Jam dinding sudah menunjukkan pukul 02:25 malam, hening tak ada suara. Di malam yang sepi itu Aisyah terjaga.
Malam ini adalah malam pertama dia tidur di rumahnya kakek Joko.
Sudah beberapa kali Aisyah mendengar suara bunyi pintu, kayak ada orang yang membukanya. Mungkinkah Rudi dan Andi baru pulang dari rumah bi Sumi? Tapi kan enggak mungkin juga, soalnya sudah selarut ini.
"Dar... Dara, bangun yuk!" ajak Aisyah, dia mulai menggoyang-goyangkan badannya Dara agar gadis itu terjaga.
Dara menguap, matanya memerah dia masih terlihat ngantuk. "Ngantuk sekali Syah, ada apa kamu bangunin aku?" tanya Dara dengan kesadaran yang cuma 50% itu.
"Kamu dengar nggak ada suara-suara pintu dan bunyi langkah kaki?" tanya Aisyah berbisik.
"Tidur aja, enggak usah dipikirin. Palingan makhluk usil jam segini, kan kamu tahu sendiri kita sedang berada di mana sekarang." Dara berniat melanjutkan kembali tidurnya.
"Jangan tidur dulu, ayo temenin aku!" Aisyah langsung menarik lengan Dara, mencegah sobatnya untuk tidur kembali.
Dengan agak malas akhirnya Dara mengikuti juga kemauan Aisyah untuk melihat ada apa di ruang tengah.
Dengan langkah pelan-pelan, sangat berhati-hati supaya tidak menimbulkan suara tapak kaki, mereka keluar dari kamar dengan perasaan bercampur aduk, awalnya Aisyah mengintip dari celah pintu, dia tidak melihat apa-apa. Di luar nampak sepi, karena belum puas dia kemudian mengajak Dara ke dapur, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat ada kakek Joko di dapur.
"Itu kan kakek!" bisik Dara di telinganya Aisyah.
"Iya, ngapain malam-malam begini kakek di dapur?" Aisyah mulai bertanya-tanya.
Lelaki tua itu berdiri membelakangi mereka, entah apa yang sedang dilakukannya di dapur, Aisyah dan Dara juga tidak tahu benda apa yang dipegang kakek.
"Kek, Kakek ngapain di dapur malam-malam?" tanya Aisyah, dia mulai menaruh rasa waspada terhadap kakek sekarang, entah apa-apa yang ada dipikirannya saat ini.
"Kakek sedang membuat obat untuk anaknya bi Sumi, Nak," Jawab kakek tanpa menoleh sedikit pun ke arah mereka.
"Andi sama Rudi di mana?" tanya Dara kemudian.
"Rudi dan Andi kakek suruh berjaga di sana, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," jawab kakek menerangkan.
"Separah itukah penyakitnya anak bi Sumi, Kek?" tanya Aisyah, rasa curiganya terhadap kakek Joko tadi mulai hilang.
"Iya!"
Kakek mulai membalikkan tubuhnya dan memperlihatkan obat yang sudah dibuatnya.
"Ini ada daun kelor beserta bidara di dalamnya, kakek mau pergi lagi ke rumahnya bi Sumi, kalau nanti mbak Ningsih bangun, katakan saja kalau kakek sudah pulang, tapi pergi lagi," pesan lelaki tua itu sembari berlalu pergi, sepertinya kakek sangat buru-buru.
"Ah, saat melihat gelagat aneh kakek tadi aku mulai curiga, Dar. Tapi setelah tahu kalau kakek sedang membuat obat, perasaan itu hilang lagi," ungkap Aisyah.
"Makanya jangan suka mikir yang enggak-enggak, yuk tidur lagi!" Dara kembali masuk ke kamarnya.
Aisyah sudah tidak ada niatan untuk melanjutkan tidurnya, dia lebih memilih untuk mengambil wudhu dan menunaikan shalat tahajjud.
Sebelum masuk ke kamar mandi Aisyah membaca doa dulu, setelah itu baru dia melangkahkan kaki kirinya, perasaanya tiba-tiba tidak enak.
Semenjak Dara kembali masuk ke kamar, Aisyah terus merasakan ada orang yang mengikutinya dari belakang.
"Jangan dibawa perasaan Aisyah, tetap tenang jangan takut! Mereka itu makhluk ciptaan Allah juga, sama seperti kita," bisik hati Aisyah.
Aisyah mulai melepas jilbabnya dan mengambil wudhu, saat wajahnya terkena air wudhu tiba-tiba dia seolah melihat api yang berkobar-kobar dan ratusan orang yang menjerit.
"Aaa..."
Tanpa sadar suara jeritan Aisyah keluar begitu saja, syukur tidak terlalu keras.
Sejenak dia menghentikan wudhu-nya, ia mulai beristighfar dalam hati.
"Kenapa ini? Ada apa dengan mataku? Kenapa aku seperti melihat satu kampung yang terbakar, aneh," monolog Aisyah.
Tidak ingin berlama-lama lagi di kamar mandi, Aisyah langsung menyelesaikan Wudhu-nya dan berjalan cepat menuju kamar.
Aura dingin mulai terasa, di belakangnya masih ada yang mengikuti, Aisyah sadar itu bukan hanya sekedar perasaan saja, tapi memang benar kalau dia diikuti. Hanya saja Aisyah tidak bisa melihat makhluk itu.
"Aku tahu kamu mengikutiku, aku tidak mengganggu kamu, jadi tolong jangan ganggu ibadahku kepada Tuhanku!" ucap Aisyah dengan suara setengah berbisik, dia kemudian segera melaksanakan shalatnya dengan hati khusyu'.
Tidak ada gangguan sama sekali, sekarang jiwanya lebih tentram, meski hatinya masih penasaran. Tentang seperti apa makhluk yang tadi mengikutinya.
Masih di atas sajadahnya, Aisyah terus berdzikir sampai jam di dinding menunjukkan pukul 05 :00 pagi.
Aisyah membangunkan Dara untuk shalat subuh.
"Aisyah!!"
"Dara!! Bangun, sudah subuh!" panggil mbak Ningsih, seraya mengetok pintu dari luar.
Ternyata mbak Ningsih juga sudah bangun.
"Iya, Mbak. Kita sudah bangun kok!" sahut Aisyah, dia bergegas membuka pintu dan tampaklah mbak Ningsih yang sudah lengkap dengan mukenanya, mengajak mereka untuk shalat berjamaah.
_____
Selesai shalat subuh Aisyah menceritakan kejadian semalam kepada mbak Ningsih.
"Jadi semalam bapak sudah pulang tapi balik lagi? Memangnya kalian tidak bertanya sakit apa anaknya bi Sumi?" tanya mbak Ningsih.
"Enggak, Mbak. Soalnya kakek juga cuma pulang sebentar untuk membuatkan obat dan kemudian pergi lagi dengan terburu-buru," ucap Aisyah menjelaskan.
"Jadi penasaran ni, gimana kalau pagi ini kita ke rumahnya bi Sumi, untuk menjenguk anaknya yang sedang sakit itu," usul Dara.
"Iya, mbak setuju. Mbak juga mau ikut, tapi kita tunggu dulu sampai bapak pulang, kita tanya sama bapak apa keadaannya sudah lebih baik atau belum," ujar mbak Ningsih setuju dengan usulan Dara.
"Siapa tahu Aisyah juga bisa ikut ngebantu nyembuhin," tutur Dara seraya melirik ke arah Aisyah sambil senyum-senyum.
"Aku?" Aisyah menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kamu!"
"Mana tahu aku soal mengobati orang dengan hal begituan."
"Coba saja dulu! Siapa tahu kamu bisa," ucap mbak Ningsih ikut memberi dukungan.
______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments