"Ini semua kebun milik Kakek?" tanya Rudi, dia melihat dengan penuh takjub tanah yang luasnya hampir 12 hektar itu.
"Iya!" jawab si kakek sambil mengangguk pelan.
"Kalau begitu berarti Kakek termasuk orang kaya dong di sini?" timpal Andi.
Dara tidak ikut nimbrung, soalnya dia tengah fokus dengan kegiatannya yang sibuk memetik kacang panjang yang sudah waktunya panen.
"Tidak juga,masih banyak orang yang memiliki tanah yang lebih luas dari kakek, hanya saja mereka tak pernah merasa cukup," jawab kakek Joko seraya memunguti kacang panjang yang jatuh dari tangannya.
Aisyah memisahkan diri dari mereka, dia meninggalkan kakek yang terus mengobrol bersama Andi dan Rudi.
Aisyah lebih memilih pergi ke tempat di mana banyak mentimun yang sudah waktunya panen, dia memetik satu per satu mentimun itu, dan kemudian memasukkannya ke dalam keranjang yang dipegangnya.
Dara melihat Aisyah dari kejauhan, dia menangkap satu bayangan di belakang Aisyah.
Seperti bayangan hitam yang begitu besar, rambutnya berantakan. "Apaan itu? Mengapa aku tidak bisa melihatnya dengan jelas?" gumam Dara penasaran. Karena terlalu penasaran, dia akhirnya menaruh kacang panjang yang sudah dipetiknya ke dalam keranjang, lalu dia berjalan cepat menuju Aisyah.
"Aisyah, ke mana makhluk tadi? Kenapa tiba-tiba menghilang?"
"Makhluk apa? Jangan bilang kalau kamu ngelihat setan di pagi hari begini," Aisyah tertawa, dia menganggap Dara sedang berhalusinasi.
"Syah, aku yakin 100%, aku enggak salah lihat. Itu pasti genderuwo," Ucap Dara yakin.
"Mana ada setan pagi-pagi gini."
"Ada, setan sesat!" jawab Dara sembarangan.
"Hahaha!!!"
Mereka tertawa lepas, tak menyadari bahwa sejak tadi ada mata yang terus memandangi mereka. Tapi, siapa orang itu? Apakah mereka orang suruhannya ki Dani?
\_\_\_\_
"Akhh!!
Terdengar erangan yang begitu besar dari ruang pemujaan ki Dani, dan yah, sepertinya dia tengah marah karena rencananya untuk menyantet keluarga bi Sumi kembali gagal.
"Kenapa bisa seperti ini? Anak-anak itu tidak bisa dibiarkan terlalu lama di sini, mereka akan membuat semua rencana ku gagal," ki Dani melampiaskan kemarahannya pada benda-benda pemujaan yang berjejer rapi di depannya.
"Kau tidak akan mampu melawan dia, ki Dani!" tukas salah satu Jin yang tadi disuruh untuk mengikuti Aisyah.
"Hei gentong! Dengar ya, tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan aku, termasuk anak-anak muda itu." Ki Dani menatap ke arah Jin itu dengan pandangan berapi-api.
Genderuwo yang disebut gentong tadi marah, dan dia langsung menghilang begitu saja.
"Kau tidak akan bisa melawan mereka, terima takdirlah takdirmu Dani, kalau kau tidak meninggalkan semua ini, maka siap-siaplah cucu mu menjadi tumbalnya!" suara tanpa wujud itu terdengar menggema. Ki Dani melihat ke seluruh ruangannya, mencari-cari di mana asal suara itu.
Hanya suara, tapi tak ada wujud.
"Siapa kamu? Ayo keluar! Keluar kalau berani, jangan main-main dengan-ku, kamu belum kenal dengan ki Dani ya?" lelaki itu membusungkan dadanya, seolah mengajak suara itu untuk mengadu kesaktian.
Tiba-tiba angin bertiup kencang dan memporak-porandakan seluruh isi ruangan.
Ki Dani terdiam, kekuatan yang aneh, sudah beberapa kali dia mendengar suara itu tapi tak pernah sekali pun melihat wujudnya.
Ki Dani keluar dari ruangan pemujaannya, dia pergi ke dapur dan menemui cucunya yang tengah duduk melamun di depan jendela.
Lelaki itu mengusap penuh sayang rambut cucunya, bocah lelaki itu mendongakkan kepalanya. Sembari melihat ke arah kakeknya dia tersenyum dan berkata. "Kenapa wajah kakek terlihat gusar? Kakek sedang marah?" bocah itu bertanya.
Ki Dani mencoba tersenyum, dia menggeleng pelan.
"Kamu masih mendengar suara-suara aneh itu?"
"Sudah tidak lagi, aku rasa dia sudah menemui temannya yang baru," ucap bocah itu.
"Apa kamu pernah melihat wujudnya?" ki Dani bertanya lebih dalam, dia ingin mengetahui lebih detail tentang suara-suara yang didengar cucunya, apa sama dengan yang didengarnya selama ini.
"Dia seorang wanita, Kek," jawab anak itu.
"Berarti kamu sudah melihat wujudnya?" ki Dani membulatkan matanya.
"Tidak! Kan suaranya memang suara perempuan," jawab bocah laki-laki itu, dia beranjak pergi dari sana, sepertinya risih dengan pertanyaan kakeknya barusan.
"Suara perempuan? Kira-kira apa itu suara yang aku dengar tadi? Tapi tidak mungkin, suara yang aku dengar tadi tidak begitu jelas. Suaranya samar-samar antara perempuan dan laki-laki," monolog ki Dani.
"Lapor, Ki. Saya sudah memantau pergerakan cucunya kakek Joko, tapi tidak ada sedikit pun yang aneh dari mereka," ucap anak buahnya, dia datang tiba-tiba tanpa permisi, dan membuat ki Dani terkejut.
"Ada di mana mereka sekarang?" ki Dani mulai merencanakan sesuatu.
"Mereka sedang di kebunnya kakek Joko," jawab anak buahnya.
"Malam ini akan aku buat mereka tidak bisa duduk dengan tenang," ucap ki Dani, dia menyeringai. Menakutkan sekali, apakah yang sedang direncanakannya?
"Bobi, temani aku pergi ke rawa pemujaan!" pinta ki Dani.
"Sekarang, Ki?"
"Besok!!" bentak ki Dani.
Anak buahnya yang satu itu memang sangat takut setiap kali diajak menemaninya pergi ke rawa pemujaan. Sebab Bobi tahu, rawa itu tidak ada lain yang menghuni selain setan semua.
"Bagaimana kalau saya suruh sama Raka saja, Ki?" Bobi ingin menghindar.
"Saya ngajak kamu, bukan dia!" sentak ki Dani gusar.
Mau bagaimanapun ujung-ujungnya tetap Bobi yang harus pergi, dia tidak berani membantah, ki Dani lebih mengerikan dari pada setan, itu sih menurut Bobi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ayunda Abdullah
jantungku terasa mau keluar bacanyaa
2024-03-23
1
Nayla arafah
fiiuuhhhh
bacanya sambil merinding
tapi selalu bikin penasaran ihhh
2024-01-08
1