Setelah Loli sadar, Aisyah meminta minuman yang tadi dibuat oleh mbak Ningsih untuk diberikan kepada Loli.Sebelumnya dia membacakan beberapa doa seperti Al-fatihah, ayat Kursi, An-nas, dan lainnya. Baru kemudian air itu diberikan kepada Loli.
Loli merasa sedikit lega setelah meminum air yang dibuat dari daun bidara itu. "Tubuh aku sakit semua, Bu!" keluh gadis itu dengan suaranya yang masih lemah.
"Sekarang bagaimana? Sudah mendingan kan?" tanya mbak Ningsih.
Dia tidak langsung menjawab, matanya mulai menatap Aisyah dan Dara dengan pandangan asing. Wajar saja, karena baru kali ini dia dan Aisyah bertemu.
"Kamu pasti heran melihat mereka, ya? Kenalkan, ini Aisyah, dia yang tadi sudah membantu kakek untuk mengobati kamu," ucap bi Sumi memberi tahu.
Loli tersenyum, dia dengan sopannya langsung menjabat tangan Aisyah, "Makasih Kak, sudah membantu aku!" ucapnya lembut.
"Iya, sama-sama!" balas Aisyah.
"Kek, sekarang apa yang harus saya lakukan?" tanya bi Sumi, mereka duduk berkumpul di sana, di ruang tengah.
"Menurut Bi Sumi sendiri, apa ada orang yang iri sama Bi Sumi?" tanya Kakek.
Bi Sumi mencoba mengingat-ingat siapa yang kira-kira tidak menyukainya.
"Bibi Tiwi, Bu!" ucap Loli.
"Tiwi? Apa mungkin dia melakukan semua ini?" bi Sumi tidak yakin akan dugaan anaknya.
"Kenapa tidak? Bukankah sudah beberapa kali bibi datang ke sini untuk meminta surat tanah yang almarhum ayah suruh simpan?" Loli mengingatkan.
"Kayaknya kamu benar juga, mungkin ibu harus segera memberikan surat itu kepada bibi kamu, kalau tidak nyawa kamu bisa terancam," ucap bi Sumi dengan rasa takut.
"Sebaiknya memang begitu, dari pada terjadi hal yang tidak diinginkan lebih baik Bi Sumi memberikan apa yang mereka inginkan," Aisyah dan yang lainnya juga setuju dengan keputusan bi Sumi.
\_\_\_\_\_\_
Mereka pulang dari rumah bi Sumi saat jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam.
Badan Aisyah terasa pegal-pegal begitu juga Andi dan Rudi, mereka sangat kewalahan karena memegang Loli yang kerasukan.
"Beruntung banget Aisyah bisa ikut ngebantu kakek, kalau tidak entah bagaimana jadinya tadi," ucap kakek Joko seraya terkekeh.
"Iya, ternyata Aisyah pintar juga ngobatin orang yang lagi kesurupan hehe..." tutur Andi diiringi tawanya.
"Kakek, aku penasaran sama patung panda kecil yang ada di rumahnya bi Sumi," Dara mulai mengungkap rasa penasaran yang sejak tadi disimpannya.
"Iya, sama, Dar," ujar Rudi ikut menimpali. "Tadi aku juga melihat ada yang aneh dengan patung itu," sambungnya lagi.
Kakek dan mbak Ningsih saling pandang, sepertinya mereka mengetahui sesuatu tentang patung itu.
"Sebaiknya kalian masuk ke kamar dan segera tidur ya, soalnya besok kakek mau ngajak kalian ke kebun!" suruh kakek seperti sengaja menghindar dari pertanyaan mereka.
"Yah, Kakek kan belum jawab pertanyaan kita," Dara terlihat kecewa.
"Besok saja sambung lagi ceritanya. Ayo tidur!" ajak mbak Ningsih, wanita itu langsung pergi menuju kamarnya. Sedangkan Andi dan Rudi, mereka berdua tidur bertiga dengan kakek Joko.
Aisyah semakin curiga dengan sikap yang ditunjukkan kakek dan mbak Ningsih, satu per satu mereka pergi dari ruang tengah dan masuk ke dalam kamar. Hanya tinggal Aisyah seorang sekarang.
Dia mulai memperhatikan kalender yang di tempel di dinding, tahunnya juga sama seperti kalender di rumahnya bi Sumi.
"Kenapa tahun 2001? Seharusnya ini tahun 2022, apa mungkin aku terlempar ke tahun... Ah aku tidak boleh memikirkan yang bukan-bukan," monolog Aisyah, dia langsung menepiskan pikiran buruknya.
"Na..."
"Na..."
"Na..."
???
Aisyah mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, mencari-cari asal suara itu, jelas saja itu bukan suara manusia, Aisyah tahu itu.
Dia hanya ingin memastikan saja, makhluk seperti apa itu, kenapa terus mengganggunya?
"Pergi!!!"
Kembali bisikan Iblis terdengar di telinganya, Aisyah mulai merinding.
Sekarang kakinya mulai terasa kaku, tak bisa digerakkan.
Aisyah hanya bisa memejamkan matanya sambil membaca Ayat Kursi, berharap makhluk-makhluk halus yang tengah mengganggunya segera pergi.
"Pergi!!" Aisyah masih mendengar suara itu, dan kali ini sedikit keras, bukan lagi bisikan.
Aisyah masih tidak bergeming dari tempatnya.
"Pergi!" jeritnya di samping Aisyah.
Sontak Aisyah terkejut dan membuka matanya.
Gadis itu segera bangun dan masuk ke dalam kamar, baru sampai di depan pintu, matanya tanpa sengaja menangkap sosok bayangan hitam yang melintas di depannya, begitu cepat.
Aisyah masih bersikap santai tidak peduli dengan apa yang dilihatnya tadi.
"Kamu kenapa, Syah?" Dara ternyata masih terjaga, dia belum tidur saat itu.
"Nggak kenapa-kenapa." Aisyah menyembunyikan apa yang dilihatnya dari Dara, dia tidak ingin sobatnya itu takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ayunda Abdullah
asikk bnget bacaanya,dag dig dug serr dibuat sm othorr wkwkw
2024-03-23
1