempat Siti yang masih memegang tiang, keduanya bekerja sama membawa gadis satu itu pergi secara paksa.
Jangan dibayangkan. Shena yang memegangi tangan kanan Siti, dan Naina memegang tangan kiri Siti. Keduanya sudah mirip seperti bodyguard atau algojo tak berperikemanusiaan. Sementara yang di tarik malah bersenandung lagu dangdut kesukaan. Boleh gak, lempar sahabat seperti itu biar nyungsep di pohon tauge?
Setelah drama singkat. Anehnya Siti selalu kembali normal ketika sudah tidak melihat wajah Aldi Suryono. Kini ketiga gadis itu masuk ke dalam mobil sedan berwarna silver. Naina duduk di kursi kemudi, disebelahnya ada Siti, sedangkan di belakang Shena memilih untuk mengambil laptop yang menjadi penghuni mobil tetap.
"Nai, file yang buat proyek ada dimana?" tanya Shena tanpa melihat ke depan, membuat Naina berpikir sejenak sambil memasukkan gigi.
"Ada di e-mail ku. Kalau mau, coba periksa di email yang dikirimkan ke pihak berwenang. Sebenarnya ada salinan kontrak online. Jadi, tidak harus mengambil dari berkas yang ada di rumah." Naina menjelaskan hal penting setelah mengingat kembali setiap kontrak yang ditandatanganinya, beberapa bulan lalu.
Mobil itu melaju di jalanan umum. Seperti biasa, Siti akan sibuk mencari channel radio yang menyiarkan lagu dangdut, sedangkan Naina fokus menyetir. Shena sendiri tengah berkutat dengan laptop untuk mempelajari ulang apa yang tertera pada surat perjanjian milik sahabatnya.
Setengah jam kemudian. Mobil itu sudah memasuki sebuah halaman rumah yang luas tanpa gerbang. Terlihat di halaman ada beberapa mobil yang terparkir rapi. Mungkin saja, teman bisnis Tante Amora datang berkunjung.
"Tumben rumahmu rame. Apa ada acara dadakan?" Siti menurunkan kaca mobil untuk melihat kilauan mobil lain yang terparkir di sisi kirinya.
Naina tak begitu asing melihat dua mobil yang terparkir, "Maybe. Sebaiknya kita masuk saja. Shena, hentikan pekerjaanmu. Ayo, kita masuk dulu!"
"Kalian turun dulu. Aku lima menit lagi." jawab Shena tanpa mendongak melihat dimana dia berada.
Apapun yang dikatakan gadis satu itu, Siti dan Naina hanya menurut. Mereka cukup tahu, jika saat ini Shena tengah fokus menyelesaikan rencananya. Maka, keduanya memilih turun terlebih dahulu, lalu berjalan menuju pintu utama.
Lima menit kemudian.
"Akhirnya selesai. Masuk dululah. Haus juga, jus mangga enak, nih." Gumam Shena meregangkan kedua tangannya, tak lupa menutup laptop. Lalu mendorong pintu mobil.
Langkahnya berjalan menyusuri jalanan yang cukup luas dan untung saja, sahabatnya memarkirkan mobil di paling ujung hingga hanya menyisakan jarak lima meter dari pintu utama. Shena berjalan sembari bersenandung riang. Suara sepatu yang terdengar cukup jelas mulai menapaki marmer mewah.
Gadis itu, sudah terbiasa masuk ke rumah Naina tanpa permisi. Akan tetapi, hari ini, dia terlalu fokus untuk menyelesaikan pekerjaan sampai tidak mendengarkan percakapan di antara Siti dan Naina saat di dalam mobil. Sontak saja, gadis itu menghentikan langkah kakinya.
Di depannya, tepat dituang tamu. Wajah-wajah yang tidak asing menatapnya dengan tersenyum sumringah. Masalahnya bukan itu, hanya saja kenapa secepat ini hidupnya berganti haluan arah. "Kalian, disini?"
Siti dan Naina saling berhadapan. Mereka saja, baru melihat wajah tamu yang nampak asing. Lalu, bagaimana Shena sudah mengenal tamu sang Tante Amora? Kini tatapan mata terfokus pada gadis yang masih terdiam di tempat seperti patung.
"Nak, kemarilah. Apa kamu tidak lelah berdiri seperti itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Kas sie mien
baguslah kalau kalian mengenal kerja shena. tp apa yang akan dilakukannya ya?
2022-12-17
1
Alvian
duh, kena demam cinta, kasih obat paracetamol biar panasnya tdk terlalu tinggi😂😂
2022-12-17
2
Ela Jutek
siapa tu Zhe🤔
2022-12-16
1