Setelah maghrib, bi Sumi tiba-tiba datang ke rumah kakek Joko dengan wajah panik.
Keringat dingin tampak mengucur deras di keningnya, bi Sumi terlihat begitu panik.
Dia berbicara dengan nafas terengah-engah. "Kek, tolong saya, Kek! Loli kerasukan lagi, dan kali ini lebih parah."
Aisyah dan kakek, juga yang lainnya menyuruh bi Sumi untuk tetap tenang, jangan panik seperti itu.
"Bibi tenang dulu ya, tarik nafas dalam-dalam lalu buang pelan-pelan!" Dara memberi arahan.
Bi sumi memang sangat panik, dia segera melakukan apa yang disuruh Dara. Sedangkan mbak Ningsih langsung pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.
"Apa yang terjadi, Bi. Coba ceritakan sama kita secara pelan-pelan!" suruh Aisyah lembut.
"Tidak tahu Aisyah, setelah shalat maghrib tadi saya melihat dia sudah tidak ada di kamarnya, saya cari kemana-mana juga tidak ada, dan ternyata Loli sedang memanjat dinding kamarnya, bagaimana caranya itu bisa terjadi saya juga tidak tahu, sangat menyeramkan. Itu sebabnya saya langsung lari ke sini dan mengunci Loli di dalam rumah," ujar bi Sumi menjelaskan.
Mendengar penjelasan bi Sumi membuat bulu kuduk mereka berdiri, Rudi langsung lepas tangan, dia tidak mau ikut campur dalam hal itu.
Andi juga demikian, hanya tinggal Dara dan Aisyah, mereka berdua saling pandang, kemudian kembali menunduk, menunggu keputusan kakek.
"Kalau begitu ayo kita sama-sama ke sana! Ada yang mau ikut sama kakek?" tanya kakek, beliau berharap mereka berempat mau menemaninya.
Aisyah dan Dara masih diam belum memberikan jawaban, sedangkan Andi dan Rudi dua cowok itu sudah jelas tidak mau.
"kalian berdua gimana Syah, mau ikut atau enggak?" tanya Andi, dia tidak ikut karena takut. Namun, begitu mendengar Aisyah dan Dara menjawab mau, kedua cowok itu langsung berubah pikiran.
"Kalau Aisyah dan Dara ikut, aku dan Rudi juga ikut," ucap Andi memberi keputusan.
"Dasar cowok! Selalu ngekor," cibir Dara.
Tanpa berlama-lama lagi mereka segera pergi ke rumah bi Sumi.
Aisyah bergegas ke kamar untuk mengganti jilbabnya, sedangkan mbak Ningsih mengambil beberapa daun bidara di halaman belakang rumahnya.
\_\_\_\_
Di tengah perjalanan menuju rumah bi Sumi, Aisyah mendengar suara-suara bisikan di telinganya. "Pulang Aisyah! Pulanglah, Nak!" Itu suara ibunya.
Aisyah mencoba untuk tidak menghiraukan suara bisikan itu, dia tahu itu suara makhluk halus yang mencoba untuk mengganggunya.
Tak henti-hentinya dia membaca ayat demi ayat untuk menghindar dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi.
"Ya Allah lindungilah kami!" batinnya.
Rumah bi Sumi cukup luas dan besar, ada keanehan yang dilihat Aisyah dari rumah bi Sumi, rumah panggung yang luas itu, interior rumahnya memang cantik. Tapi ada yang aneh di dalamnya, kalender yang terpajang di dinding adalah kalender tahun 200, sudah berlalu selama 21 tahun, kenapa masih dipajang di sana?
Aura di dalam rumahnya bi Sumi juga aneh, di atas meja sofa ada sebuah patung kecil bermata merah, patung itu berbentuk panda.
Aisyah merasakan patung kecil itu terus menatap dirinya.
"Aisyah, jangan melamun kayak gitu, entar kamu kesambet setan loh!" Andi menakut-nakuti.
Kakek langsung melakukan tugasnya, membuka pintu kamar Loli dan melihat apa yang tengah dilakukan Loli, benar-benar di luar perkiraan mereka.
Loli duduk di atas lemari, menjulurkan kakinya ke bawah, rambutnya juga tidak diikat berjuntai begitu saja ke bawah, mirip seperti kuntilanak.
Dara merasakan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.
"Loli, turunlah Nak!" suruh bi Sumi
Bi Sumi sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya saat ini. Suasana menjadi hening sesaat.
Kakek mulai membaca ayat kursi, An-nas, dan Al-falaq sambil terus memegang tasbih di tangannya.
Loli menjerit mendengarnya, dia melompat turun dari atas lemari. Berjalan menuju hadapan kakek. Melepas tawanya, dia tertawa keras menggema memenuhi ruang kamarnya.
"Kakek Joko, kau rupanya ya? Kau yang sudah membuat aku tidak bisa mengganggu keluarga ini, kau tidak usah ikut campur!" mata Loli melotot marah melihat kakek Joko.
"Keluar dari jasad itu, kau tidak berhak mengganggunya! Dasar Iblis!" kakek mulai membaca kembali beberapa Ayat Alquran. Namun tak mempan, roh jahat yang merasuki tubuhnya Loli lebih kuat dari semalam, dia bahkan bisa membaca Ayat Alquran yang dibaca kakek.
Membuat kakek kewalahan menghadapinya, Dara dan mbak Ningsih tidak bisa membantu apa-apa mereka hanya melihat saja.
Hati Aisyah tergerak untuk menolong kakek, dia menyuruh mbak Ningsih dan Dara untuk mengambil tujuh lembar daun bidara dan menumbuknya hingga halus, bi Sumi juga ikut membantu.
Sedangkan Rudi dan Andi tetap tinggal dalam kamar, Aisyah menyuruh mereka untuk memegang Loli.
Mereka mulai merebahkan gadis itu di atas tikar yang sudah disediakan, Rudi memegang di bagian kaki, dan Andi memegang tangannya, Aisyah memegang kepala gadis itu dan mulai membacakan Ayat Ruqyah yang pernah diajarkan ustadz Ilyas padanya.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku mengalah, aku salah. Aku akan pergi dari tubuh ini!" jerit Loli, yang saat ini bicara bukanlah dia yang sesungguhnya, Iblis itu sudah menggunakan jasadnya.
"Keluarlah dari jasad ini, kalau kamu tidak mau kami bakar!" ancam Aisyah.
"Ba-baik... Aku akan keluar!" jawab Iblis yang berada dalam tubuh Loli.
Ah, Iblis itu hanya berkata akan keluar, tapi dia sama sekali tidak keluar, dia hanya mempermainkan mereka.
Aisyah mulai geram, apalagi Iblis dalam tubuhnya Loli juga ikut membaca Ayat Alquran yang dibaca Aisyah, dia ingin mengecoh Aisyah.Tapi sayangnya Aisyah tidak terkecoh sama sekali, dia tetap fasih dalam bacaannya.
"Kurang ajar! Kau bahkan tidak mengalah Aisyah, kau benar-benar mengganggu pekerjaanku!" Loli terlihat marah, memang bukan Loli tapi Iblis yang berada dalam tubuhnya.
"Lebih baik kalian mundur atau aku akan merusak tubuh gadis ini dari dalam," ucap Iblis itu mengancam.
"Kau juga makhluk ciptaan Allah sama sepertiku, tak ada yang bisa kau lakukan kecuali dengan izin-Nya," ucap Aisyah tak mau kalah.
"Aisyah, aku sudah tidak kuat memegang kakinya," keluh Rudi, dia juga sudah mulai berkeringat.
"Aku juga Aisyah," Andi pun sama lelahnya.
"Jangan panik Aisyah, inilah yang diinginkan Iblis ini, dia ingin kita menyerah, kita tidak boleh lengah," ucap kakek mengingatkan.
"Aisyah, kau tahu bahwa umi mu saat ini sedang menunggumu di rumah, sebaiknya kau pergi dari kampung ini!"
DEG...
Mata Aisyah hampir melompat ke luar dari tempatnya, dia tak bisa menyembunyikan kekagetannya ketika mendengar Iblis itu menyebut uminya, dia menyuruhnya pulang.
Benar, Aisyah memang sangat ingin pulang. Loli tersenyum jahat ketika melihat Aisyah terpaku, dia pikir sudah berhasil mengecoh pikiran Aisyah, namun siapa sangka Aisyah malah marah dan berkata.
"Aku tidak akan pulang sebelum membuat orang-orang di kampung ini kembali ke jalan yang benar!" tegasnya penuh keyakinan.
Loli terus melawan, dia menggerak-gerakkan kaki dan tangannya, Aisyah terus membaca ayat Ruqyah, sepertinya Iblis itu mulai kepanasan, hingga akhirnya Loli jatuh pingsan tak sadarkan diri.
\_\_\_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments