Bab 13: CARA YANG UNIK

Pak Ibrahim tersenyum, lalu mengulurkan tangannya agar Shena duduk di kursi, "Duduklah! Bapak ingin membicarakan project bisnis yang kamu utarakan bulan lalu. Bapak harap, kamu tidak melupakan itu."

"Proyek Bisnis Join New Generations." Shena tersenyum bahagia, "Apakah itu artinya, proposal yang saya ajukan diterima?"

Shena duduk di kursi sebelah kiri, tetapi ketika sekilas lirikan matanya tak sengaja bertemu pandang dengan netra hazelnut kecoklatan. Sedetik detak jantung terasa berdesir. Netra itu milik wajah yang tak asing baginya. Nampak jelas, dia pun terkejut sama seperti dirinya.

"Oh iya, kenalkan ini Fatih. Dia akan menjadi partner dalam pengembangan proyek yang ingin kamu terapkan bagi para kaum muda. Fatih, kenalkan. Ini Shena, ketua senat sekaligus pelopor dari proyek yang akan kalian kerjakan secara bersama."

Ntah apa yang dikatakan oleh Pak Ibrahim. Shena memilih untuk diam seraya mengalihkan tatapan matanya. Gadis itu merasa udara disekitarnya semakin menipis. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain bersabar. Sesekali menjawab pertanyaan dari sang komite agar mempercepat rapat dadakan.

Setengah jam kemudian, "Saya permisi dulu, Pak. Maaf, tapi sudah ditunggu anak-anak."

"Silahkan. Jangan lupa kabari bapak perkembangan dari kerjasama kalian." Balas Pak Ibrahim, Fatih pun ikut undur diri. "Anak zaman sekarang. Sukanya selalu buru-buru."

Kampus yang luas, membuat Shena yang hafal setiap lorong dengan cepat menghilang dari pandangan Fatih yang memang sepertinya sengaja mengikutinya. Gadis itu, tidak ingin bertemu dengan pria masa lalunya. Apapun yang terjadi. Dia tidak ingin mengingat hal tidak penting dalam hidupnya.

Sementara Fatih yang kehilangan jejak Shena meninju tembok yang tidak memiliki salah apapun. Beberapa mahasiswa yang melihat itu hanya mengelus dada karena terkejut. Wajah yang asing, tetapi jas almamater yang dipakai pemuda itu sudah cukup jelas mengatakan anak dari fakultas mana.

Ceklek!

Klutak!

"Shena, ngapain ngagetin ....," tegur Naina yang langsung mengambil segelas air putih dari atas meja, lalu memberikan ke gadis yang menghempaskan tubuhnya ke sofa dengan wajah ditekuk. "Minumlah!"

Shena menerima minuman itu tanpa banyak kata. Suara tegukan yang terdengar begitu keras, membuat Siti melepaskan earphones. Padahal gadis satu itu tengah mendengarkan dangdut kesukaannya. Situasi yang sepertinya panas. Tidak baik untuk bersenang-senang sendiri.

"Ini satu muka belum digosok. Lah yang baru dateng malam belum dijemur. Kalian ini, kenapa? Sini, cerita. Nanti aku nyanyiin lagu kesukaan ku, deh." ujar Siti yang seketika mendapatkan tatapan tajam dari kedua sahabatnya. Melihat keseriusan di wajah Shena dan Naina, Siti mengacungkan kedua jari membentuk peace dengan senyuman lebar.

Benar memang. Jika saat ini, Shena dan Naina dalam masalah yang tidak bisa dianggap mudah. Akan tetapi, rasanya akan semakin tertekan dengan tumpukan rasa yang tidak bisa dikeluarkan. Tiba-tiba, Shena mengulurkan tangan kanannya, Naina yang paham ikut mengulurkan tangan. Kemudian keduanya ....,

"Batu, gunting, kertas."

Siti mengerjapkan mata akan kebiasaan yang selalu mereka lakukan untuk memilih pihak pertama dalam menceritakan masalah masing-masing, hingga akhirnya Naina kalah karena mendapatkan kertas, sedangkan Shena gunting.

"Tunggu dulu. Kita harus duduk dengan benar, jangan lupa minum segelas air sebelum mulai bercerita." Siti mengingatkan seraya memberikan kaleng minuman soda yang baru saja dibukanya.

Naina terkekeh kecil, "Thanks." Gadis itu melepaskan kacamatanya, lalu menggelung rambut panjangnya menjadi satu. Penampilan yang awalnya anggun berubah menjadi preman pasar dadakan. Itu berarti, si gadis siap untuk bercerita untuk melepaskan beban hati dan pikirannya.

Shena sendiri memilih untuk memejamkan mata. Bukan tidur, tetapi gadis ini selalu ingin tenang ketika mendengarkan curhatan dari sahabatnya. Sementara Siti, duduk bersila dengan kedua tangan digunakan untuk menopang dagu.

"Kalian tahu 'kan. Jika aku selama sebulan ini bekerjasama dengan beberapa anak fakultas lain. Awalnya semua berjalan baik, bahkan sangat sempurna, tapi seminggu yang lalu mulai terjadi perselisihan. Proyek yang kami tangani jadi terbengkalai, bahkan hampir gagal. Masalahnya, aku tidak bisa mengatasi cara kelompok yang sangat buruk."

"Dua orang semaunya sendiri. Jika ada yang menegur, malah balik memberi ceramah. Jangan tatap aku seperti itu. Aku sudah usaha agar semua memiliki sikap bertanggung jawab. Apa aku kurang tegas? Sekarang berkat teguranku. Mereka justru melimpahkan semua tugas padaku."

Naina memijat pelipisnya sekali lagi, "Kepalaku hampir meledak hanya karena proyek itu menjadi berantakan. Sementara deadline hanya tinggal dua bulan lagi. Jika ini hanya tentang modal satu atau dua juta. Aku bisa mengembalikan modalnya pada pihak berwenang, tapi masalahnya ini modal diatas sepuluh juta, guy's. Aku harus apa?"

"Done?" tanya Shena membuka kelopak matanya, lalu melirik ke arah Naina.

Gadis itu mengangguk dengan pasrah seperti tidak makan selama seminggu, sedangkan Siti menghela nafas panjang. Shena tahu, saat ini Naina mengalami frustasi karena tekanan proyek, sedangkan Siti sudah emosi karena tidak terima dengan seluruh cerita yang membuat sahabatnya mengalami gangguan emosi.

"Siti, kamu mau diem atau mau melampiaskan emosimu? Aku masih sanggup bertahan untuk mendengarkan seluruh kata pedasmu." Shena menoleh ke arah Siti, tetapi sang sahabat memilih untuk diam karena masih sanggup menahan emosinya. "Ok, kurasa tekanan emosi masih diambang kewajaran."

Shena mengambil kertas kosong dan pulpen dari atas meja. Tak lupa menyingkirkan gelas yang mengganggu pemandangannya. Gadis itu menuliskan sesuatu, membuat Naina dan Siti fokus dengan apapun yang dilakukan sang sahabat.

"Bukankah seperti ini, susunan dari orang-orang di proyek mu?" tanya Shena menunjukkan beberapa kotak sesuai dengan ingatannya yang selalu memantau aktifitas dari kedua sahabatnya.

Dimana delapan orang menjadi tiga bagian. Naina yang menjadi pemimpin proyek dengan wakil seorang pemuda kacamata empat bulat. Dua mahasiswa lain menjadi team observasi dan empat anggota yang terakhir menjadi mahasiswa yang akan mengeksekusi setiap rencana yang sudah ditetapkan dan dianggap sebagai keputusan bersama.

Naina mengambil pulpen dari tangan Shena, "Awalnya, memang Bimbim yang jadi wakil, tapi si Centil merasa lebih pantas. Jadi dengan sendirinya mencabut jabatan Bimbim, jadi posisi dua orang ini berubah, sedangkan yang lain masih tetap. Hanya saja, dua anak ini menjadi toa yang memanaskan telinga."

Kini kotak sudah berubah nama dan dua lingkaran nama menjadi pusat permasalahan. Shena berpikir sejenak, "Siapa pihak yang berwenang dalam proyek ini? Bukankah kamu bilang ada surat perjanjian yang ditandatangani secara bersama-sama. Jadi, kemana surat perjanjian itu, sekarang?"

"Surat perjanjian ada di aku, dan yang berwenang pihak perusahan D'Lion. Namanya Tuan Xavier. Kenapa kamu tanya hal itu?" tanya balik Naina dengan jawabannya yang membuat Shena tersenyum tipis seraya mengerlingkan mata nakalnya.

"Kuy cabut! Kita ke rumah mu dulu." ajak Shena dengan seluruh rencana manisnya.

Terpopuler

Comments

Kas sie mien

Kas sie mien

semoga fatih bs diandalkan menjadi patner bekerja

2022-12-17

1

Ela Jutek

Ela Jutek

si bar bar masalah gini mah encer😏

2022-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : NIKAH YUK!
2 Bab 2: TERNYATA AKU ....
3 Bab 3: RASA TERKEJUT
4 Bab 4: DANISH DIPANGGIL DAN
5 Bab 5: SEKILAS INGATAN - ANU
6 Bab 6: DIANTARA KEJUJURAN DAN KEPUTUSAN
7 Bab 7: KEPUTUSAN DIBUAT - MAWAR
8 Bab 8: RUMAH KEBUN MAWAR
9 Bab 9: KARENA FATIH, DANISH BERPIKIR
10 Bab 10: Aroma masakan, berujung pelepasan
11 Bab 11: OTW KAMPUS
12 Bab 12: Persahabatan
13 Bab 13: CARA YANG UNIK
14 Bab 14: DRAMA DEMAM CINTA
15 Bab 15: Dunia Luas, tetapi Hubungan Dekat
16 Bab 16: UNTUK NAINA DARI FATIH
17 Bab 17: Menundukkan Pandangan
18 Bab 18: TERDIAM
19 Bab 19: KEJUJURAN SHENA TENTANG MASA LALU
20 Bab 20: DAN Dilema, Shena yang Kuat
21 Bab 21: Perjalanan
22 Bab 22: Keterkejutan Shena
23 Bab 23: Shena Murka, tapi...
24 Bab 24: Emosi
25 Bab 25: Satu Pertanyaan
26 Bab 26: Kenekatan Shena
27 Bab 27: Drama Bastian
28 Bab 28: Breakfast
29 Bab 29: Terselamatkan, Siapa kamu?
30 Bab 30: Si Perfect Girl
31 Bab 31: Mr. Xavier, Koran Bekas
32 Bab 32: IZIN DALAM PASRAH
33 Bab 33: SUASANA KAMPUS
34 Bab 34: TIGA POIN TERAKHIR PASAL LIMA
35 Bab 35: MARKAS
36 Bab 36: Intimidasi Shena, Naina Jujur
37 Bab 37: Perjanjian yang Dilaksanakan
38 Bab 38: Drama di dalam Drama
39 Bab 39: Terabaikan, Menyendiri
40 Bab 40: Karena Undangan
41 Bab 41: Kegelisahan Hati
42 Bab 42: Menikmati Kebersamaan
43 Bab 43: Kamar Shena
44 Bab 44: Naina Pasrah, Shena dan Danish
45 Bab 45: Keputusan Dan, Akhir dari Keputusan
46 Bab 46: Kejujuran Sepahit Jamu Brotowali
47 Bab 47: Kejutan Sederhana
48 Bab 48: Obrolan, Emosi
49 Bab 49: Arti Pemimpin, Curiga
50 Bab 50: Kisah berujung Penyatuan
51 Bab 51: Keingintahuan Shena
52 Bab 52: Keyakinan yang Hancur
53 Bab 53: Mendengarkan Penjelasan
54 Bab 54: Kebenaran yang Menyakitkan
55 Bab 55: Penyesalan Dan
56 Bab 56: Karena Proposal
57 Bab 57: PASRAH
58 Bab 58: Fatih Liar, Sahabat
59 Bab 59: Bosan, Dilema
60 Bab 60: FAKTA
61 Bab 61: Pantaskah?
62 Bab 62: Keluarga, Keputusan Papa
63 Bab 63: Pagi menjelang Siang
64 Bab 64: Pertanyaan Xavier, Pergi
65 Bab 65: SYARAT
66 Bab 66: Usaha Dan, Keputusan Shena
67 Bab 67: Rasa Penasaran
68 Bab 68: Tuan Anderson dan Dilemanya
69 Bab 69: Dunia Fatih
70 Bab 70: Tanya, Rasa Sakit
71 Bab 71: Janji Shena, Emosi...
72 Bab 72: Gigolo Muda
73 Bab 73: Kesepakatan
74 Bab 74: Beberapa jam...
75 Bab 75: Nekat
76 Bab 76: Di dalam Bangunan
77 Bab 77: Emosi Campur Aduk
78 Bab 78: Perumahan Sriwijaya
79 Bab 79: Berjodoh?
80 Bab 80: Satu Kesempatan ~ Mendengarkan?
81 Bab 81: Ketegangan...
82 Bab 82: Syarat Terakhir
83 Bab 83: Malam Terakhir
84 Bab 84: Sisi Lain Shena
85 Bab 85: Keberanian Lisa
86 Bab 86: Malam berlalu...
87 Bab 87: Xavier aneh..
88 Bab 88: Clue yang Terabaikan
89 Bab 89: Ending Season 1
90 Bab 90: Siapa?
91 Bab 91: Pria itu?
92 Bab 92: Hari yang Aneh
93 Bab 93: Keterpurukan yang Tertunda
94 Bab 94: Pertanyaan yang Berulang-ulang
95 Bab 95: Dan menjelaskan, Kegilaan Fatih
96 Bab 96: Satu Tahun Silam
97 Bab 97: Panggilan?
98 Bab 98: Club D'Lux Party
99 Bab 99: Mencoba untuk...
100 Bab 100: Menantu Gadungan, Perjalanan
101 Bab 101: Pemimpin/Pimpinan?
102 Bab 102: Selena Story's
103 Bab103: Isi Bungalow QS
104 Bab 104: Alibi Selena
105 Bab 105: Pertemuan/Perpisahan
106 Bab 106: Menurut? Perintah!
107 Bab 107: Perawatan Salon Juwita
108 Bab 108: Obrolan, Teriakan
109 Bab 109: Dua Situasi
110 Bab 110: Kabur dari Rumah sakit
111 Bab 111: RACUN
112 Bab 112: Antara Hati dan Logika
113 Bab 113: Kakak Beradik
114 Bab 114: Rumah Sakit Sendiri
115 Bab 115: Meyakinkan Ka Dan
116 Bab 116: London Hari 1
117 Bab 117: Kebenaran Lain
118 Bab 118: Arti Hubungan?
119 Bab 119: Sekilas Kisah, Sadar Kembali
120 Bab 120: Nasehat tak Berguna
121 Bab 121: Area Balap, Penawar Racun
122 Bab 122: Kesempatan yang Ternoda
123 Bab 123: Mua Gadis Pelampiasan
124 Bab 124: Singkat
125 Bab 125: Tak lain Dari Masa Lalu
126 Bab 126: Firasat Danish
127 Bab 127: Dan Aneh, Harapan Mua
128 Bab 128: Hubungan Hati
129 Bab 129: Tiga Alasan
130 Bab 130: Kisah Berbalut Luka, Pelarian Sukses
131 Bab 131: Rumah Terbengkalai
132 Bab 132: Mantan Kakak Beradik
133 Bab 133: Kritis Dua Sisi
134 Bab 134: END
135 Bab 135: End Last
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Bab 1 : NIKAH YUK!
2
Bab 2: TERNYATA AKU ....
3
Bab 3: RASA TERKEJUT
4
Bab 4: DANISH DIPANGGIL DAN
5
Bab 5: SEKILAS INGATAN - ANU
6
Bab 6: DIANTARA KEJUJURAN DAN KEPUTUSAN
7
Bab 7: KEPUTUSAN DIBUAT - MAWAR
8
Bab 8: RUMAH KEBUN MAWAR
9
Bab 9: KARENA FATIH, DANISH BERPIKIR
10
Bab 10: Aroma masakan, berujung pelepasan
11
Bab 11: OTW KAMPUS
12
Bab 12: Persahabatan
13
Bab 13: CARA YANG UNIK
14
Bab 14: DRAMA DEMAM CINTA
15
Bab 15: Dunia Luas, tetapi Hubungan Dekat
16
Bab 16: UNTUK NAINA DARI FATIH
17
Bab 17: Menundukkan Pandangan
18
Bab 18: TERDIAM
19
Bab 19: KEJUJURAN SHENA TENTANG MASA LALU
20
Bab 20: DAN Dilema, Shena yang Kuat
21
Bab 21: Perjalanan
22
Bab 22: Keterkejutan Shena
23
Bab 23: Shena Murka, tapi...
24
Bab 24: Emosi
25
Bab 25: Satu Pertanyaan
26
Bab 26: Kenekatan Shena
27
Bab 27: Drama Bastian
28
Bab 28: Breakfast
29
Bab 29: Terselamatkan, Siapa kamu?
30
Bab 30: Si Perfect Girl
31
Bab 31: Mr. Xavier, Koran Bekas
32
Bab 32: IZIN DALAM PASRAH
33
Bab 33: SUASANA KAMPUS
34
Bab 34: TIGA POIN TERAKHIR PASAL LIMA
35
Bab 35: MARKAS
36
Bab 36: Intimidasi Shena, Naina Jujur
37
Bab 37: Perjanjian yang Dilaksanakan
38
Bab 38: Drama di dalam Drama
39
Bab 39: Terabaikan, Menyendiri
40
Bab 40: Karena Undangan
41
Bab 41: Kegelisahan Hati
42
Bab 42: Menikmati Kebersamaan
43
Bab 43: Kamar Shena
44
Bab 44: Naina Pasrah, Shena dan Danish
45
Bab 45: Keputusan Dan, Akhir dari Keputusan
46
Bab 46: Kejujuran Sepahit Jamu Brotowali
47
Bab 47: Kejutan Sederhana
48
Bab 48: Obrolan, Emosi
49
Bab 49: Arti Pemimpin, Curiga
50
Bab 50: Kisah berujung Penyatuan
51
Bab 51: Keingintahuan Shena
52
Bab 52: Keyakinan yang Hancur
53
Bab 53: Mendengarkan Penjelasan
54
Bab 54: Kebenaran yang Menyakitkan
55
Bab 55: Penyesalan Dan
56
Bab 56: Karena Proposal
57
Bab 57: PASRAH
58
Bab 58: Fatih Liar, Sahabat
59
Bab 59: Bosan, Dilema
60
Bab 60: FAKTA
61
Bab 61: Pantaskah?
62
Bab 62: Keluarga, Keputusan Papa
63
Bab 63: Pagi menjelang Siang
64
Bab 64: Pertanyaan Xavier, Pergi
65
Bab 65: SYARAT
66
Bab 66: Usaha Dan, Keputusan Shena
67
Bab 67: Rasa Penasaran
68
Bab 68: Tuan Anderson dan Dilemanya
69
Bab 69: Dunia Fatih
70
Bab 70: Tanya, Rasa Sakit
71
Bab 71: Janji Shena, Emosi...
72
Bab 72: Gigolo Muda
73
Bab 73: Kesepakatan
74
Bab 74: Beberapa jam...
75
Bab 75: Nekat
76
Bab 76: Di dalam Bangunan
77
Bab 77: Emosi Campur Aduk
78
Bab 78: Perumahan Sriwijaya
79
Bab 79: Berjodoh?
80
Bab 80: Satu Kesempatan ~ Mendengarkan?
81
Bab 81: Ketegangan...
82
Bab 82: Syarat Terakhir
83
Bab 83: Malam Terakhir
84
Bab 84: Sisi Lain Shena
85
Bab 85: Keberanian Lisa
86
Bab 86: Malam berlalu...
87
Bab 87: Xavier aneh..
88
Bab 88: Clue yang Terabaikan
89
Bab 89: Ending Season 1
90
Bab 90: Siapa?
91
Bab 91: Pria itu?
92
Bab 92: Hari yang Aneh
93
Bab 93: Keterpurukan yang Tertunda
94
Bab 94: Pertanyaan yang Berulang-ulang
95
Bab 95: Dan menjelaskan, Kegilaan Fatih
96
Bab 96: Satu Tahun Silam
97
Bab 97: Panggilan?
98
Bab 98: Club D'Lux Party
99
Bab 99: Mencoba untuk...
100
Bab 100: Menantu Gadungan, Perjalanan
101
Bab 101: Pemimpin/Pimpinan?
102
Bab 102: Selena Story's
103
Bab103: Isi Bungalow QS
104
Bab 104: Alibi Selena
105
Bab 105: Pertemuan/Perpisahan
106
Bab 106: Menurut? Perintah!
107
Bab 107: Perawatan Salon Juwita
108
Bab 108: Obrolan, Teriakan
109
Bab 109: Dua Situasi
110
Bab 110: Kabur dari Rumah sakit
111
Bab 111: RACUN
112
Bab 112: Antara Hati dan Logika
113
Bab 113: Kakak Beradik
114
Bab 114: Rumah Sakit Sendiri
115
Bab 115: Meyakinkan Ka Dan
116
Bab 116: London Hari 1
117
Bab 117: Kebenaran Lain
118
Bab 118: Arti Hubungan?
119
Bab 119: Sekilas Kisah, Sadar Kembali
120
Bab 120: Nasehat tak Berguna
121
Bab 121: Area Balap, Penawar Racun
122
Bab 122: Kesempatan yang Ternoda
123
Bab 123: Mua Gadis Pelampiasan
124
Bab 124: Singkat
125
Bab 125: Tak lain Dari Masa Lalu
126
Bab 126: Firasat Danish
127
Bab 127: Dan Aneh, Harapan Mua
128
Bab 128: Hubungan Hati
129
Bab 129: Tiga Alasan
130
Bab 130: Kisah Berbalut Luka, Pelarian Sukses
131
Bab 131: Rumah Terbengkalai
132
Bab 132: Mantan Kakak Beradik
133
Bab 133: Kritis Dua Sisi
134
Bab 134: END
135
Bab 135: End Last

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!