"Mungkinkah kita sedang berada di dunia lain?" tanya Dara, seraya menunggingkan kepalanya menatap Aisyah.
"Jangan berpikir yang bukan-bukan ah, serem tahu!" ucap Aisyah.
Mereka berdua terduduk lemah di atas tanah yang lembab itu.
"Ini nyata, kita tidak sedang bermimpi. Lalu kejadian semalam bagaimana cara menjelaskannya?" pikiran Aisyah jadi kacau. Bagaimana caranya mereka bisa berada di tepi sungai, dan mengapa tidak ada yang mencari mereka padahal sudah siang hari.
"Syah, sebaiknya kita langsung pulang saja yuk, mbak Ningsih sama yang lainnya pasti sedang nyariin kita," ajak Dara.
Dara bergegas bangun sambil membersihkan daun-daun kering yang menempel di belakang punggungnya.
"Kita duduk dulu di sini Dar, pulangnya nanti saja," ujar Aisyah, ia belum berniat meninggalkan tempat itu.
"Kamu enggak ngerasa takut apa, berlama-lama di tempat ini?" tanya Dara.
"Aku lebih takut berada di rumah kakek Joko," jawabnya terus terang.
"Maksud kamu?" ucapan Aisyah membuat dara kebingungan.
"Dari kemarin mbak Ningsih dan kakek Joko bertingkah aneh. Apa kamu tidak memperhatikannya?"
"Tidak, aku tidak merasakan ada yang aneh dengan mereka."
"Cara mbak Ningsih memandang Denis juga aneh, membuat aku penasaran sampai sekarang. Dan sepertinya mbak Ningsih merahasiakan sesuatu dari kita deh," tutur Aisyah mulai menerka-nerka.
"Masa sih? Kamu kok jadi curiga sama mbak Ningsih?"
"Aku mulai merasa ada yang aneh sama mbak Ningsih dan kakek Joko," kata Aisyah, sembari melempar bebatuan kecil ke dalam sungai.
"Di mananya yang aneh?"
"Kamu ingat nggak saat kakek bilang enggak mau dekat-dekat dengan orang-orang suruhannya ki Dani?" tanya Aisyah berharap Dara masih mengingatnya.
"Iya, aku ingat!"
"Nah, pas lagi di bus aku melihat kakek berjalan sama orang-orang yang berpakaian serba hitam, dan mereka itu adalah orang-orang kepercayaannya ki Dani. Terus, kakek bilang sendiri sama kita, kalau dia enggak ada hubungan apa-apa sama ki Dani," ujar Aisyah bercerita
Dara tambah pusing memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal itu.
Aisyah menengadahkan kepalanya menatap ke langit.
Langit yang tadinya cerah mendadak diselimuti awan hitam.
"Langit tampak mendung Dar, sebaiknya kita langsung pulang."
"Iya, aku setuju! Aku juga sangat penasaran dengan kejadian semalam. Aku ingin menanyakan semuanya sama mbak Ningsih dan kakek Joko."
"Tidak ada yang bisa kamu tanyakan sama mereka, aku yakin kamu tidak akan mendapatkan jawabannya dari kakek dan mbak Ningsih." Aisyah tampak begitu yakin akan ucapannya.
"Kita nggak bakal tahu jawabannya sebelum mencoba Aisyah, cepat bangat nyerahnya."
"Aku masih penasaran Dara, kenapa kita bisa berada disini."
"Mikirnya di rumah aja, sekarang lebih baik kita pulang dulu," pungkas Dara, ia sudah tidak sabar, Dara langsung menarik lengan Aisyah agar gadis itu segera bangkit dari duduknya.
\*\*\*\*\*
"Begitu sampai di rumah, mereka segera masuk ke dalam untuk melihat bagaimana keadaan di rumah.
"Mbak Ningsih, Mbak tahu enggak..."
"Loh, kok kalian pulangnya dengan tangan kosong begini? Kan tadi mbak suruh kalian buat beli gula di tempatnya bi Minah."
Belum selesai Dara ngomong, mbak Ningsih langsung memotongnya.
"Beli Gula?"
Dara dan Aisyah saling pandang tidak mengerti dengan maksud dari ucapan wanita itu.
Dara berniat menjelaskan apa yang sudah terjadi kepada mereka semalam, hingga akhirnya ketika bangun mereka sudah berada di tepi sungai. Tapi Aisyah mencegahnya, memberi isyarat dengan menyenggol siku Dara.
"Kita bingung Mbak, enggak tahu di mana warungnya bi Minah," yang dijawab Aisyah
"Ya sudah kalau begitu, nanti mbak suruh beli sama kakek aja," ujar mbak Ningsih.
Dia membalikkan badannya dan kembali ke dapur, sedangkan Aisyah dan Dara masuk ke kamar mereka dengan suasana hati tak menentu.
"Apa ini Aisyah, kenapa jadi seperti ini? Dara terisak, dia tidak tahan untuk tidak menangis.
"Mbak Ningsih bilang tadi dia menyuruh kita berdua untuk membeli gula, dan itu berarti saat kita enggak di rumah..." Aisyah tidak melanjutkan, dia memandang Dara dengan keringat dingin yang mulai membasahi keningnya.
"Ada makhluk lain yang menggantikan posisi kita," lanjut Dara memperjelas apa yang ingin diucapkan Aisyah.
"Aisyah, Dara!" panggil mbak Ningsih.
Kedua gadis itu segera keluar memenuhi panggilan mbak Ningsih.
"Kok kalian malah di kamar sih? Memang yang mbak suruh sudah selesai kalian kerjakan?" tanya mbak Ningsih.
Mereka tidak langsung menjawab, sekarang pandangan mereka terfokus kepada kantong plastik yang dipegang mbak Ningsih.
"Mbak barusan pergi ke mana?" tanya Dara
"Ke warungnya bi Minah, beli gula sama garam," jawab mbak Ningsih.
Mbak Ningsih mengerutkan keningnya, merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Dara.
Dara dan Aisyah merasa semuanya menjadi semakin tidak masuk akal.
Lalu yang tadi bicara sama mereka siapa? Dan yang sekarang ada di depan mereka siapa?
Suasana hening sesaat. Aura dingin menyelimuti.
"Aisyah, Dara! Ke sini bantuin mbak!"
Terdengar suara mbak Ningsih dari dapur memanggil mereka.
Dara memegang tangan Aisyah dengan erat. Di dapur ada mbak Ningsih dan di depan mereka juga ada mbak Ningsih.
Wanita di depan mereka tersenyum.
"Aaaaa...."
Mereka menjerit histeris.
Suasana yang tadi terang menjadi gelap gulita.
"Astaghfirullah..."
Aisyah terbangun dari tidurnya, dia mengusap peluh di wajahnya.
"Ya Allah ternyata hanya mimpi," ucap Dara, dia juga ikut terbangun. Sepertinya mereka memimpikan hal yang sama.
"Dara, kenapa kita di hutan ini lagi?" Aisyah sangat kaget ketika sadar kalau mereka sedang berada di hutan yang ada dalam mimpinya.
"Syah, mungkin ini juga mimpi," lirih Dara.
Sebenarnya apa yang terjadi kepada Aisyah dan Dara?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ayunda Abdullah
bener2 mimpi yg membingungkan
2024-03-23
1
Sarita
membingungkan
2024-03-16
1