Berada Di Dunia Lain

Wanita itu bangun, dan memutar pandangannya kiri dan kanan.

Dia melihat satu per satu wajah orang-orang yang ada di sampingnya.

Jleb...

Lampu di rumah itu mendadak mati, Ayu meraba-raba senter yang dia letakkan di samping adiknya.

"Ayu! Cepat ambil penerangnya!" perintah kakek, suaranya terdengar sedikit bergetar.

Duk!

Duk!

Duk...

Rumah mulai bergoyang, mereka panik mengira kalau itu adalah gempa.

"Kenapa rumahnya jadi seperti ini, apa yang terjadi?" tanya Dara.

"Aku juga tidak tahu, Mbak!" sahut Linda.

Saat mereka sedang panik-paniknya, lampu kembali menyala.

Dan...

Ibunya Ayu sudah tidak ada lagi di tengah mereka.

Lalu kemana wanita itu pergi?

"Ya Allah, ke mana ibu pergi? Kenapa ibu tidak ada lagi di sini?" Ayu dan Linda semakin takut jika sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada ibunya.

"Ayu, Linda! Ibu di sini, Nak," ujar bu Murni.

"Ibu!" ucap Ayu dan Linda bersamaan. Keduanya berbalik badan ke belakang, melihat dari mana suara itu berasal.

Mereka semua hampir dibuat pingsan oleh kejadian menyeramkan yang sekarang terjadi.

Bu Murni berdiri tepat di belakang mereka, dengan wajahnya yang terlihat segar bugar. Wanita itu tersenyum ke arah kedua anaknya.

Linda senang melihat ibunya sudah kembali sehat.

"Kemarilah, Nak!" suruh Bu Murni. Tangannya terulur ke depan, meminta kedua putrinya untuk segera memeluknya.

"Jangan!" cegah kakek, ketika Ayu melangkahkan kakinya hendak memeluk ibunya.

"Kemarilah Ayu, linda!"

"Kalian tidak ingin memeluk ibu?"

"Ibu..."

Linda sepertinya mulai terpengaruhi dengan tatapan mata ibunya. Mereka belum tahu kalau yang sekarang tengah berada di depan mereka adalah Iblis yang bersembunyi dalam tubuh ibunya.

"Tidak Ayu, jangan ke sana! Itu bukan ibu kalian, dia adalah Iblis yang sedang merasuki tubuh ibu kalian, jangan ke sana!" ucap Aisyah berseru.

Dara membantu menarik Ayu dan Linda, supaya mereka tidak memenuhi panggilan Iblis itu.

Kakek Joko mengambil air obat yang dibawanya tadi.

"Lahaula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhim"

Dengan gerakan cepat kakek Joko menyiramkan air itu ke arah bu Murni.

Kini terlihat wajah dia yang sesungguhnya. Sebelah matanya sudah keluar belatung, dan sebelah lagi sudah tidak ada bola mata. Rambutnya putih, mulutnya penuh dengan darah hingga mengeluarkan bau busuk.

"Kau... Kau mengacaukan semuanya!" teriak makhluk itu. "Kembalikan anakku!"

"Tidak! Panas, panas!!!"

Suara jeritannya terdengar melengking.

Dara yang sudah tidak kuat melihat kejadian menakutkan di depannya, membuat tubuhnya ambruk ke lantai, dia pingsan.

"Kakek, sebaiknya kakek jaga Dara dan yang lainnya! Makhluk jahanam ini biar Aisyah yang mengurusnya."

Kakek Joko segera mundur ke belakang, dia mengajak Ayu dan Linda untuk berdoa sama-sama.

"Minggir kamu! Jangan halangi aku! Aku hanya ingin mengambil anak ku!" wanita itu masih berusaha mendekati mereka, tapi usahanya sia-sia, dia sama sekali tidak bisa mendekat sedikit pun.

"Kau tak akan bisa mendekati kami, kembalilah ke alam mu, tempat mu bukan lagi disini!" teriak Aisyah.

Atas izin Allah tubuh bu Murni jatuh ke lantai, dia kembali seperti semula. Dengan wajah pucat, mulut menganga dan mata merah.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un!" ucap mereka serentak.

Kala itu Dara baru tersadar.

Ayu dan Linda menangis memeluk jasad ibu mereka.

Kakek mencoba untuk menutup mata bu Murni, tapi mata dan mulutnya masih tak bisa ditutup.

Aisyah melihat tatapan wanita yang sudah tak bernyawa di depannya itu dengan berkaca-kaca.

Aisyah dapat melihat kebencian dan dendam yang sudah mendarah daging dalam hati ibu mereka. Ya, bu Murni mati dalam keadaan hatinya masih dibalut rasa dendam.

Dara penasaran, dia ingin sekali bertanya. Tapi, ini urusan keluarga mereka jadi biarlah hal itu menjadi rahasia, dan lagi itu juga sebuah aib.

"Berdoalah untuk ibu kalian, semua dosanya diampuni," ucap Aisyah.

Kakek segera menyuruh Ayu dan Linda untuk berwudhu dan membaca surat Yasin bersama-sama.

Dara duduk di dekat Aisyah, dia tidak fokus dengan masalah yang mereka alami. Kini mata dan pikirannya jadi teralihkan oleh kalender yang berada di dinding kayu rumah itu.

2001...

Di rumah kakek juga masih menggunakan kalender tahun 2001, bu Sumi juga, dan sekarang di rumahnya Ayu dan Linda.

"Kenapa semuanya sama?" Dara mulai bertanya-tanya.

\*\*\*\*

"Akhh!"

"Ini pasti ulah Aisyah dan kakek Joko, dua makhluk itu tak henti-hentinya merusak rencana ku!"

Ki Dani murka, lelaki itu kembali merusak semua barang-barang yang ada di sekitarnya.

Di balik pintu, sepasang mata terus memperhatikannya. Dia Denis, cucu kesayangannya.

"Sepertinya rencana jahat lelaki itu gagal lagi." Denis tersenyum sinis.

Anak itu membalikkan badannya dan meninggalkan ruangan di mana kakeknya berada sekarang.

Ruangan tempat kakeknya memuja Iblis, ruangan yang begitu menyeramkan dengan bau kemenyan setiap kali pintu itu dibuka.

"Aku harus segera bertemu dengan Aisyah, hanya dia yang bisa membantu aku." Denis berencana untuk bertemu Aisyah, tapi dia juga tidak mungkin datang ke rumah kakek Joko.

\*\*\*\*

"Bunda!" Aisyah berlari memeluk ibunya.

Tapi...

Tubuhnya seperti tembus pandang, dia sama sekali tidak bisa menyentuh sang bunda.

"Ke-kenapa? Apa yang terjadi sama tubuh aku?" Aisyah menatap kedua tangannya yang mulai bergetar.

Ibundanya Aisyah terlihat sedang bicara bersama seorang dokter.

"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang dok?"

"Kita hanya bisa berdoa untuk anak ibu, sejauh ini semua masih normal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya saja dia masih koma, ya kita banyak-banyak berdoa semoga Aisyah cepat sadar," ucap Dokter lelaki itu, dia kemudian pergi meninggalkan bu Indri dengan wajah sedihnya.

Aisyah mengikuti ibundanya dari belakang, dia ingin mencari tahu ke mana ibundanya pergi.

Kedua bola matanya membulat sempurna, dia tidak menyangka bahwa tubuhnya sekarang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit.

"Aisyah, bangun sayang!" bu Indri menangis sambil memeluk anaknya.

"Kenapa aku bisa berada di sini? Apa yang terjadi dengan tubuhku?"

Aisyah semakin tidak paham dengan keadaannya yang sekarang.

Yang mana yang nyata? Dia tidak tahu, dan dia benar-benar tak bisa berpikir saat itu.

"Apa aku benar-benar sedang koma? Apa ini hanya mimpi?"

Dia mencoba meraih benda-benda yang berada di dekat ibundanya, agar wanita itu menyadari keberadaannya.

"Bunda, Aisyah di sini!"

"Bunda, bunda bisa mendengarkan Aisyah kan?" tanya Aisyah. Namun bu Indri masih menangis pilu.

"Sayang, bangun, Nak!" lirih bu Indri.

Semuanya berasa seperti mimpi, dia bingung.

"Bagaimana mungkin aku berada di sini, aku kan sedang mengikuti acara perkemahan hari itu, dan bus tiba-tiba mogok, hingga akhirnya aku berada di kampung sihir itu. Lalu sekarang kenapa tubuhku berada di rumah sakit?" Aisyah bertanya pada dirinya sendiri.

Sangat tidak masuk akal.

Namun, tiba-tiba dia kembali teringat dengan kalender di rumahnya kakek Joko.

"Tahun 2001, mungkinkah aku..."

"Assalamualaikum!" ucap seorang laki-laki, dan itu adalah ayahnya Aisyah.

"Ayah! Mungkinkah Ayah bisa melihat aku?"

Aisyah mencoba memanggil ayahnya, namun lelaki itu juga tidak bisa melihatnya.

"Waalaikumussalam..." jawab bu Indri, beliau segera menghapus air matanya.

Episodes
1 Perasaan Khawatir
2 Lelaki Aneh Di Tengah Malam
3 Mereka Yang Tidak Percaya
4 Penampakan Di Siang Hari
5 Kejadian Tragis
6 Suara-Suara Aneh
7 Makhluk Tak Terlihat
8 Sihir
9 -Kembali Kerasukan
10 - Ada Apa Dengan 2001
11 Gangguan Tengah Malam
12 Dia Yang Terus Mengikuti
13 Rawa Pemujaan
14 Anak Kecil Di Tepi Sungai
15 Malam Yang Menyeramkan
16 Mimpi Yang Sama
17 Di Kuasai Roh Jahat
18 Berada Di Dunia Lain
19 Bukan Mimpi
20 Jalan Pulang.
21 Dia Denis
22 Awal Yang Baru
23 Mulanya Dendam
24 Siapa Di Sana?
25 Kedatangan Ustadz Yusuf
26 Kerasukan
27 Kalajengking
28 Bayi Hilang
29 Mayat Di Sungai
30 Senjata Makan Tuan
31 Masih Menjadi Misteri
32 Darah
33 Kedatangan Sahabat.
34 Kuntilanak
35 Kembang Kantil
36 Lelaki Dalam Mimpi Dara
37 Warga Kampung Di Teror
38 Bukan Maya
39 Berkunjung ke Rumah Tino
40 Bu Tantri Dalangnya
41 Tipuan.
42 Masih Di Teror
43 Daging Ayam
44 Tengah Malam Yang Mencekam
45 Dendam
46 Boneka Panda
47 Boneka setan
48 Dendam warga kampung melati
49 Mbah Yadi Dan Istrinya
50 Kembali Ke Kampung Melati
51 Jalan Pulang Hilang
52 Kakek Datang
53 Tipuan
54 Serbuk Pemikat
55 Rencananya Gagal
56 Nenek Yang Penuh Misteri
57 Penjaga
58 Gagal lagi
59 Bayang
60 Perjalanan
61 Air Terjun Tujuh Kembang
62 Mayat Dalam Lemari
63 Amukan Warga (Akhir)
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Perasaan Khawatir
2
Lelaki Aneh Di Tengah Malam
3
Mereka Yang Tidak Percaya
4
Penampakan Di Siang Hari
5
Kejadian Tragis
6
Suara-Suara Aneh
7
Makhluk Tak Terlihat
8
Sihir
9
-Kembali Kerasukan
10
- Ada Apa Dengan 2001
11
Gangguan Tengah Malam
12
Dia Yang Terus Mengikuti
13
Rawa Pemujaan
14
Anak Kecil Di Tepi Sungai
15
Malam Yang Menyeramkan
16
Mimpi Yang Sama
17
Di Kuasai Roh Jahat
18
Berada Di Dunia Lain
19
Bukan Mimpi
20
Jalan Pulang.
21
Dia Denis
22
Awal Yang Baru
23
Mulanya Dendam
24
Siapa Di Sana?
25
Kedatangan Ustadz Yusuf
26
Kerasukan
27
Kalajengking
28
Bayi Hilang
29
Mayat Di Sungai
30
Senjata Makan Tuan
31
Masih Menjadi Misteri
32
Darah
33
Kedatangan Sahabat.
34
Kuntilanak
35
Kembang Kantil
36
Lelaki Dalam Mimpi Dara
37
Warga Kampung Di Teror
38
Bukan Maya
39
Berkunjung ke Rumah Tino
40
Bu Tantri Dalangnya
41
Tipuan.
42
Masih Di Teror
43
Daging Ayam
44
Tengah Malam Yang Mencekam
45
Dendam
46
Boneka Panda
47
Boneka setan
48
Dendam warga kampung melati
49
Mbah Yadi Dan Istrinya
50
Kembali Ke Kampung Melati
51
Jalan Pulang Hilang
52
Kakek Datang
53
Tipuan
54
Serbuk Pemikat
55
Rencananya Gagal
56
Nenek Yang Penuh Misteri
57
Penjaga
58
Gagal lagi
59
Bayang
60
Perjalanan
61
Air Terjun Tujuh Kembang
62
Mayat Dalam Lemari
63
Amukan Warga (Akhir)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!