Setelah menyegarkan diri. Danish keluar meninggalkan ruangan kerjanya. Pria itu memang terlalu lelah hingga tertidur begitu pulas. Hingga pagi harinya terbangun karena mencium aroma masakan yang begitu harum. Rasanya tidak sabar ingin mencicipi.
"Bi, kok dari luar? Trus siapa yang masak?" tanya Danish heran ketika melihat Bi Yati baru saja masuk dengan membawa beberapa bunga mawar yang segar, bahkan setiap kelopak tertutupi dengan tetesan embun pagi.
Bi Yati tersenyum, "Aden ini udah punya istri. Si Neng bukan cuma cantik, tapi pinter masak loh, Den. Bibi mau bantuin tapi dilarang. Eh, akhirnya disuruh petik mawar di depan. Bibi ke dapur dulu, ya, Den."
Penjelasan Bibi cukup memberikan kejutan di pagi harinya. Dia pikir, Shena anak orang kaya yang manja. Sama seperti kebanyakan gadis jaman sekarang. Ternyata salah besar. Di saat lamunannya masih terombang-ambing. Shena muncul dari balik pintu dapur dengan membawa mangkuk besar.
Gadis itu mengikat rambutnya menjadi satu hingga nampak seperti kerucut di atas kepala. Apron yang dipakai terlihat cukup kotor. Sudah pasti memasak seorang diri. Danish berjalan menghampiri meja makan, lalu menarik kursi yang biasa dia duduki.
"SheZa, apa makanan semua ini, kamu yang masak?" tanya Dan basa-basi, sedangkan yang ditanya sibuk mengambil piring yang kemudian diletakkan ke depan suaminya.
"Mas, mau makan dengan apa?" tanya balik Shena mengabaikan pertanyaan yang bayinya tidak begitu penting. Yah siapapun yang melihat, sudah pasti tahu. Jika dia baru selesai masak.
Danish paham, sikap dingin Shena karena hubungan mereka tidak normal seperti pasangan pada umumnya. Tanpa mengurangi rasa sabarnya, Dan berdiri mengambil alih centong nasi dari tangan Shena. Lalu, membimbing istrinya untuk duduk di tempatnya. Tak lupa melepaskan afron dari tubuh gadis itu.
"Kamu sudah cape masak. Jadi, duduk dan aku yang akan melayani. Jangan membantah karena ini perintah suamimu." Tegas Dan, membuat Shena mendongak menatap suaminya sekilas. Kemudian kembali menatap piring yang kini mulai diisi secentong nasi, ayam goreng, lalu tumis jamur dengan saus tiram.
Setelah mengisi piring Shena, barulah Dan mengambil satu piring lagi untuknya. Takaran yang sama. Kemudian duduk di sebelah, "Ayo makan! Lihat, semua terlihat menggugah selera. Jangan lupa baca doa dulu."
"Bismillahirrahmanirrahim ....,"
Doa sebelum makan terdengar dari bibir Ke-duanya. Sesuap demi sesuap nasi yang dicampur lauk pauk terasa menggoyang lidah. Shena sudah terbiasa dengan rasa masakannya, tetapi Danish masih mencoba meresapi cita rasa yang terasa berbeda. Ada sesuatu yang memberikan kenikmatan lebih.
"Apa mama datang berkunjung?" tanya Dan setelah mendapatkan jawaban atas rasa yang begitu nikmat dari makanannya.
Shena berhenti menyuap nas ke dalam mulutnya, lalu menatap Danish, "Mama Quinara? Dimana? Lihat saja, disini hanya ada kita berdua. Apa ada yang salah dengan masakanku?"
"Gak kok, terusin makan aja. Biar kamu bisa segera bersih-bersih. Pagi ini, aku akan antar ke kampus." Jelas Danish mengalihkan topik pembicaraan.
Shena memilih diam melanjutkan makan karena dia masih tak ingin memperdebatkan apapun. Apalagi penasaran akan pertanyaan Danish, sedangkan suaminya merasa semakin penasaran bagaimana bisa gadis semuda itu memasak makanan yang sama persis seperti masakan mamanya.
Sepertinya Dan lupa. Jika selama ini, keduanya tidak saling mengenal. Jangankan tahu kebiasaan atau hobi istrinya. Kapan ulang tahun gadis itu saja. Dijamin tidak akan tahu. Jika tidak segera mencari tahu. Sarapan berlangsung cukup singkat. Dimana Shena berpamitan untuk kembali ke kamarnya setelah menghabiskan makanan dipiringnya.
Begitu juga dengan Dan bergegas kembali ke kamar. Keduanya bersiap-siap untuk pergi keluar hari ini. Tiga puluh menit kemudian. Shena yang sadar akan sesuatu bingung di dalam kamar mandi. Bagaimana tidak bingung. Ketika dia lupa akan pakaian yang harus dikenakan.
Di saat bersamaan, Dan masuk ke kamar yang ditempati Shena untuk mengambil pakaian ganti. Pria itu tanpa berpikir panjang melepaskan handuk, lalu membuka lemari memilih pakaian yang cocok. Sementara Shena keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menutupi sebagian tubuhnya saja.
Pintu lemari yang masih saja terbentang menjadi penghalang di antara keduanya. Tetapi di saat Danish menggeser pintu untuk beralih mengambil celana. Seketika Shena berteriak karena benda dibalik segitiga terlihat begitu menantang, membuat gadis itu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Mas, kamu ngapain disini? Dimana handukmu?" tanya Shena tanpa sadar, handuknya sendiri terlepas melorot begitu saja, membuat Danish menahan dadanya yang bergemuruh dengan jakun naik turun.
Siapa yang tidak panas dingin. Jika disajikan tubuh putih mulus dengan bentuk begitu menggoda iman. Apalagi tubuh itu sah menjadi miliknya. Meski dengan susah payah untuk menahan hasrat yang kian membangkitkan gairah seorang pria.
Danish menyambar handuknya, lalu dililitkan ke pinggang. Kemudian berjalan menghampiri Shena, "Jangan buka matamu. Tetap diam. Aku akan segera berganti."
"Cepatlah! Eh, tapi boleh pinjam pakaianmu? Aku tidak punya pakaian ganti." celetuk Shena mencoba menetralisir isi pikirannya yang berkelana liar.
Danish harus menahan diri karena tubuh istrinya sangat menggodanya. Sebagai pria normal. Sudah pasti ular naganya bergejolak meronta di balik handuk. Pria itu berusaha untuk membujuk dengan rayuan manis di dalam hati.
Sabar, junior. Rumahmu masih belum siap dihuni. Tunggu sebulan lagi, ya. Kita akan buat rumahmu berpesta karena membiarkanmu menjadi pengangguran selama sebulan.~batin Danish seraya menelan saliva ketika memungut handuk Shena.
Sementara pemilik tubuh masih tidak sadar. Jika saat ini, memberikan pemandangan gratis yang membuat Danish panas dingin menahan pemberontakan si junior. Begitu handuk kembali terpasang. Shena membuka matanya, "Kenapa kamu di depanku?"
"Lupakan itu. Ambilah pakaian di dalam lemari, sesukamu. Lain kali, bawa pakaian ganti ke dalam kamar mandi. Paham?"
Danish bergegas pergi meninggalkan kamar. Padahal dia masih belum berpakaian lengkap, selain kemeja yang terpasang menutupi bagian atasnya ditemani handuk. Suara pintu yang terbuka, lalu tertutup kembali menyadarkan Shena. Gadis itu masa bodo dan bergegas mencari pakaian yang tepat.
Untung saja setelah membuka dan memeriksa semua lemari. Sebuah sweater rajut hitam dengan celana jeans tiga perempat bisa menjadi pilihan daruratnya. Memang sih, kelonggaran, tapi lebih baik. Daripada memakai handuk seharian. Sementara di dalam kamar sebelah. Dan harus tersiksa. Pria itu berusaha menenangkan si junior yang meronta.
Mau, tak mau. Tangannya menjadi pelampiasan untuk mengembalikan ketenangan dan menetralisir hawa panas dingin yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Apalagi bayangan tubuh Shena enggan menghilang dari benaknya.
Setelah lima belas menit bermain air. Dan keluar dari kamar mandi, pria itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dengan tatapan kosong memikirkan sesuatu. Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dengan panggilan dari luar.
"Mas, boleh aku masuk? Ini pakaianmu!"
"Ya Allah. Baru saja junior tidur. Kenapa bangkit lagi. Bisa tidak tenang hidupku. Tanganku juga bisa kram sendiri kalau begini caranya." gumam Dan menepuk keningnya sendiri karena suara Shena justru membuat junior kembali berkedut.
Tok!
Tok!
Tok!
"Mas!"
"Taruh saja di gagang pintu. Aku masih mandi." jawab Dan sekenanya agar Shena tidak menunggu lebih lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
🎯™Neli SyifaE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
kasian bener sich Dan kamu punya istri tapi masih belum bisa disentuh, buat menenangkan si ular piton kamu harus bermain karaoke sendiri dikamar mandi 😂😂😂
2022-12-25
0
Alvian
ya pasti capek masak. sdh bangun pagi, tapi sdh byk kerjaan😁
2022-12-17
2
Alvian
duh, suami baik bgt smpai makan sj mau melayanin sang istri
2022-12-17
2