"Kamu suami Shena?" tanya Dokter Justin.
Ekspresi wajah murung dengan nada suara meremehkan, membuat Danish membalas tatapan mata si dokter, "Aku suami Shena Az Zahra binti William Handoyo. Apa sudah jelas? Jika sudah, cepatlah."
Sebagai seorang pria. Danish peka, pasti dokter itu memiliki perasaan pada istrinya, tapi seberapa dekat hubungan keduanya. Itu yang harus segera dicari tahu. Jika benar ada hubungan special. Sudah pasti, Shena tidak akan mengajak pria asing untuk menikah dan menjadi suami dadakan.
Suara pintu lift yang terbuka, membuat kedua pria itu masuk ke dalam. Danish yang berdiri di sebelah kanan dan Justin berdiri di sebelah kiri. Keduanya terdiam seperti musuh, hingga pintu lift kembali terbuka di lantai yang seharusnya.
"Follow me." Danish mengajak Dokter Justin tanpa melirik ke arah pria yang bermuka masam.
Aura disekitarnya saja sudah tidak enak. Jadi kenapa harus memperdulikan hal tidak penting. Yah, seperti itulah pemikiran Danish, tetapi tidak dengan isi pikiran Justin. Dimana pria berprofesi sebagai dokter itu masih tidak bisa mempercayai. Apalagi menerima, jika Shena telah menikah.
"Ekhem! Apa kamu mau jadi satpam diluar? Jika iya, tetaplah disitu." sindir Danish, membuat Justin kembali sadar.
Kedatangan kedua pria itu, justru terabaikan. Saat ini, Papa Anderson, Daddy William, Mama Quinara dan Mama Melati berkumpul menemani gadis yang duduk termenung menundukkan kepala. Ternyata Shena sudah kembali sadar, lalu kenapa tidak ada yang mengabari dirinya?
Papa Anderson memberikan kode mata, membuat para orang tua menyingkir dan memberikan ruangan untuk Danish agar bisa berbicara dari hati ke hati bersama Shena. Kedua orang tua itu, juga membawa Dokter Justin untuk meninggalkan kamar.
Melihat situasi sudah hening, Danish melangkahkan kaki berjalan menghampiri Shena, tetapi gadis muda itu. Justru kembali membaringkan tubuh dengan mata terpejam. Satu yang menjadi kesimpulan, bahwa istrinya tidak ingin diganggu.
Sebagai pria yang lebih dewasa dan matang, Danish memilih untuk duduk di kursi yang ada di depan meja rias. Pria itu menatap ke arah ranjang, dimana Shena berpura-pura tidur membelakangi dirinya. Tidak masalah dengan sikap yang penuh diam dari gadis itu, tapi hubungan mereka baru dimulai. Mana mungkin untuk menyerah.
"Tidurlah! Aku tahu, kamu tidak tidur. Cukup dengarkan dan renungkan. Setelah semua terungkap. Silahkan, putuskan mau melakukan apa." Ucap Danish memulai perbincangan dari satu arah.
"Kamu pasti terkejut karena aku adalah pria yang menjadi jodoh aliansi bisnis. Aku pilihan orang tuamu, begitu juga dengan kamu, pilihan orang tuaku. Ntah ini kebetulan atau takdir. Aku percaya, kita memang berjodoh. Bukan karena kita sudah menikah."
Danish menjeda ucapannya, dia ingin Shena mencerna secara perlahan. Jangan sampai kesalahpahaman bertambah dan tidak ada yang bisa dilakukan lagi, "Jujur saja, awalnya perjodohan ini sudah ku tolak dan aku pergi ke London untuk mendapatkan jodoh yang ku cintai selama ini ....,"
"Nyatanya, takdir tak merestui. Wanita yang menjadi tunanganku, dia berselingkuh di saat sibuk melakukan pekerjaan di luar sana. Aku tidak peduli dengan berapa banyak kencang yang mereka lakukan dibelakangku, tapi hati ku terlanjur hancur. Jika kamu berpikir, Aku pria egois. Silahkan saja."
Shena menyibak selimut, lalu beranjak dari posisinya, kemudian menyandarkan punggung tanpa ingin melihat wajah suaminya. Meski begitu, Danish merasa itu lebih baik.
"Di saat aku pulang ke Indonesia. Niat awalku untuk menemui orang tuamu menolak perjodohan karena aku sendiri tidak ingin menjadikanmu sebagai pelampiasan. Akan tetapi, tiba-tiba mobilmu menabrak mobil yang didalamnya ada aku."
Danish tersenyum, dia ingat berapa lucu dan menggemaskan wajah Shena yang tanpa pikir panjang mengajaknya untuk menikah. Speechless karena gadis itu adalah pilihan orang tuanya. Apalagi alasan yang sama demi menolak perjodohan. Tentu saja, itu seperti pertanda alam.
"Jika kamu berpikir pernikahan kita harus diulang. Itu tidak mungkin, karena semua persyaratan sudah terpenuhi. Baik orang tuamu, atau orang tuaku. Mereka juga menjadi saksi pernikahan diantara kita. Aku memang menerima ajakanmu untuk menikah, tetapi aku tidak melupakan tata cara untuk mengambil alih tanggung jawab sebagai imam keluarga baru."
Danish beranjak dari tempatnya, lalu berbalik menatap cermin bulat di depannya. Cermin yang bisa memantulkan wajah tampan pemilik mata abu-abu, "Shena Az Zahra, nama yang indah. Aku tidak mengenalmu selain mata ceria dengan ekspresi penuh semangat. Kenyataan ini, pasti melukaimu."
"Aku siap untuk menunggu hingga kamu benar-benar bisa membuka hati dan menerima kehadiran ku. Aku juga akan memperbaiki diri agar menjadi tempatmu bersandar suatu hari nanti," tegas Danish kembali berbalik, kini tatapan matanya berbalas, ketika Shena mau menatapnya tanpa rasa ragu lagi.
Gadis itu meninggalkan ranjang dengan langkah kaki mendekati Danish. Ntah kenapa, tatapan mata begitu hening seperti air yang tenang. Kemana perginya keceriaan gadis itu?
"Danish Anderson. Awalnya, Aku mengira terlepas dari perjodohan karena bisnis. Baiklah. Aku sudah terjebak. Jadi, aku terima ini, tapi bagaimana dengan tunanganmu? Orang pacaran saja, harus ada kata putus agar status jelas. Apa kamu pernah berpikir, bagaimana akibat dari tindakan mu?"
Shena menggelengkan kepala. Sungguh dirinya heran, suaminya itu juga pria dewasa, tapi kenapa berpikiran terlalu sempit. Hubungan mana yang dia bicarakan? Setiap hubungan harus menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jika ada masalah, selesaikan. Bukannya melarikan diri.
"Kamu menikah denganku hanya untuk melarikan diri dari tunanganmu. Right? Jadi, bisa katakan padaku. Apa posisiku, tidak dianggap seorang wanita perebut?" Shena bertanya tanpa basa-basi, gadis itu membuat Danish terduduk lesu di kursi.
Jangankan membalas tatapan matanya, Danish tidak sanggup untuk memberikan jawaban apapun. Pernikahan memang sudah terjadi. Namun bukan berarti akan menerima kekeliruan dari dasar hubungan mereka. Helaan nafas panjang terdengar dari gadis itu. Sungguh berat cobaannya, tapi harus meluruskan keadaan.
"Kembalikan aku, pada orang tuaku. Selesaikan masalahmu bersama tunanganmu. Jika selama satu bulan, kamu tidak menyelesaikannya. Aku akan mengajukan perceraian kita ke pengadilan. Seorang imam harus bisa membimbing makmumnya. Aku percaya, kamu memahami agama lebih baik."
Shena menepuk-nepuk pundak Danish, "Aku tidak pernah menyalahkan takdir. Apalagi melawan kehendak Yang Maha Kuasa, tapi aku juga manusia biasa. Siapa yang mau memiliki status sebagai perebut? Tidak seorangpun. Buktikan, jika hubungan kita sah dimata agama dan negara."
"Terima kasih atas kejujuranmu, SheZa. Aku bersyukur bisa menjadi suamimu. Jika ini adalah keputusan istriku. Aku menerima dengan ikhlas. Aku akan menyelesaikan masalahku dengannya, tapi aku punya satu syarat. Jika kamu setuju, maka semua akan terjadi seperti yang istriku inginkan." Ujar Danish mendongak menatap mata Shena yang terlihat masih tenang tanpa ekpresi yang bisa terbaca.
Gadis itu hanya tersenyum tipis untuk menyamarkan rasa yang kian mengikat dengan rasa yang bercampur aduk, "Apa syaratmu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
kejujuran memanglah pahit dan bahkan bisa membuat hati kita sesak, tapi itu lebih baik dari pada terus menyembunyikan semua masalah yang kamu pendam selama ini
2022-12-23
0
🎯™Neli SyifaE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
baguslah kalo Danish berterus terang jika dia masih punya tunangan yang belum diputuskannya, lebih baik diselesaikan agar rumahtanggamu tentram
2022-12-23
1
❤️⃟Wᵃfᴍ᭄ꦿⁱˢˢᴤᷭʜͧɜͤіͤιιᷠа ツ
Bener banget tuh apa yang di katakan Shena, lebih baik kamu selesaikan dulu masalah mu sama tunangan mu,agar kedepannya hubungan mu sama Shena gak terganggu
2022-12-16
4